Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Pernah Kesal dan Kecewa, Itu Racun Kehidupan

23 November 2018   20:15 Diperbarui: 23 November 2018   22:08 547
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://foto.tl/view-album-615654.html

Saya tidak lupa pesan dosen saya yang selalu mengingatkan mahasiswanya agar "jangan pernah menyimpan perasaan kesal dan kecewa kerana itu adalah racun kehidupan yang bisa membunuhmu". Dengan kata lain, "kecewa itu menjadi racun yang membunuh seseorang". 

Walaupun kejadian ini sudah berlangsung 40 tahun yang silam, tetapi sungguh-sungguh saya tidak bisa melupakan nasehat sang guru ini. Bukan saja karena begitu sesderhananya nasehat ini, serta tidak sulit memahami maknanya, tetapi karena memang sejak itu saya terus menerus menerapkan nasehat sang dosen ini.

Saya tidak bisa melupakan saran hebat ini, karena semakin saya meresapinya, dan mencoba menerapkannya, maka semakin dahsyatlah makna nsehat yang hebat ini, dan bahkan menjadi obat mujarab yang sanggup memulihkan semangat yang loyo nan menghancurkan, bagaikan kembang api yang membakar semangat untuk terus melangkah dalam kehidupan yang penuh dengan tantangan ini.

Sadar atau tidak sadar, ini m,enyangkut bagaimana mengelola pikiran dan kesadaran yang Tuhan sudah anugerahkan bagi setiap orang. Pikiranlah yang sesungguhnya menentukan apakah semangat hidupmu menjadi menyala atau mereduk, pikiranmulah yang akan membuatmu menjadi bintang dan matahari atau menjadi kegelapan tanpa arah tujuan.

Perasaan kecewa merupakan situasi psikis mendalam yang dialami oleh seseorang ketika menemui kegagalan, jalan buntu, tembok besar hambatan perjalannya, sehingga apa yang ditargetkan dan diharapkan serta dimimpikan tidak menjadi kenyataan. Kedewa merupakan sikap menyalahkan sebuah proses dan perjuangan yang sudah dilakukan dengan sungguh-sungguh dan luar biasa tetapi gagal total.

Merasa kecewa berarti merasa gagal, dan menerjemahkan hidupnya mnejadi tidak bermakna bahkan tidak berguna sama sekali untuk dilanjutkan dan diteruskan. Menjudge seluruh keberadaannya menjadi makhluk tiada makna dan guna untuk diteruskan lagi dan seakan tiada lagi lembaran baru yang bisa dibangun dan dibuka dengan kejernihan makna hidup.

Itulah perasaan dan sikap kecewa dan menyesal itu, sehingga secara total membunuh hidupnya, mercauni hidupnya seakan dunia sudah selesai dan kiamat adanya, dan dia menjadi korban kehidupan itu sendiri.

Sungguh benar nasehat sang dosen saya yang disampaikan 40an tahun yang lalu, karena banyak orang mati muda dan mengakhiri hidupnya dengan sia sia hanya karena menyimpan dan memelihara kekecewaan dan kekesalan dalam hidupnya. Inilah makna nasehat sang guru saya itu.

Berani kecewa dan menyesali hidup berarti berani meracuni dan bahkan membunuh diri sendiri dengan sia-sia tanpa makna dan legasi yang berguna bagi orang lain. Oleh karenanya janganlah pernah kecewa, jangan juga pernah menyesali apa yang sudah terjadi dalam hidup ini.

Kegagalan dalam hidup pasti dialami oleh hampir semua orang, bahkan tiada orang yang tidak pernah gagal dan putus ada. Karena memang hidup ini tidak selalu berjalan lurus dan mulus seperti yang dimimpikan. Karena kenyataan yang ada tidak selalu seperti dan semulus yang ada didalam pikiran itu sendiri.

Tetapi, kesadaran dan pemahaman yang betul bahwa hidup adalah proses, yaitu proses menjadi dan menjadi dalam segala hal, maka kegagalan merupakan bagian penting dan paling banyak dialami oleh banyak orang. Artinya, kegagalan menjadi pembelajaran untuk mencoba lagi dengan cara dan kualitas yang lebih baik, dan terus mencoba hingga menemukan pola yang benar untuk dijadikan acuan agar tidak gagal lagi. Kalaupun gagal, tidaklah seberat kegagalan pertama. Demikian seterusnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun