Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Strategi dalam Mengelola Karyawan Lintas Generasi

23 Mei 2019   17:46 Diperbarui: 24 Mei 2019   14:18 2415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kerja kantoran (Sumber: itagroup.com)

Dilihat dari generasi, banyak perusahaan atau organisasi yang memiliki karyawan yang bervariasi. Bahkan hampir semua generasi yang ada masih terlihat bekerja dalam satu kantor perusahaan maupun organisasi dengan peran dan fungsi yang tentu berbeda.

Jangan biarkan perbedaan generasi dalam mengelola karyawan, karena sesungguhnya setiap generasi itu memiliki ciri khas masing-masing, dan juga orientasi yang berbeda-beda. Dan dimengerti bahwa itu berdampak langsung pada proses dan kinerjanya dalam bekerja.

CEO maupun pimpinan yang tidak menyadari itu, sangat mungkin akan menjadi potensial problem yang bisa mengganggu ritme perusahaan bahkan pencapaian performance yang tinggi. Bisa jadi menjadi hambatan kalau tidak dikelola dengan baik, atau menjadi sumber kekuatan bila dikelola secara strategik.

Memilih strategi atau cara terbaik untuk mengelola karyawan multi generasi atau lintas generasi menjadi kebutuhan yang harus dipenuhi kalau mau perusahaan tetap berkembang dan bertumbuh sesuai dengan dinamika dan perkembangan zaman.

Pengelompokan generasi manusia di atas bumi ini, yang umum sangat dikenal dalam rentang 100 tahun terakhir, berada dalam 5 generasi yang berbeda-beda berdasarkan periode kelahiran mereka dan dinamika kehidupan pada saat itu. Kelima generasi manusia ini adalah:

  1. Generasi-Pertama dikenal dengan Baby Boomer yang lahir pada rentang 1946-1964
  2. Generasi-Kedua dikenal dengan Generasi X yang lahir pada rentang 1965-1980
  3. Generasi-Ketiga dikenal dengan Generasi Y yang lahir pada rentang 1981-1994
  4. Generasi-Keempat dikenal dengan Generasi Z yang lahir pada rentang 1995-2010
  5. Generasi-Kelima dikenal dengan Generasi Alpha yang lahir pada rentang 2011-2025

blog.xoxoday.com
blog.xoxoday.com
Setiap generasi ini memiliki ciri khas dinamika kehidupan mereka, baik dalam keluarga, dalam kehidupan sosial, kehidupan pribadi dan juga dalam kehidupan pekerjaan setiap hari.

Baby Boomer yang merupakan kelompok generasi mula-mula dalam 100 tahun terakhir ini, di mana generasi yang lahir setelah Perang Dunia II ini pada dasarnya memiliki banyak saudara. Ini sebagai konsekuensi keputusan yang diambil generasi ini di mana dari mereka banyak pasangan yang berani mempunyai banyak keturunan.

Generasi baby boomer ini termasuk yang memiliki kemampuan yang adaptif, mudah menerima dan menyesuaikan diri dengan dinamika perubahan yang muncul. Dan mau tidak mau karena sudah memiliki usia yang panjang maka generasi ini termasuk yang dianggap sebagai orang lama yang mempunyai pengalaman hidup.

Generasi kedua atau Generasi X, di mana dijelaskan bahwa tahun-tahun pada waktu generasi X ini lahir, merupakan permulaan dari penggunaan teknologi yang disebut PC atau personal computer, video games, TV kabel, dan juga internet sudah mulai diintrodusir pada saat generasi X ini lahir di bumi.

Di sana sudah ada wadah penyimpanan data yang masih memanfaatkan apa yang dinamakan dengan floopy disk atau disket. Bila diamati apa namanya MTV dan video games pada waktu itu sangat digemari oleh generasi ini. Menarik juga tentang perilaku generasi ini yang cenderung memiliki sikap yang negatif, seperti umumnya tidak hormat kepada orangtua, orientasi musiknya punk, dan sudah mulai bermain main dengan mengkonsumsi ganja.

Generasi ketiga disebut Generasi Y, yang juga dikenal luas sebagai generasi milenial atau millennium generation. Secara khusus istilah generasi Y diperkenalkan oleh editorial salah satu korana terbesar di Amerika Serikat pada sekitar tahun 1993.

Ciri khas dari generasi milenial ini adalah dalam aktivitas mereka yang banyak menggunakan teknologi komunikasi yang serba instan, seperti ber-email dan ber-SMS setiap saat, bersosial media seperti Facebook dan juga sosmed Twitter, dan sangat menyukai kegiatan game online.

Generasi keempat disebut juga sebagai Generasi X yang lahir pada 1995-2010, yang juga dikenal dengan sebutan iGeneration atau Generasi Net, maupun juga disebut  generasi internet.

Ciri aktivitas mereka yang sangat menonjol adalah kemampuan mereka untuk  mengaplikasikan semua kegiatan dalam satu waktu tertentu, seperti nge-tweet menggunakan ponsel, dan pada saat yang sama juga mampu melakukan kegiatan browsing dengan personal computernya, bahkan pada saat yang sama bisa menikmati dan  mendengarkan musik menggunakan headset.

Generasi X ini nampak bahwa apapun yang mereka lakukan kebanyakan berhubungan dengan dunia maya dan betah menghabiskan waktu mereka berlama lama dalam dunia maya tersebut. 

Generasi ini hidup dan bergaul dengan dunia teknologi informasi dan komunikasi yang update, sejak kecil mereka sudah mengenal teknologi dan akrab dengan gadget canggih yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap kepribadian mereka sehari-hari.

Generasi kelima dikenal dengan Generasi Alpha yang lahir pada rentang waktu tahun 2011 hingga 2025 yang akan datang. Ciri khas dan utama dari generasi Alpha ini adalah dalam usia yang masih sangat belia sudah masuk sekolah sehingga mereka sangat terdidik dalam banyak hal tentang kehidupan. Bukan saja karena belajar di sekolah tetapi juga karena kemajuan teknologi informasi dan komunikasi sedemikian rupa sehingga mereka mampu belajar secara mandiri dan otodidak.

Generasi Alpha ini pada umumnya lahir dan bertumbuh dalam lingkungan orang tua atau keluarga yang relatif sudah mapan, baik secara sosial maupun secara ekonomi, sehingga anak-anak generasi Alpha memiliki peluang dan akses besar untuk mengembangkan diri lebih awal tanpa sibuk mencari uang dahulu.

Dengan adanya tenaga kerja saat ini yang terdiri dari lima generasi, dan tim sering kali memiliki dua, tiga, atau empat generasi yang bekerja bersama dalam sebuah proyek pekerjaan dalam perusahaan. Perbedaan karyawan dari generasi yang berbeda dan harus bekerja dalam satu tim akan Ini menyebabkan munculnya tantangan, tetapi juga menawarkan sejumlah peluang yang sama.

Menurut Ashira Prossack dari Majalah Forbes (2019) dengan artikel berjudul 4 Things You Must Do To Successfully Manage a Multi-Generational Workforce, menasehatkan untuk mengubah tantangan itu menjadi kesuksesan, ada 4 hal yang sangat penting untuk di lakukan oleh seorang CEO, yaitu:

1. Terima bahwa tidak ada satu ukuran yang cocok untuk semua solusi
Mengelola tenaga kerja multi generasi membutuhkan gaya manajemen yang lebih fleksibel dan kemauan untuk merangkul perubahan. Tidak ada satu ukuran yang cocok untuk semua solusi, jadi yang berfungsi untuk satu tim mungkin tidak cocok untuk yang lain.

Ada lebih banyak faktor yang berperan dengan tim multi generasi, sehingga terkadang dibutuhkan waktu lebih lama untuk menemukan strategi yang benar-benar berfungsi.

Bersedialah untuk bereksperimen dan tidak berlama-lama dalam strategi yang tidak membuahkan hasil, tinggalkan dan ganti dengan  yang lain.

Kenali orang-orang di tim Anda dan pelajari tentang preferensi, gaya kerja, dan motivasi mereka. Mintalah masukan dan gagasan dari tim yang dibentuk.  Lagi pula, merekalah yang bekerja bersama, jadi mengapa tidak melibatkan mereka dalam proses ini?

Sadarilah bahwa dengan tim yang lebih kecil, Anda dapat menyentuh basis dengan setiap anggota tim secara individu atau dalam kelompok kecil. Sebab, kalau dengan tim yang lebih besar dengan tingkat personalisasi yang sama tidak dimungkinkan, jadi gunakan survei atau sediakan serangkaian pertemuan untuk mengenal tim Anda.

2. Jangan pimpin berdasarkan asumsi
Penting bagi direnungkan bahwa untuk memimpin tim Anda, lakukan segera dengan cara yang paling baik bagi mereka sebagai anggota tim dan bukan yang terbaik untuk Anda sebagai seorang leader. Sebab sesungguhnya, Anda tidak dapat memimpin tim kerja berdasarkan asumsi saja.

Jika Anda mengandalkan stereotip, generasional, atau yang lain untuk memimpin tim, Anda dianggap merugikan tim hebat tersebut. Dan pada akhirnya akan berakibat menjadikan pekerjaan Anda sebagai pemimpin jauh lebih sulit.

Sementara stereotip berfungsi sebagai pedoman yang bermanfaat, itu bukan titah yang tidak bisa diubah dan sesuaikan. Sebagai pemimpin, penting bagi Anda untuk meluangkan waktu untuk memahami kebutuhan dan preferensi individu tim kerja yang Anda bangun.

Stereotip paling baik digunakan sebagai titik referensi. Mereka sangat membantu dalam memahami kebutuhan umum suatu kelompok, tetapi bahayanya terletak pada hanya mengandalkan mereka.

Oleh karenanya maka pastikan Anda membuat keputusan berdasarkan kebutuhan nyata, bukan semata mata berdasarkan stereotip. Tidak yakin apa itu stereotip dan realitas apa? Tanyakan langsung saja karyawan yang Anda pimpin, dan perhatikan bahwa mereka akan dengan senang hati menjawab.

3. Pimpin tim Anda secara aktif
Memimpin tim secara aktif berarti memantau mereka, hadir dan terlibat bersama sama dengan mereka, dan menantang serta mendisiplinkan saat dibutuhkan dalam ritme dan dinamika tim kerja.

Artinya pula bahwa, semakin terlibat dengan tim Anda, semakin baik kinerja mereka dan akan terus bertumbuh tanpa batas.

Selaras dengan kebutuhan meningkatkan kinerja mereka secara eksponensial, maka ini membantu Anda membentuk ikatan dasar dan kunci dengan mereka yang pada gilirannya membangun kepercayaan dan koneksi yang sangat solid dan langgeng.

Hal ini juga memungkinkan Anda untuk mengawasi setiap masalah yang mungkin timbul dan mencegahnya sebelum menjadi gangguan sehingga pencapaian performa yang tinggi akan mudah di gapai.

Di sinilah perbedaan generasi menjadi lebih jelas. Sebutkan misalnya Generasi Millenial dan Gen Z cenderung lebih suka pendekatan langsung dengan sering lapor masuk.

Sedangkan mereka yang tergolong dalam kelompok Generasi X dan Generasi Baby Boom cenderung tidak membutuhkan banyak kontak dan seringkali lebih suka dan lebih banyak yang sifatnya otonomi dalam melakukan pekerjaannya.

Namun, ini hanya panduan, ingat bahwa tidak setiap orang cocok dengan stereotip generasinya, jadi perhatikan kebutuhan individu tim Anda. Supaya tidak terjadi tubrukan antara karyawan dalam satu tim kerja yang berbeda generasi mereka.

4. Mengajukan pertanyaan
Poin keempat yang perlu dipertimbangkan untuk dilakukan oleh CEO dalam mengelola karyawan lintas generasi dalam satu perusahaan adalah dengan mengajukan pertanyaan, yaitu  jalur tercepat menuju pemahaman tentang situasi, masalah bahkan solusi yang hendak dicapai bersama.

Jika Anda khawatir tentang menggerakkan masalah dengan menanyakan sesuatu, ingatlah bahwa ada lebih banyak risiko dengan mengandalkan asumsi dan berandai-andai saja. 

Kenyataannya adalah bahwa kebanyakan orang senang menjawab pertanyaan, selama motivasi di balik menanyakannya benar untuk kemajuan perusahaan, peningkatan kinerja dan demi masa depan yang lebih baik.

Kuncinya adalah mengajukan pertanyaan dari tempat yang penuh keingintahuan, bukan penilaian. Misalnya, Anda perhatikan bahwa salah satu karyawan Millennial Anda selalu memakai headphone saat mereka bekerja.

Perhatikanlah dan cermatilah serta lihatlah dengan dua pendekatan sederhana, lalu ajukan pertanyaan:

"Kenapa kamu selalu memakai headphone?"

"Saya perhatikan bahwa headphone Anda aktif saat Anda bekerja. Apakah itu membantu Anda berkonsentrasi lebih baik? "

Lihat bahwa sebenarnya, pertanyaan pertama dapat dianggap sebagai pertanyaan agresif, apakah itu yang Anda maksudkan atau tidak.

Sementara itu, untuk pertanyaan yang kedua adalah rasa ingin tahu dan dorongan yang jauh lebih baik untuk memulai percakapan dan dialog yang setara antara Anda sebagai leader atau CEO dengan karyawan Anda.

Jika Anda benar-benar bingung mengapa karyawan melakukan sesuatu, Anda selalu dapat bertanya, "Dapatkah Anda membantu saya memahami mengapa headphone Anda menyala saat Anda bekerja?"

Ingat dan pahami dengan sungguh-sungguh bahwa "sebuah pertanyaan dapat menjadi awal dari percakapan yang lebih dalam dan merupakan bagian yang sangat baik dalam diskusi kinerja dengan tim kerja."

Itu mengundang orang yang Anda ajak bicara untuk berpartisipasi dan berbagi umpan balik mereka dalam sebuah tim kerja. Untuk Generasi Millennials dan Gen Z, ini sangat penting, karena mereka menaggapi jauh lebih baik untuk diskusi umpan balik daripada kritik langsung.

Sebagai seorang CEO atau pimpinan dalam sebuah kelompok atau single fighter dalam sebuah perusahaan, itu tidak jadi masalah dalam mengelola karyawan lintas generasi. Dengan menggunakan 4 prinsip sederhana di atas nampaknya tidak akan muncul gejolak apalagi masalah yang kritis bagi kemajuan organisasi atau perusahaan.

Yupiter Gulo, 23 Mei 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun