Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Membangun Hidup Bersyukur atau Memelihara Kekuatiran

6 Agustus 2019   19:11 Diperbarui: 7 Agustus 2019   10:34 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Situasi yang sulit penuh pergumulan menjadi wilayah yang menguji sikap manusia untuk memilih antara satu dari dua pilihan saja, yaitu membangun hidup yang penuh syukur atau sebaliknya memelihara kekawatiran sepanjang hidupnya.

Pilihan ini juga di alami oleh orang Israel ketika memasuki padang gurun, terutama ketika mereka mulai kehabisan bekal makanan roti dan daging yang biasa selalu tersedia ketika mereka menjadi budak di tanah Mesir.

Mereka bersungut-sungut kepada Musa, memprotes Musa seakan membunuh mereka di padang gurun, dan mengingat enaknya makan berlimpah di tanah perbudakan. Mereka mulai membandingkan hidup dimasa lalu dengan kesulitan yang sedang menghadang mereka. Mereka tidak lagi bersyukur, tetapi terus kuatir dan kuatir. Kekawatiran mereka begitu besar, sehingga bayang-bayang kematian sedang menunggu di depan, dan mereka tidak menghendaki itu terjadi.

Sesungguhnya, sikap kuatir dan terus memelihara kekuatiran itu, juga cerminan dari kehidupan sebagian besar orang di masa kini. Yang selalu menjalani hidupnya dengan kekawatiran, kekurangan, meaningless, dan sebagainya. Sebuah pilihan hidup yang sangat tidak dikehendaki oleh Tuhan.

Tuhan menginginkan agar orang Israel ini memiliki kesadaran dan memahami dirinya sebagai bangsa pilihan Tuhan dan pasti akan disertai, dijaga dan dipelihara Tuhan.

Yang harus dilakukan tentu saja bersyukur dengan berdoa, berserah kepada Tuhan dan memohon petunjuk-Nya dalam menghadapi situasi yang sulit dan penuh pergumulan.

Mengingat, mengikuti perintah Tuhan dan mematuhi hukum Tuhan agar pertolongan itu menjadi nyata di alami sesuai kebutuhan. Tuhan berpesan melalui Musa "ambillah segomer penuh untuk disiapkan turun temurun, dan isilah buli-buli itu sebagai makanan selama 40 tahun".

Kendati pesan Tuhan melalui Musa sangat tegas dan jelas, tetapi manusia selalu saja tidak percaya pada janji Tuhan. Mereka mengambil lebih dari yang dibutuhkan, dengan harapan bisa menyimpannya untuk beberapa hari. Akibatnya, busuk dan berulat dan tidak bisa dimakan. Janji Tuhan itu pasti. Lihat, ketika dia mengatakan boleh mengambil dua kali lipat menjelang hari sabat, dan karena hari sabat untuk istirahat dan makanan cukup untuk disimpan dua hari saja.

Janji Tuhan hanya akan terpenuhi apabila manusia patuh pada perintah Tuhan. Mengikuti sesuai dengan hukum Tuhan, sehingga tidak ada yang berkekurangan dan juga tidak ada yang berkelimpahan.

VI Merawat Hidup dengan Iman Teguh 

Hanya dengan iman yang teguh saja maka hidup ini bisa sampai ke tanah perjanjian, tanah Kanaan yang sudah dijanjikan oleh Tuhan sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun