Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Konsumen Bukan Lagi Raja

22 September 2019   22:20 Diperbarui: 23 September 2019   14:53 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.kanal.web.id/

Apakah masih ada perusahaan yang masih berani memasang slogan konsumen adalah raja, atau pelanggan itu raja, atau customer is the king? Kalau masih ada, boleh di tunjukkan kepada publik.

Sulit menemukan motto pelanggan adalah raja, karena memang kenyataan yang di pertontonkan oleh banyak perusahaan adalah konsumen tidak lebih sebagai "sapi perahan" demi memperoleh laba yang sebanyak-banyaknya.

Bahkan dalam praktik, sangat mungkin lebih sadis dan tragis lagi. Sebab, konsumen tidak lebih dari pengemis, kendati yang di-ngemisin itu adalah hak konsumen sendiri.

Salah satu contoh yang sangat menghebohkan dunia jagad maya adalah yang dialami oleh sebuah keluarga yang menggunakan jasa penerbangan swasta  dari bandara Bandung hendak menuju bandara Kualanamu di Sumatera Utara. 

Kejadian yang menghebohkan ini terjadi di akhir bulan April 2019. Mereka mengalami persoalan tentang bagasi, khususnya yang dibawa dengan tangan atau kabin. 

Kasus yang menjadi viral di dunia media sosial dan katanya sudah dilaporkan kepada pihak polisi, terlepas dari siapa yang benar dan salah, tetapi sungguh-sungguh mempertontonkan bagaimana pelayanan sebuah maskapai penerbangan yang memperlakukan penumpang atau konsumennya secara tidak manusiawi. Apalagi melibatkan anak kecil usia 3,5 tahun yang dipaksa harus membawa sendiri bagasi kabinnya.

Kisah ini sama sekali tidak ada nuansa bahwa konsumen itu adalah raja. Jangankan dianggap raja, diberikan jalan keluar yang manusiawi secuilpun tidak ada sama sekali. Bahkan konsumen ini menderita luar biasa, mereka tidak bisa terbang dan tiket hangus, dan harus membeli tiket baru dan tentu saja waktu berharga mereka terbuang dengan sia-sia.

Kasus perlakuan yang tidak manusiawi  bagi konsumen penerbangan ini, masih sangat banyak lagi. Bahkan maskapai penerbangan tertentu menjadi langganan yang sangat kaya atas perlakuan yang tidak benar terhadap konsumennya.

Slogan bahwa konsumen itu raja, sesungguhnya hanya ada di dalam teori dan bukan di dalam kenyataan ketika seorang konsumen membeli produk atau jasa sebuah perusahaan. Tidak saja dalam dunia bisnis, bahkan dalam pelayanan publik dan sosialpun jamak ditemukan perlakuan yang jauh dari manusiawi.  Mulai dari mengurus KTP di kantor Kelurahan, lanjut ke kantor Kecamatan, dan apalagi kalau sudah ke kantor Dukcapil di Kodya atau Kabupaten. Seseorang harus menyediakan waktu seharian, uang, tenaga dan emosi yang pasti terkuras. Inipun belum tentu langsung selesai. Sangat bisa, yang ditemui oleh konsumen adalah masalah baru, ketidakjelasan dan keragu-raguan.

Lalu, dimana letak bahwa konsumen itu raja? Ya, seorang raja harusnya dilayani dengan sepenuh hati dengan tulus dan manusiawi. Tidak boleh dilecehkan apalagi dikerjaian habis-habisan. Memang benar bahwa slogan konsumen itu raja, adalah bohong besar di lapangan.

Seorang teman yang baru melakukan perjalanan ke Eropa berkisah bagaimana hebatnya pelayanan yang diterima selama perjalanan pergi pulang yang sangat menyenangkan. Lalu, saya bertanya seberapa besar harga yang dibayar untuk sebuah perjalanan yang dialami itu? Dia mengatakan lumayan mahal, karena mengambil paket premium dengan alasan tidak mau repot dengan segala urusan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun