Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Berkencan dan Mencintai Pekerjaan

27 Mei 2019   16:07 Diperbarui: 27 Mei 2019   20:42 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Tahapan saling mencintai seorang pria dengan seorang wanita dimulai dari pandangan pertama. Biasanya cepat beralih untuk saling berkenalan dan berkomunikasi, membuat janji untuk dapat bertemu.

Pertemuan demi pertemuan yang menyenangkan berlanjut terus menerus dan dikenal dengan apa disebut sebagai "berkencan", mungkin juga disebut berpacaran.

Dalam bukunya berjudul The Missing 40 Percent oleh Gde Suardhika (2019) menyebutkannya lebih tegas sebagai berkencan dan mencintai pekerjaan.

"Salah satu cara untuk menjadi produktif di tempat kerja adalah kemampuan untuk dapat berkencan dengan pekerjaan kita" (hal.71)

Ah, apa iya, untuk dapat senang dan giat bekerja sehingga menghasilkan sesuatu di tempat kerja juga harus berkencan? Salah, bukan berkencan membina cinta antara pekerja pria dengan kolega wanitanya.

Nah, ini ada cerita sesungguhnya terjadi dalam masa dimana harus bekerja di beberapa kantor atau pabrik, dimana kencan-cinta antara dua karyawan yang berbeda jenis kelamin, antara wanita dan pria.

Oleh karena mereka berdua sangat saling merindukan, membawa nilai positif di tempat bekerja mereka, dimana mereka selalu datang lebih pagi sebelum karyawan lain datang masuk kantor. Ketika mengetik kata "datang" yang muncul kata "dating" -- inilah kata kencan dalam bahasa Inggris.

Mereka berdua mulai kencan dengan penuh senyum dan saling menolong merapikan meja kerja berdua.

Positifnya juga bahwa mereka membicarakan tugas-tugas pekerjaan yang menjadi wilayah tanggungjawab mereka yang dipercayakan oleh Manajemen; demikian sepanjang hari kerja mereka saling membantu, penuh semangat.

Jika mereka tidak akan kencan di luar kantor, mereka stay agak lama di kantor, sambil merapikan meja kerja; namun bila mereka berdua berencana melanjutkan kencan di luar kantor, mereka sudah tidak sabar, segera pergi berdua meninggalkan kantor, tepat pada jam boleh pulang.

Bila di perhatian dengan cermat, maka sesungguhnya kedua makhluk ini tergolong produktif, baik untuk kencan-cinta mereka menuju pelaminan, maupun penyelesaian tugas pekerjaan di kantor; bahkan mereka sangat produktif dalam mencapai target perusahaan, karena mereka berdua ingin menunjukkan hasil optimal dan mendapat penghargaan di akhir tahun. Terutama perusahaan-perusahaan tertentu mengumumkan insentif penghargaan kepada setiap karyawannya yang berprestasi di akhir tahun.

Namun ada juga kencan-cinta di kantor yang pernah saya saksikan dan sesungguhnya sebagai orang Timur rasanya "muak" melihatnya. Ini kisah nyata, menarik, namun jangan ditiru, please!

Terjadi di perusahaan Public Relations Agency yang berafiliasi dengan perusahaan internasional. Managing Director-nya seorang berbangsa Australia, ada seorang pria berwarga negara New Zealand dan seorang Amerika bekerja di agency ini.

huffpost.com
huffpost.com
Beberapa orang muda wanita lulusan Australia dan ada dua orang ex jurnalis yang lama tinggal di luar negeri ikut orang-tua mereka yang bekerja di Departemen Luar Negeri.

Salah seorang ex jurnnalis luar negeri ini, seorang wanita muda, mempunyai kawan pria yang bekerja di Deplu. Mereka pacaran dan sering terdengar canda ria bertelpon.

Pacar wanita muda di kantor tempat saya juga bekerja sering datang ke kantor dan pacaran di kantor, di meja atau bagian tempat kerja wanitanya.

Sering sekali mereka janjian makan di luar, sehabis itu pacar lelaki mengantarkan si wanita pekerja ke kantor PR Agency ini, berciuman lama.

Begitulah setiap mereka bertemu, hampir setiap hari, di kantor tempat saya juga bekerja, di ruang terbuka yang memang hanya berupa box, disain ruang kerja luas yang mudah di akses semuanya. Karena  hanya Managing Director yang mempunyai kantor berupa kamar tertutup. Mereka berdua berpacaran, tanpa perduli dilihat banyak karyawan lain, mereka yang berkencan mesra ini terus melakukannya dengan bebas.

Budaya barat atau budaya luar negeri, mereka bawa dan tanpa merasa harus menyesuaikan kembali di negara mereka yang berbudaya adat timur asli, mereka sesuka hati berpacaran di depan banyak orang, karyawan lainnya.

Pertanyaan dasar yang betul-betul menggoda adalah apakah dengan berkencan di kantor, sedang dalam waktu bekerja akan meningkatkan produktivitas diri?

Untuk perdebatan, bisa saja dijawab bahwa "betul" meningkatkan produktivitas kerja, karena diri mereka yang berkencan di kantor merasa bahagia, riang gembira sehingga secara psikologis akan mendorong dan menaikkan semangat kerja!

Kisah yang diungkapkan diatas, lebih menjelaskan tentang karyawan  berkencan-cinta, berkencan antara dua insan, suatu romantika hidup yang betul-betul sering terjadi di kantor atau tempat bekerja.

Bagaimana dengan berkencan dengan pekerjaan diri sendiri di tempat kerja? "kemampuan untuk berkencan dengan pekerjaan kita", merupakan nasehat untuk mendorong agar bisa berproduksi secara optimal yang mampu dicapai oleh seseorang karyawan. Dengan perjuangan tanpa lelah untuk meningkatkan produktivitas diri dengan tidak menunda pekerjaan.

Oleh Gde Suardhika dalam  salah satu bagiannya menegaskan bagaimana Manajemen Produksi Diri atau MPD itu dilakukan secara konsisten.Dengan nengutip pikiran dari Brian Tracy, Eat That Frog!: 21 Great Ways to Stop Procrastinating and Get More Done in Less Time, dengan acuan agar mengatasi sifat menunda penyelesaian tugas agar dapat mengelola jam atau waktu bekerja  dengan cara perencanaan bersemangat dan menyenangkan.

Caranya lakukanlah  3 langkah kunci berikut ini :

  1. Buat Aturan untuk diri sendiri: 80/20, yaitu membuat daftar tugas harian, 20%-nya tugas utama (yang harus diprioritaskan) tertulis di  bagian atas. Jangan mulai  mengerjakan tugas 80 % yang ada  dalam daftar di bagian bawah.
  2. Tugas utama yang besar (lebih memerlukan waktu dan pemikiran) supaya dipecah/diuraikan kedalam beberapa item. Segera mulai mengerjakan tiap item/bagian.
  3. Siapkan diri se siap mungkin, alat tulis, perangkat gawai, catatan data dan dokumen pendukung, cek komputer/laptop yang mau digunakan, penerangan di meja kerja, hingga minum yang tersedia untuk sewaktu bekerja beberapa jam; siapkan semuanya agar tidak membuang waktu untuk banyak bergerak dan mondar-mandir. Efisienkan diri semaksimal mungkin. Siapkan dengan cara yang sama bila hari itu kita perlu bekerja di lapangan, sesuaikan segala keperluan agar pekerjaan di lapangan lancar menurut prioritas yang kita utamakan.

Dalam pemahaman ini eat that frog di beri makna bahwa untuk memakan yang menjijikan, si katak buruk, terlebih dahulu. Artinya, sebaiknya mulai hari bekerja dengan melakukan pekerjaan yang berat sebelum mengerjakan hal-hal yang ringan.

Inilah salah satu substansi dan jiwa dari dengan menguasai Manjemen Produktivitas Diri (MPD) untuk dapat mencapai prestasi kerja optimal. Laksanakan!

Material artikel tentang MPD ini dikirimkan oleh sahabat baik saya, Ludwig Suparmo -- membagi ilmu manajemen dan pengalaman kerja demi pencapaian prestasi optimal. Lead Trainer: Crisis Management

YupG, 27 Mei 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun