Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Inilah Kecolongan Terakhir, Menyempurnakan Kekalahan Prabowo-Sandi

29 Juni 2019   13:51 Diperbarui: 29 Juni 2019   18:11 8348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

Menang atau kalah merupakan hal biasa dalam sebuah kompetisi. Hanya satu orang yang menjadi pemenang dan yang lain disebut kalah. Demikian halnya Pemilihan Umum Presiden, hanya ada satu yang terpilih, kalau bukan 01 maka 02, atau sebaliknya kalau bukan 02 maka 01. Seharusnya tidak ada yang harus ditangisi apalagi harus kecewa.

Harus diakui bahwa persaingan politik untuk menjadi orang nomor satu di republik ini selama 10 bulan sungguh ketat, karena kekuatan yang ada benar-benar hadir dalam puncak pemilihan 17 April 2019. Capaian 55,50 versus 44,50% indikator kuatnya persaingan itu, dengan angka selisih sekitar 17 jutaan suara.

Dan akhirnya kompeitisi ini berakhir karena garis finish sudah dicapai, dengan MK sebagai benteng akhir sudah memutuskan dan keputusan final yang menetapkan bahwa hasil perhitungan suara yang dilakukan oleh KPU sudah sah secara hukum dengan 01 sebagai kandidat untuk di tetapkan sebagai Presiden RI periode 2019-2024.

Dengan demikian, Prabowo menjadi Capres 02 yang kalah dalam kompetisi. Kekalahan yang seharusnya disikapi secara elegan dan gentle, sebagai orang-orang terbaik yang dimiliki oleh bangsa ini dalam kontestasi politik.

Sesungguhnya, kekalahan Prabowo sudah terindikasi kuat ketika terjadi perang hasil QC dari sejumlah lembaga survei. Dan angkanya relatif tidak bergerak hingga keputusan MK dua hari yang lalu. Berbagai opini, analisis pun meluncur bagaikan air mengalir untuk menjelaskan kegagalan Prabowo dan Sandi.

Sebulan yang lalu, saya menulis artikel tentang sejumlah kecolongan yang dialami oleh Prabowo dalam proses Pilpres. Dan kecolongan itu terulang kembali setelah keputusan MK diumumkan Kamis 27 Juni 2019. Kecolongannya adalah "konperensi pers Prabowo" sebagai sikap dan reaksi atas keputusan MK.

Baca Artikel Terkait : Ketika Prabowo Menghadapi Kecolongan Demi Kecolongan

Konperensi pers Prabowo yang disampaikan pada Kamis 27 Juni 2019, sekitar pukul 21.30an merupakan kecolongan terakhirnya dan seakan menyempurnakan kekalahannya sebagai Capres 02 dalam Pilpres 2019. Artinya, kekalahan yang betul-betul memperlihatkan sikap sebagai orang yang kalah dalam sebuah kompetisi.

Naskah konperensi pers yang sudah disiapkan dengan baik dan Prabowo tinggal membacanya tanpa ada tambahan-tambahan penjelasan, betul-betul menyempurnakan kekalahannya, karena :

Satu, harusnya isi konperensi pers yang disampaikan akan menjadi klimaks tentang Prabowo yang menghargai sebuah proses hukum yang sudah dilewatinya. Dengan mengucapkan selamat kepada Capres 01 sebagai pemenang dalam sidang gugatannya di MK. Publik memahami ini sebagai sikap yang hanya siap menang tetapi tidak siap kalah.

Sesungguhnya publik menunggu kata-kata pamungkas itu, memberi selamat kepada Jokowi-Maaruf Amin yang mempunyai dampak sangat besar dan luas dalam konstelasi Prabowo sebagai seorang Calon Presiden. Dan inilah kecolongannya.

Kedua, pernyataan Prabowo bahwa mereka menghargai keputusan MK, tetapi maknanya menjadi mendua, karena bisa saja dipahami tidak menerima keputusan MK. Ada beda besar antara menghargai dengan menerima dalam mensikapi sebuah keputusan. Bisa saja menghargai tetapi belum tentu menerima. Atau menerima tetapi tidak menghargai. Dan ini tentu kecolongan yang seharusnya tidak perlu terjadi dalam momen konperensi per situ.

Ketiga, niat untuk mencari langkah hukum selanjutnya menjadi kecolongan yang membuat publik tertawa. Lha, bukankah keputusan MK itu final, dan tidak bisa lagi digugat. Apakah Prabowo tidak mengerti itu? Saya sendiri yakin bahwa Prabowo mengerti, tetapi mengapa itu menjadi substansi dalam konperensi persnya yang tersebar diseluruh dunia. Lagi-lagi inilah kecolongan itu.

Kecolongan ini menjadi penyempurna dari kekalahan Prabowo sebagai kandidat Presiden. Bahwa kekalahan adalah bagian lumrah dalam sebuah kontestasi, tetapi ketika kalah harusnya seluruh marwah, semangat dan mimpi bagi negeri ini bisa di pulihkan seketika dengan sikap dan reaksi yang seharusnya.

Memang menjadi perdebatan dimana di ruang-ruang publik, apakah betul seorang Prabowo sedemikian itu kecolongan terus menerus?

Jawaban saya tidak begitu. Isi konperensi pers tersebut menjadi sebuah pesan penting dan besar dari kubu yang mempersiapkannya untuk menghadapi berbagai agenda politik kedepan. Indikasi ini sangatlah kuat, ketika mulai bermunculan narasi tentang sengketa ini akan dibawa ke peradilan internasional. Bahwa itu sesuatu yang tidak mungkin, tetapi pesannya tentu saja mungkin, sebagai sebuah wadah gerakan yang akan terus dikelola dan digelorakan.

Juga ketika dinarasikan tentang 68 jutaan suara menjadi representasi dari sebuah moral force yang akan menjadi sumber daya luar biasa dalam mengelola agenda-agenda politik kedepan. Tentang ini akan menjadi area dinamika yang akan terus berubah dan berkembang sejalan dengan dinamika politik di Indonesia.

Tidak ada lagi yang bisa menganulir hasil keputusan MK bahwa 01 adalah RI 1 dan RI 2 yang akan segera di tetapkan oleh KPU dan akan segera di sahkan lebih lanjut dalam lembaga legislatif hingga pelantikan pada oktober 2019.

Masih adakah kemungkinan kecolongan yang baru akan dilakukan oleh Prabowo? Tidak ada lagi, karena pesta sudah usai, perlombaan sudah selesai, dan hidup harus kembali dalam rel yang normal. Yaitu membangun Indonesia yang maju!

YupG. 29 Juni 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun