Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Kehebatan Manajer Diukur dari Bagaimana Memperlakukan Karyawan

13 Februari 2019   15:28 Diperbarui: 13 Februari 2019   17:55 1710
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Thinkstockphotos) | Kompas.com

No matter how educated, talented or rich you are, how you treat people ultimately tells all. Brigette Hyacinth

Pada akhirnya, karyawanlah yang membuat sebuah perusahaan menjadi berhasil dan sukses, dan bukan seorang Manajer atau seorang Direktur. Pada era human capital oriented saat ini, menempatkan orang-orang yang ada dalam perusahaan sebagai basis dan pusat kunci keberhasilan sebuah perusahaan ataupun sebuah organisasi. Setiap strategi atau rencana bisnis bergantung pada orang-orang yang termotivasi dan terlibat untuk mewujudkannya!

Kesimpulan diatas merupakan refleksi dari pertanyaan seorang mahasiswa di kelas saat memulai perkuliahan diawal semester ini. Didalam kelas mata kuliah Competency based Human Resources Management, seorang mahasiswa saya bertanya, untuk apa mempelajari Manajamen Sumber Daya Manusia Berbasis Kompetensi?

Ketika pemahaman tentang karyawan yang berkompeten berada pada pekerjaan atau job yang tepat, maka karyawanlah yang menjadi penentu berhasil tidaknya sebuah perusahaan atau organisasi. Ditangan karyawanlah apakah produk yang dihasilkan berkualitas atau tidak. Kompetensi karyawanlah yang menentukan apakah jasa yang ditawarkan kepada konsumen berkualias super atau berkualitas "memble".

Inilah seusngguhnya jiwa dari pelajaran MSDM Berbasis Kompetensi. Oleh Ganesh Shermon dalam bukunya Competency based HRM (2010) menunjukkan bahwa a competency is an underlying characteristic of a person, which enables him to deliver superior performance in a given job, role or a situation.

Dengan lain kata, kompetensi adalah karakteristik dasar yang dimiliki oleh seseorang, yang memungkinkannya untuk memberikan kinerja yang unggul atau terbaik dalam pekerjaan, didalam peran yang dimainkan bahkan didalam situasi tertentu.

Kompetensi itu sangat personal dan melekat langsung dalam diri setiap orang karyawan dalam bidang pekerjaan yang ditekuninya. Dan karenanya memiliki kompetensi tertentu sebagai cerminan dari semua aspek yang dituntut darinya tersedia, yaitu

  • Motif. Apa yang mendorong, perilaku yang mengarah dan dipilih terhadap kegiatan atau tujuan tertentu.
  • Sifat/ciri bawaan. Ciri fisik dan reaksi-reaksi yang bersifat tetap terhadap situasi atau informasi.
  • Konsep diri. Sikap, nilai atau self-image dari orang-orang.
  • Pengetahuan. Informasi yang dimiliki orang-orang khususnya pada bidang yang spesifik.
  • Keterampilan. Kemampuan untuk mampu melaksanakan tugas-tugas fisik dan mental tertentu.

Membangun, membentuk dan mengembangkan kompetensi setiap karyawan tidak bisa diselesaikan dalam satu hari atau sebulan saja. Tetapi butuh proses yang terus menerus hingga memenuhi kualifikasi dari 5 komponen diatas.

Inilah yang harus menjadi concern setiap manajer dan direksi sebuah perusahaan kalau menghendaki perusahaannya sukses. Yaitu dengan membangun kompetensi dari setiap karyawannya. Memfasilitasi perkembangan dan pertumbuhan mereka sehingga mereka akan berjalan sendiri tanpa campur tangan setiap hari oleh si Manajer.

Ini tentu tidak gampang. Tidak saja dituntut komitmen yang kuat dari pimpinan dan manajer, tetapi juga didukung dengan kebijakan dan aturan yang benar, dan sumberdaya serta fasilitas yang memadai.

Di dalam praktek, kejadian yang sering sekali muncul adalah keadaan sebaliknya. Manajer lebih banyak sibuk dengan dirinya sendiri ketimbang membangun kompetensi karyawan demi keberhasilan perusahaan. Akibatnya, turn-over karyawan tinggi, biaya rekruitmen karyawan baru menjadi bertambah, waktu yang terbuang sia-sia, serta tenaga yang habis percuma.

Sebenarnya, karyawan mungkin bergabung dengan perusahaan, tetapi mereka meninggalkan perusahaan karena menemukan manajernya yang buruk sekali.

 Sebuah hasil survey pendapat yang dijalankan oleh Gallup yang melibatkan lebih dari 1 juta pekerja di Amerika Serikat, pada hasil analisisnya menyimpulkan bahwa alasan utama mengapa karyawan berhenti dari pekerjaannya adalah karena bos atau menajer serta supervisor mereka sangat buruk.

Manajer yang baruk pasti berdampak pada pekerjaan karyawan yang sangat terganggu, tidak makasimal, bahkan bisa jadi menimbulkan efek-efek yang jauh lebih besar lagi secara psikologi bagi kehidupan karyawannya.

Brigette Hyacinth, penulis buku laris berjudul The Future of Leadership: Rise of Automation, Robotics and Artificial Intelligence, dalam artikelnya yang paling baru menjelaskan mengapa para manajer itu berperilaku buruk terhadap karyawannya.

Menurutnya, ada 4 jenis manajer yang buruk yang membuat karyawan tidak betah dan ingin keluar seceparnya dari perusahaan:

1. Marionette - Di zaman yang tidak pasti, banyak manajer menyerah pada perangkap ini karena hanya bermain aman untuk mempertahankan posisi dan hak istimewa mereka. Mereka hanya mengikuti perintah. Mereka tidak pernah membela tim mereka atau mempertanyakan kebijakan. Mereka hanyalah boneka dan tidak memancarkan loyalitas kepada karyawan. Kurangnya integritas dalam seorang manajer dapat membuat karyawan kehilangan gairah untuk pekerjaan itu.

2. King Kong - Beberapa bos ketika mereka mencapai ke puncak segera lupa dari mana mereka berasal. Tipe manajer ini memiliki kompleks superioritas dan suka menarik perbedaan antara manajemen dan staf. Sangat mengerikan bekerja di bawah manajer yang lebih khawatir tentang mendorong berat badan mereka daripada membangun hubungan.

Para pemimpin hebat tidak berbicara dengan karyawan mereka atau membuat mereka merasa rendah diri. Mereka memperlakukan semua orang dengan hormat. Mereka membuat semua orang di sekitar merasa penting.

3. Superman - Manajer ini berpikir organisasi berputar di sekitar mereka. Beberapa mulai bersikap seolah-olah mereka adalah pemilik perusahaan. Perangkap ini termasuk membuat keputusan sendiri, mengabaikan umpan balik yang tidak Anda sukai dan menerima pujian.

Membiarkan ego Anda maju dari Anda dan berpikir Anda tahu itu semua adalah jalan pasti menuju kegagalan. Akui apa yang tidak Anda ketahui. Menampilkan beberapa kerentanan memungkinkan Anda untuk memperkuat hubungan dengan tim Anda.

4. Taskmaster - Satu-satunya fokus mereka adalah pada garis bawah. Terus-menerus mengebor karyawan adalah cara yang pasti membuat mereka tidak bahagia di tempat kerja. Manajemen mikro tercekik, menurunkan moral dan membunuh kreativitas.

Tugas seorang manajer adalah memotivasi dan memberikan bimbingan dan dukungan. Tidak selalu memonitor setiap gerakan karyawan. Para manajer ini begitu terjebak dalam garis bawah dan meningkatkan aliran pendapatan sehingga mereka lupa memperlakukan orang lain dengan bermartabat dan hormat. Sangat sedikit bos yang menunjukkan empati terhadap anggota tim mereka dan ini membantu meningkatkan moral dan kinerja secara keseluruhan.

Manajer, silakan gunakan pendekatan manusia ke manusia ketika berhadapan dengan karyawan. Ini adalah orang yang Anda hadapi, bukan hanya statistik pada grafik. Kenali orang-orang Anda, temui mereka di mana mereka berada, dan bersikap fleksibel. Karyawan ingin diperlakukan sebagai manusia.

Pada akhirnya, orang membuat perusahaan sukses. Setiap strategi atau rencana bisnis bergantung pada orang-orang yang termotivasi dan terlibat untuk mewujudkannya! Loyalitas adalah jalan dua arah. Itu seperti sebuah hubungan.

Agar suatu hubungan bertahan lama, harus ada rasa saling menghormati, cinta, kepercayaan, pengertian, dan penghargaan. Tanpa ini, fondasinya goyah. Inilah sebabnya mengapa perusahaan yang paling sukses fokus pada orang dan hubungan, dan memastikan keduanya tidak hanya dikelola tetapi dipimpin dan dirawat. Ingin Karyawan Setia? Perlakukan orang Anda dengan baik!

"Rasa hormat adalah cara memperlakukan semua orang, bukan hanya mereka yang ingin membuatmu terkesan." - Richard Branson

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun