Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Beranikah Anda Mengambil Libur?

12 Januari 2019   20:02 Diperbarui: 13 Januari 2019   22:21 791
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.businessdestinations.com

Berani Berlibur? 

Berlibur?! Bercandakah, emang siapa takut berlibur!? Begitu teriakan teman saya di kantor memasuki masa libur panjang di akhir tahun 2018 yang lalu. Pada umumnya, kantor dan atau karyawan swasta memiliki sekitar dua minggu masa libur panjang yang harus dinikmati.

Bagaimana dengan Anda, apakah tanggapan Anda sama dengan beberapa teman saya yang betul-betul memanfaatkan libur panjang mereka dengan keluarga, terutama yang menjajal ruas tol Jakarta ke Surabaya dan Malang, yang katanya bisa ditempuh hanya dalam waktu 10 atau 11 jam non-stop? Dan menjadi cerita seru yang mengisi hari-hari awal memulai kerja tahun 2019.

Bila diamati, sesunguhnya masih sangat banyak orang yang belum memanfaatkan waktu libur untuk membangun kembali keseimbangan yang sangat dibutuhkan oleh tubuh, fisik, jiwa, spritual dan kehidupan yang dimiliki, baik diri sendiri maupun keluarga.

Keluarga yang termasuk golongan menengah ke bawah pada umumnya tidak memanfaatkan hari libur secara optimal dibandingkan dengan kelompok keluarga yang termasuk kelas menengah ke atas. Pertimbangan utamanya adalah memanfaatkan semua waktu yang tersedia untuk bekerja dan mencari penghasilan tambahan bagi pemenuhan kebutuhan hidup keluarga. Jangankan pada hari libur, bahkan jam kerja yang tersedia pun akan dimanfaatkan lembur apabila diberi kesempatan oleh kantornya atau perusahaan.

Memanfaatkan hari libur secara tepat akan menjadi faktor pendorong bagi kinerja dan produktivitas seseorang dalam bekerja. Tidak saja dalam satu bidang pekerjaan, tetapi semua jenis pekerjaan yang ditekuni. Perbedaannya terletak dari tingkat kesulitan dan kerumitan pekerjaan yang ditekuni seseorang.

Sebagai contoh, seorang yang berprofesi sebagai Pialang Saham di Bursa Efek mempunyai karakteristik pekerjaan yang bersiko tinggi, sedemikian sehingga setiap hari akan berada dalam ketegangan yang sangat tinggi untuk melakukan analisis, estimasi tentang harga saham dan mengambil keputusan investasi untuk membeli atau menjual. Profesi seperti ini pasti membutuhkan waktu jedah yang cukup, dan biasanya mengambil liburan yang memadai agar selalu memiliki stabilitas emosi dalam pekerjaannya.

Berani mengambil libur berarti kemampuan merencanakan keseluruhan ritme waktu pekerjaannya dalam seminggu, sebulan, bahkan setahun menjaga stamina, stabilitas keseimbangan emosi dan spiritual dalam melakukan pekerjaan untuk mencapai kinerja dan produktivitas agar terus meningkat dari waktu ke waktu.

Berani mengambil liburan hendak menjelaskan bahwa kinerja dan hasil kerja terbaik itu tidak dicapai dengan terus menerus bekerja tanpa istirahat, tetapi dengan meningkatkan faktor-faktor semangat, antusiasme, fokus, persistensi, emosi positif dan optimisme yang kuat.

Berani berlibur bukan berarti menunggu liburan panjang akhir tahun, atau liburan lebaran misalnya. Bukan itu yang dimaksudkan, tetapi secara terencana dan teratur seseorang memiliki waktu jedah yang cukup dalam ritme rutinitas pekerjaan yang dijalani. Misalnya, hari kerja seminggu itu 5 hari senin sampai jumat, atau kadang-kadang 6 hari, sampai hari sabtu. Lalu hari minggu itu adalah libur dan hari istirahat. Beranikah Anda memutuskan untuk betul-betul libur pada hari ke 7, hari minggu itu?

Hasil sejumlah penelitian menunjukkan bahwa liburan merupakan keharusan di dunia kerja. Usai berlibur, banyak pegawai yang langsung menunjukkan produktivitas maupun semangat karirnya. Sebuah data memperlihatkan bahwa 82 persen pengusaha yang berlibur ternyata menunjukkan kinerja yang jauh lebih baik dari sebelumnya. Dan ditemukan ada 6 alasan mengapa bisa demikian, yaitu:

  1. Kantor bukan tempat yang bisa beri inspirasi
  2. Kesehatan membaik
  3. Biarkan pikiran beristirahat
  4. Anda butuh perubahan
  5. Merasa lebih bahagia
  6. Menambah rekan baru

Pentingnya Berlibur

Di dalam salah satu surat di Kitab Suci, terdapat sebuah nats atau ayat yang tergolong emas yang berbunyi:

"Enam harilah lamanya engkau bekerja, tetapi pada hari yang ketujuh haruslah engkau berhenti, dan dalam musim membajak dan musim menuai haruslah engkau memelihara hari perhentian juga."

Pesannya sangat jelas, sederhana dan tidak sulit untuk diimplementasikan dalam hidup sehari-hari oleh siapapun dia, dengan profesi apapun yang dimiliki, bahkan orang kaya atau orang miskin, yaitu "Beranikah Anda berlibur pada hari ketujuh setelah enam hari terus bekerja, berkarya dan berprestasi dalam pekerjaan masing-masing?!"

Pasti Anda akan menjawab bahwa Anda berani, kan?! Tetapi jumlahnya saya tidak yakin sebanyak yang tidak menjawab ya terhadap tantangan ini. Sebab masih sangat banyak orang yang tidak mampu mengendalikan dirinya untuk tidak bekerja atau tidak libur pada hari ketujuh. Mungkin berpikirnya, ah, nanti saja kalau ada liburan panjang, baru disitu berlibur!

Di dalam Kitab Suci, bila dicermati dan dipelajari dengan baik, penuh berisikan instruksi-instruksi tentang beristirahat dan berekreasi bagi setiap orang, dan meminta untuk tidak terus bekerja sepanjang waktu. Ambillah libur untuk diri sendiri.

Bahkan, karena begitu penting beristirahat pada hari ketujuh itu, sehingga Tuhan memasukkannya ke dalam Sepuluh Hukum Taurat - bersama dengan hukum lainnya, yaitu "Jangan berzinah" dan "Jangan membunuh." Ia mengatakan bahwa di setiap hari ketujuh, Anda harus beristirahat. Seperti itulah pentingnya hari sabat dalam hidup Anda.

Inilah pesan pentingnya apakah Anda berani berlibur pada hari ketujuh setiap minggu? Tuhan sendiri sudah memesankan itu dan seharusnya setiap orang harus merenungkan untuk melaksanakannya. Sebab, di sana ada keseimbangan hidup yang harus terjaga dan terpelihara dengan baik secara terus menerus, kalau tidak maka hidup itu akan mudah terserang dan bahkan diserang oleh berbagai persoalan dan masalah kehidupan.

Mungkin ada yang berkata, sorry banget ya! Hari kerja saya bukan 6 hari, lalu hari ketujuh libur, tiga minggu terus menerus bekerja baru minggu keempat libur, itupun hanya dua hari. Atau yang lain polanya berbeda, tiga hari bekerja lalu hari ke 4 libur, dan seterusnya.

Hari libur, berani mengambil libur adalah sebuah prinsip. Tetapi bagaimana implementasinya, sangat tergantung dari pola pekerjaan yang dilakukan setiap orang. Karena hari libur itu disediakan bagi setiap orang, bukan orang demi hari libur.

Namun secara umum yang ada adalah 6 hari kerja dan hari ketujuh libur. Dengan kata lain, Tuhan menciptakan ide tentang hari libur pada hari yang ketujuh untuk beristirahat, berekreasi, beribadah, dan memulihkan diri. Itu semua buat setiap orang agar Anda tidak kehabisan tenaga untuk melanjutkan perjalanan hidup yang masih panjang.

Apa yang Dikerjakan Saat Berlibur?

Berlibur dan mengambil liburan merupakan kesempatan yang sangat baik bagi setiap orang untuk memelihara dan menjaga keseimbangan hidup yang dimiliki sepanjang hidup. Artinya, libur itu menjadi bagian penting dalam hidup seseorang, dan kerenanya harus direncanakan, dilakukan dan diisi dengan benar dan tidak sia sia belaka.

Kesan bahwa liburan itu tidak mengerjakan apa-apa sama sekali, bahkan hanya tidur-tiduran saja di rumah atau di tempat istirahat, atau hanya makan-makan saja, atau hanya jalan-jalan saja, itu tidak benar sama sekali.

Betul bahwa mengambil liburan itu bukan melakukan pekerjaan rutin di kantor atau di pabrik atau dijalan, tetapi harus diiisi dengan agenda yang benar dan tepat sesuai kebutuhan masing-masing-masing. Walaupun sangat mungkin, di dalam agenda liburan ada acara makan-makan atau jalan-jalan, atau yang lain, tetapi tetap dalam konteks tujuan yang jelas, yaitu menjaga keseimbangan hidup.

Bila dicermati dan direnungkan pesan yang ada tentang apa yang harus Anda lakukan di hari ketujuh itu, maka paling tidak ada 3 hal utama, yaitu

1. Istirahatkan tubuh Anda
Harus disadari bahwa tubuh itu bukan mesin yang atau terbuat dari mesin seperti robot yang bisa terus bekerja dan berputar tanpa henti selama sebulan penuh atau bahkan setahun penuh. 

Pahamilah bahwa tubuh Anda itu hidup karena memiliki fisik yang berubah, psikis yang sangat berubah-ubah, bahkan dimensi spiritual yang harus terjaga dan terus terasah dengan dinamika hidup dan pergumulan tiada henti.

Banyak orang memilih berbagai bentuk aktifitas agar tubuh yang sudah lelah selama seminggu bekerja bisa istirahat dengan baik. Bisa di rumah atau di tempat-tempat fasilitas kebugaran yang tersedia di mana-mana. Dengan begitu maka tubuh itu akan menemukan revitalisasi bahkan terisi lebih besar dan lebih kuat lagi.

2. Fokuskan kembali semangat Anda
Di kalangan orang Kristen, hari ketujuh itu hari minggu yang dimaknai dengan beribadah di gereja atau di tempat-tempat ibadah yang tersedia.

Beribadahlah, artinya membangun kembali revitalisasi hubungan spiritual antara diri sendiri dengan Tuhan Allah yang diimani sebagai sumber kehidupan. Melalui ritual ibadah yang diikuti akan terbangun kembali semangat hidup yang sangat mungkin sudah menurun habis selama satu minggu dengan berbagai persoalan yang dihadapi, baik di tempat kerja, ditengah keluarga atau di tengah-tengah masyarakat yang penuh dengan hiruk pikuk.

Melalui ibadah, seseorang akan mengisi kembali atau merecharge tangki spiritual yang sudah menurun bahkan habis dimakan oleh persoalan dan pegumulan hidup. Dengan begitu, inilah yang menjadi sumber semangat seseorang untuk memulai kembali memasuki dunia nyata dalam pekerjaan sehari-hari selama seminggu kedepan.

Sebagai contoh sederhana, selama seminggu seseorang telah bekerja dengan tidak benar, bahkan melakukan penyimpangan sehingga merasa keberdosaannya di hadapan Tuhan. Pengalaman ini akan membebani pikiran, jiwa dan spiritual seseorang, dan sangat mungkin akan melemahkannya dalam bekerja. Konsekuensinya adalah semangat kerjanya menurun, kinerjanya pasti menurun juga, produktivitasnya akan anjlok. Sumber masalahnya adalah karena merasa bersalah dan berdosa.

Masalah ini akan bisa diselesaikan ketika seseorang akan datang beribadah untuk mengaku keberdosaanya, dan bertobat dan berjanji tidak akan mengulanginya kembali. Sehingga dia akan menjadi baru, lahir baru kembali, dan dipastikan semangat kerjanya akan pulih kembali, bahkan bisa lebih bersemangat bekerja.

3. Isi kembali emosi Anda
Masalah psikis atau masalah kejiwaan atau psikologis merupakan hal yang sangat utama dalam diri seseorang yang tidak boleh diabaikan begitu saja, seperti emosi yang sudah sangat terganggu bahkan terkuras selama Anda bekerja dalam seminggu.

Contoh sederhananya adalah perjalanan dari rumah ke tempat kerja dengan kendaraan sendiri, sepeda motor atau mobil, atau dengan kendaraan umum bus, kereta api, angkot dan sebagainya. Sangat mungkin emosi diperjalanan terus menerus didera dan dihantam oleh godaan amarah, pusing, pening, telat, hujan, panas, macet, lapar, dan 1001 hal yang menimpa emosi Anda, dan tabung positifnya mungkin minus sama sekali.

Kalau mau terus happy dalam memulai pekerjaan minggu berikutnya, maka tabung emosi harus diisi kembali secara penuh dengan hal-hal yang psoitif, optimisme, semangat, dan sebagainya dengan memilih bentuk-bentuk kegiatan selama liburan, walaupun hanya sehari.

Misalnya dengan melakukan kebiasaan atau hobi Anda, berolah raga, goes sekian puluh kilometer, atau berlari pagi sekian jam, atau melakukan berenang bersama keluarga, atau bermain dengan anggota kelompoknya.

Sangat diyakini dengan cara ini maka tangki emosi akan terisi kembali secara penuh dan menjadi modal yang sangat penting memulai pekerjaan pada awal minggu berikutnya.

Kapan Istirahat dan Kapan Berlibur?

Pertanyaan tentang kapan sebaiknya seseorang mengambil lbur dalam setahun, sesungguhnya tidaklah terlalu penting, karena setiap orang atau setiap kantor atau perusahaan memikiki karakteristik pekerjaan masing-masing yang berbeda.

Dengan demikian, seseorang harus bisa menyesuaikan dengan ritme dan tentu saja aturan main yang ada di dalam pekerjaannya. Tidak masalah apakah sekali seminggu, sekali sebulan, diawal atau tengah atau diakhir bulan, yang penting ada rencana untuk berani mengambil liburan untuk diri sendiri.

Dengan kata lain pun, tak masalah kapan hari Sabat Anda, yang terpenting adalah Anda taat kepada perintah Sang Pemilik Hidup dan Kehidupan yang diimani dan diyakini. Sangatlah mungkin bahwa Anda tidak mau mengambil cuti ketika bos Anda yang menyuruh Anda. Namun, Anda harus beristirahat, sebab Allah yang memerintahkannya - dan agar Anda dapat memberikan yang terbaik bagi-Nya melalui hidup yang dimiliki.

Perlu sekali bagi setiap orang untuk melakukan penilaian dan kajian terhadap perjalanan hidup dan pekerjaan yang digumuli setiap hari dengan selalu membandingkan perubahan keadaan yang dialami atau dicapai. Ini menjadi mendasar sekali, agar mampu mengatakan bahwa hidup ini tidaklah sia-sia adanya karena ada perubahan yang berarti.

Tanyakan pada diri sendiri, misalnya, apa perbedaan yang terjadi ketika Anda beristirahat semalam penuh dibandingkan dengan ketika Anda tidak cukup tidur? Atau kegiatan atau tanggung jawab apa yang membuat Anda tidak bisa beristirahat dengan baik? Atau pertanyaan lainnya misalnya, bagaimana Anda bisa mengubah cara Anda melakukan hari Sabat, sehingga Anda memuliakan Allah dengan istirahat Anda?

Nampaknya pertanyaan-pertanyaan seperti ini akan menolong Anda untuk merencanakan dengan baik liburan Anda setiap minggu bahkan liburan panjang pun. Sebab, ketika mampu memberikan jawaban yang tegas tentang pertanyaan-pertanyaan semacam itu, saya yakinkan Anda bahwa Anda sudah berada di dalam jalur yang benar, artinya Anda layak disebut seorang yang berani mengambil liburan!

Tetap Semangat !

Yupiter Gulo, 12 Januari 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun