Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Krisis Mengikuti Kaedah Agama Versus Berbisnis

23 November 2019   18:25 Diperbarui: 23 November 2019   20:39 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.haibunda.com/moms-life/20191122145821-76-68429/larang-tulis-ucapan-natal-di-kue-ini-klarifikasi-tous-les-jours

 

Social identities can lead to leading people to experience pleasure as a result of seeing another group suffer. These feelings is called as schadenfreude - German - in the joy experiencing when a hated team loses - Robbin and Judge 

Kutipan diatas diambil dari buku teks berjudul Organizational Behavior yang ditulis oleh Sthephen Robin bersama Timothy A Judge, yang kalau diterjemahkan dengan bebas berarti "Identitas sosial dapat menyebabkan orang mengalami kesenangan sebagai akibat dari melihat kelompok lain menderita. Perasaan ini disebut sebagai schadenfreude dalam bahasa  Jerman, yaitu  mengalami sukacita atau kesenangan ketika tim yang dibenci kehilangan".

Mungkin tidak se jelek itu jika mencermati dan menganalisis kejadian yang menjadi viral di media sosial dalam salah kaprah gerai pastries dan cakes ternama di plaza mewah di Jakarta Pusat dalam beberapa hari belakangan ini. Bahkan telah mengisi hampir semua ruang media sosial dalam beragam kelompok  yang sangat tendensius di tengah publik.

Namun bagi pihak yang "terluka" mengalami "kenistaan" sedang yang "tidak sengaja menimbulkan krisis" menurut penelitian ilmiah disebut mengalami "schadenfreude" atau "kenikmatan atas ketidaknyamanan" pihak lain. Senang melihat orang lain susah, susah melihat orang lain senang.

Tidak ada instansi atau perusahaan,  usaha bisnis yang ingin dilanda krisis, karena itu para ahli manajemen krisis semisal Shirley Harrison, Steven Fink, Michael Regester & Judy Larkin, juga Rhenald Kasali, dalam buku akademik mereka memberi acuan agar industri apapun harus selalu "siap" be prepared, siap agar  risiko krisis dapat segera ditangani, siap menghadapi jika krisis "meletus".

Disini peran seorang Public Relations (PR) Manager ataupun officer dituntut tanggap menghadapinya. Istilah PR Manager juga diartikan sebagai Corporate Communication Manager yang cepat harus bisa memberi keterangan resmi, kepada khalayak melalui media relations yang dibinanya.

Dalam buku yang baru saja terbit, Agustus 2019, Leyla Mona Ganiem dan Eddy Kurnia; Komuniksi Korporat, banyak petunjuk untuk melaksanakan fungsi seorang PR Manager dengan baik. Termasuk yang serupa dialami gerai kueh dengan nama internasional, dapat dipelajari di Bab 8, Komunikasi Era Digital dan Hubungan Media.

Jika kita perhatikan kasus yang sedang viral saat ini agar pelanggan tidak perlu menuliskan ucapan "selamat" diatas kue pesanan yang akarnya adalah keyakinan agama yang berbeda; yang mungkin dirasakan perlu ditampilkan oleh pemilik gerai ini untuk mendapat popularitas kembali; sebenarnya kurang bijak.

Studi kasus serupa yang menjadi viral akhir minggu ini pernah terjadi sebagai isu tidak halal menggunakan suntikan yang diproduksi dengan bahan "haram".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun