Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Menguasai "Core Competences", Pintu Utama menuju Profesional

4 April 2019   12:52 Diperbarui: 5 April 2019   20:53 975
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.saint-gobain.com/en/commitments/saint-gobains-csr-commitments/encourage-employees-professional-growth

Prof Ganesh Shermon didalam sebuah buku teks yang ditulisnya berjudul Competency based Human Resources Manahgement (2010) menjelaskan bahwa:  a competency is an underlying characteristic of a person, which enables him to deliver superior performance in a given job, role or a situation.

Dalam rumusan seerhananya dapat dikatakan bahwa Kompetensi itu merupakan karakteristik dasar yang harus dimiliki seseorang, yang memampukannya mewujdukan performance unggul dan terbaik dalam pekerjaan yang diminati. Oleh karenanya, harus difahami bahwa kompetensi ini sangat pribadi karena melekat langsung dalam diri diri seseorang dan tidak bisa ditransfer begitu saja.

Dalam sejumlah literature difahami bahwa kompetensi ini mencakup apsek-aspek kunci yaitu:

  1. Motif.
  2. Sifat/ciri bawaan.
  3. Konsep diri.
  4. Pengetahuan.
  5. Keterampilan.

Kelima aspek akan terintegrasi dalam diri seseorang ketika dia akan menghadapi masalah atau menyelesaikan sebuah proyek, pekerjaan secara tuntas. Artinya, aspek skill saja tidak cukup, tetapi harus dibarengi dengan motif yang bernar dan pengetahuan yang cukup tentang pekerjaan yang dilakukan.

Dalam praktek sangat mungkin terjadi seseorang begitu terampilan dalam melakukan sebuah pekerjaannya tetapi mitifnya tidak benar, atau self imagenya salah, maka kompetensi yang diinginkan tidak memadai.

Seseorang yang mememiliki kompetensi cenderung berperilaku secara profesional, dalam pengertian memiliki dedikasi yang kuat, utuh dan tanpa pamrih dan melakukannya tanpa batas. Mereka sangat setia kepada profesi yang dikuasainya.

III. Era Revolusi Industri 4.0 menuntut Kompetensi

Menjalani  Revolusi Industri 4.0 dengan Era Disrupsi saat ini yang mengandalkan penguasaan teknologi informasi, digitalisasi dan cyber, setiap karyawan bahkan setiap orang yang ada dalam perusahaan atau organisasi dituntut untuk memeliki kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan.

Untuk itu, maka Universitas dan Perguruan Tinggi serta lembaga-lembaga pendidikan lainnya dituntut untuk melakukan perubahan dalam menyelenggarakan proses pendidikan atau pembelajaran bagi siswa dan mahasiswanya.

Tuntutan perubahan yang harus dilakukan adalah bagaimana cara agar lulusan-lulusannya tidak lagi siap dilatih tetapi harus siap bekerja di perusahaan, di pabrik, dikantor jasa dan sebagainya.

Proses pembelajaran tidak bisa lagi hanya mengandalkan untuk sekedar mentransfer ilmu pengetahuan, tetapi lebih daripada itu. Harus bisa membentuk kompetensi yang dituntut oleh Dunia Usaha dan Dunia Industri. Tuntutan ini menjadi sangat mendesak dan penting, sehingga setiap lembaga perguruan tinggi harus segera berubah. Bila tidak maka yang akan terjadi adalah munculnya lembaga-lembaga vokasi, training, sertifikasi dan sebagainya. Dan pada akhirnya, Perguruan Tinggi, Universitas akan ditinggalkan dan akan menjadi sebuah "museum" saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun