Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Awas, Akan Segera Terbit Matahari Kembar!

22 Oktober 2019   10:40 Diperbarui: 22 Oktober 2019   11:38 1031
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar: makassar.tribunnews.com

Suasana dan berita tentang pelantikan Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin hanya bertahan beberapa jam saja, karena dikalahkan habis-habisan tentang susunan kabinet kerja jilid II Jokowi. Dan sesuai janjinya, Jokowi mulai mempekenalkan satu-satu persatu calon menteri kabinetnya kepada publik pada senin kemarin 21 Oktober 2019. Sudah ada sejumlah yang dipanggil ke istana dan teperkenalkan kepada publik setelah berjumpa dengan orang nomor satu RI.

Heboh, seru, tegang dan mulai bermunculan bercampur aduk beragam opini, harapan, mungkin kekecewaan dan sebagainya. Dan tentu saja yang ditunggu-tunggu menjadi kenyataan, yaitu kedatangan Prabowo dan Eddy Prabowo ke istana yang langsung dikonfirmasi oleh sang Mantan jenderal  bahwa karena beliau diminta, maka dia menyanggupi untuk menjadi salah seorang Menteri dalam kabinet kerja jilid II ini.

Nyaris heboh sejagad, bahkan siaran-siaran radio internasional pagi inipun memberitakan kontroversi dari keputusan Jokowi dan kesediaan Prabowo masuk dalam kabinet kerja untuk kerja lima tahun kedepan.

Mengapa heboh dan menuai kontroversi, karena sesungguhnya publik berpendapat "tidak mungkinlah seorang Prabowo mau jadi menteri". Karena kaliber beliau kan "Presiden" atau paling tidak wakil presiden. Dan lagi pula, dia pendiri, "pemilik" dan pembina sebuah partai besar Gerinda yang juga menjadi salah satu Partai Politik yang banyak mendapatkan kursi di legislatif. 

Heboh karena orang tidak yakin sang mantan orang nomor satu di Kopassus ini akan menjadi "bawahan" seorang Presiden, yang jadi rival beratnya dalam kontestasi Pilpres 2019 beberapa bulan yang lalu.

Tetapi, inilah kenyataan politik. Formulasi politik memang tidak pernah ada yang tepat dan persis sama. Bahkan pada sisi lain, publik tidak yakin kalau mau mengajak Prabowo untuk menjadi seorang Menteri dalam kabinet kerja jilid II untuk 5 tahun kedepan. 

Tentu saja, hiruk pikuk analisis politik hari-hari kedepan akan menjadi semakin seru. Jokowi dan juga Prabowo Subianto, terlepas dari apa agenda-agenda besar yang sedang digarap, mereka berdua sedang menerapkan "out of the bok thinking approach", yang sama sekali tidak berada dalam garis lurus seperti opini-opini publik yang terus mencermati, mendorong dan mempengaruhi melalui jalur komunikasi yang tersedia di ranah publik.

Di salah satu siaran radio internasional pagi ini, diberitakan sebuah opini bernada kekhawatiran dengan masuknya Prabowo dalam kabinet kerja Jokowi. Kekhawatiran ini adalah akan munculnya "matahari kembar" sebagai ketakutan akan ada dua kepemimpinan dalam kabinet kerja Jokowi ini.

Artinya, Prabowo akan menjadi sebuah center of power dalam kepemimpinan Jokowi, selain Jokowi sendiri sebagai pengendali. Mungkinkah mtahari kembar itu akan terbit dan menjadi gangguan dalam rangka Jokowi mewujdukan visi dan mimpi bagi Indonesia menuju 2045 menjadi salah satu Negara Maju dari sisi kekuatan ekonomi?

https://www.cnbcindonesia.com/news/20191022084833-4-108882/jadi-menteri-prabowo-diminta-jokowi-urus-pertahanan-ri
https://www.cnbcindonesia.com/news/20191022084833-4-108882/jadi-menteri-prabowo-diminta-jokowi-urus-pertahanan-ri
Kekhawatiran ini sangat bisa dipahami, mengingat sepak terjang, sejarah dan perjuangan seorang Prabowo untuk menjadi orang nomor satu di Indonesia sejak hampir 20 tahun terakhir. Bisa jadi, ketika beliau berada dalam posisi sebagai seorang Menteri, maka kesempatan itu akan menjadi peluang yang besar baginya.

Okelah, tidak dalam posisi melemahkan Jokowi dengan niat tidak baik. Tetapi ketika seorang Prabowo akan sangat powerful dalam menjalankan perannya, bisa saja menjadi sumber kelemahan bagi Jokowi. Dan karenanya akan menjadi bayangan-bayangan yang tidak sehat dalam Jokowi memimpin sebagai Presiden.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun