Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pilih Pemimpin Transformasional, Karismatik, Koalisional, atau Machiavelis

13 Januari 2019   15:39 Diperbarui: 26 November 2021   17:06 4387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://medium.com/thrive-global

Untuk memudahkannya, maka cara untuk memahami transformational leadership dengan membandingkannnya transactional leadership. Orang sering sekali keliru mempertentangan antara kepemimpinan transformasional dengan kepemimpinan transaksional. Seakan-akan kepemimpinan transaksional tidak baik dan jelek ketimbang kepemimpinan transformasional yang lebih bagus.

Dalam praktek, kedua macam gaya kepmimpinan ini tidak bisa dipisahkan, tetapi saling melengkapi untuk keberhasilan seorang pemimpinan. Walaupun ada penekanan tersendiri di masing-masing gaya, seperti yang akan dijelaskan berikut ini.

Dasar dari transactional leadership adalah sebuah transaksi atau proses pertukaran antara leader dan follower. Pemimpin dengan transactional leadership mengakui kebutuhan dan keinginan follower-nya, kemudian mengklarifikasikan bagaimana kebutuhan dan keinginan tersebut akan memuaskan follower jika follower dapat mencapai tujuan tertentu dan tugas tertentu. Sehingga, followers menerima penghargaan atas kinerjanya dan leader memperoleh manfaat dari tugas yang diselesaikan dengan baik oleh followersnya.

Transactional leader berfokus dalam menjaga agar organisasi berjalan lancar dan efisien serta menjaga stabilitas dalam organisasi daripada mempromosikan perubahan. Sedangkan transformational leadership berfokus pada kualitas berwujud seperti visi, nilai bersama, dan ide-ide untuk membangun hubungan, memberikan arti yang lebih besar untuk setiap  kegiatan, dan menginspirasi orang untuk berpartisipasi dalam proses perubahan. Transformational leadership didasarkan pada nilai pribadi, keyakinan, dan kualitas dari pemimpin bukan pada proses pertukaran antara pemimpin dan pengikut.

Ada 4 area khusus yang membedakan antara gaya kepemimpinan transformasional dengan gaya kepemimpinan transaksional, yaitu:

  1. Transformational leadership menggambarkan sebuah visi besar mengenai masa depan yang diinginkan dan mengkomunikasikannya secara efektif.
  2. Transformational leadership menginspirasi followernya untuk mengutamakan kepentingan kelompok daripada kepentingan sendiri.
  3. Transformational leadership memberikan perhatian kepada follower dari kebutuhan fisik tingkat yang lebih rendah (seperti keselamatan dan keamanan) sampai dengan kebutuhan psikologis tingkat tinggi (seperti harga diri dan aktualisasi diri)
  4. Transformational leadership mengembangkan followernya untuk menjadi leader.

Di dalam praktek dan implementasi fungsi dan tugas kepemimpinan, difahami bahea para pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang menunjukan kedua pola kepemimpinan, yaitu baik Transformational Leadership dan Transactional Leadership. Mereka bukan hanya menekankan pada kemampuan mereka dalam membangun visi dan memberdayakan dan memberikan energi yang postif, tetapi juga memiliki kemampuan untuk merancang struktur, sistem kontrol, dan sistem penghargaan yang dapat membantu orang-orang dalam organisasi mencapai visi yang ditetapkan secara bersama-sama oleh organisasi atau perusahaan.

2. Charismatic Leadership

Dengan kata kunci mengelola pengaruh, maka jenis yang kedua dari gaya kepemimpinan adalah charismatic-style Leadership. Dalam pemahaman jenis gaya ini dilihat bahwa Charismatic leader memiliki sebuah pengaruh emosional, yaitu melibatkan emosi mereka dalam kehidupan pekerjaan sehari-hari, yang membuat mereka terlihat energik, antusias, dan menarik bagi orang lain serta dapat menginspirasi orang-orang dalam organisasi. Penganut gaya kepemimpinan kharismatik ini memang memiliki kharisme tertentu yang tidak dimiliki oleh orang lain.

Sebagai kata yang berasal dari bahasa Yunani, Karisma yang berarti "anugrah". Kekuatan yang tidak bisa dijelaskan secara logika disebut kekuatan karismatik. Karisma dianggap sebagai kombinasi dari pesona dan daya tarik pribadi yang memiliki berkontribusi kuat terhadap kemampuan luar biasa yang dimiliki seseorang untuk membuat orang lain mendukung visi dan juga mempromosikannya dengan sangat bersemangat.

Pada aras dan tataran implementativenya, kata kunci dalam pemahaman gaya kepemimpinan kharismatik adalah unsur emosi. Emosi menjadi aspek yang dikelola oleh seorang pemimpin, baik emosinya sendiri dan utamanya menggarap habis-habisan emosi pengikutnyanya. Dengan lain kata, emosilah yang mempersatukan antara leader dan followersnya sehingga apa saja yang diharapkan oleh pemimpin akan dipenuhi oleh pengikutnya.

Jika dalam transformational leadership pemimpin mencoba untuk meningkatkan kerjasama dan pemberdayaan para pengikutnya, maka dengan gaya  charismatic leadership cenderung akan membangun dan terbangun dan menanamkan dengan sangat kuat, tentang apa yang disebut sebuah kekaguman.

Indikator keberhasilan seorang pemimpin yang biasa menggunakan gaya kharismatik adalah pengikutnya akan muncul kekaguman yang sangat luar biasa terhadap pemimpinnya. Mereka menjadi kagum akan kehebatan yang dimiliki oleh pemimpinnya, dan dengan demikian mereka akan melakukan dan mengikuti apa saja yang akan diminta dan diharapkan oleh si pemimpin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun