Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Sekolah Melulu sampai Mabuk Ilmu, Kapan Pintarnya?

27 November 2019   13:12 Diperbarui: 28 November 2019   08:04 974
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: membaca di perpustakaan. (ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah)

Apalagi dalam era  digitalisasi saat ini, di mana begitu mudah dan murah untuk mendapatkan informasi melalui internet dan berbagai media sosial yang bertebaran setiap saat.  

Ini sebuah kenyataan yang memilukan. Karena banyak orang menghabiskan lebih banyak waktu untuk mengejar berbagai informasi baru ketimbang mengembangkan strategi untuk menggunakan pengetahuan yang baru saja diperoleh dalam kehidupan sehari-hari. Hasil akhirnya tidak terjadi perubahan apa-apa dalam kehidupan yang dijalani.

II. Ikuti 3 Tahapan Belajar
Hasil penelitian yang dilakukan oleh seorang guru besar di bidang pendidikan berusaha menjawab akar persoalan yang ada dalam proses pendidikan. Dalam buku mereka berjudul Know Can Do! (2017), Ken Blanchard, Paul J Meyer dan Dick Ruhe, menyederhanakan isu utama dalam kegagalan proses pendidikan dalam 3 hal kunci, sekaligus sebagai jalan keluar untuk mengatasi gap yang selalu eksis dalam proses pendidikan kita. Ketiga hal utama yang dimaksud adalah :

  1. Memaksa setiap murid mencatat
  2. Membaca ulang catatan mereka dalam kurun 24 jam pertama
  3. Membagikan gagasan yang di catat

Pertama, memaksakan para murid untuk mencatat semua informasi yang didapat.

Pesan kuncinya adalah jangan pernah abaikan pentingnya mencatat, mencatat dan catat. Sebab, mendengar saja tidak akan pernah membuat seseorang belajar, kecuali bila orang itu termasuk dari 0,00001% kelompok pendengar yang super yang semua yang didengarnya bisa disimpan langsung dalam memori otaknya.

Inilah fakta yang mencengangkan dan hampir semua orang tidak menyadarinya dan tentu saja lalu mengabaikannya. Perhatikan bahwa 

  • 3 jam setelah sebuah seminar atau kelas usai, kebanyakan orang yang sekedar mendengarkan hanya mampu mengingat sekitar 50% dari yang di dengar. 
  • 24 jam kemudian, mereka akan melupakan yang 50% itu, dan 
  • Kemudian, akhir bulan mereka hanya mampu mengingat kurang dari 5%materi  baru yang didengar di kelas atau di seminar

Kedua, Mendesak para murid/peserta untuk membaca ulang catatan-catatan mereka dalam kurun waktu 24 jam pertama dan mengumpulkan apa yang disebut sebagai "AHA", poin-poin pentingnya.

Ini langkah kedua yang tidak bisa diabaikan apalagi tidak dilakukan kalau hendak mengalami perubahan perilaku dari proses pendidikan yang dijalani, yaitu sangat disarankan agar menuliskan poin-poin kunci dengan jelas dan rapi di buku catatan khusus atau bahkan bisa menyimpannya dalam sebuah komputer atau laptop yang dimiliki.

hai.grid.id
hai.grid.id
Mengapa tahapan kedua ini menjadi sangat penting? Karena, kenyataannya biasanya setelah sebuah kelas atau seminar usai sebagian besar orang yang membuat catatan-catatan akan cenderung menyimpan alih-alih membacanya. 

Nah, kelak ketika seseorang bertanya, misalnya begini, "Bukankah Anda yang pergi ke seminar itu tahun lalu, apa saja yang dibicarakan di sana?".

Kemudian, mereka akan membuka arsip masing-masing dan jangan kaget, mereka bahkan tidak dapat membaca kembali tulisan tangan yang mereka buat sendiri. Dan lihat, catatan-catatan itu tidak adanya gunanya lagi, menjadi sampah!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun