Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Mengaku Profesional tetapi Tidak Paham tentang Profesionalisme

2 November 2018   15:40 Diperbarui: 3 November 2018   10:58 3237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisa saja keterampilannya sangat luar biasa mahir, tetapi sikapnya tidak baik, seperti para kepala daerah yang terkena OTT KPK. Mereka korupsi walaupun mereka sangat sadar dan faham dan mengerti bahwa mereka melanggar sumpah jabatannnya, tidak boleh korupsi.

Aspek sikap atau attitude merupakan dasar yang kuat yang harus dimiliki oleh seorang profesional. Anehnya memang, justru para profesional lebih jatuh dan terpuruk nan terperosok dalam perilaku yang tidak benar, menghalakan segala cara, dan melakukan menipulasi dibelakang skill dan pengetahuan yang luas untuk mementingkan diri sendiri.

Kesalahan yang dilakukan oleh para profesional dengan penyimpangan-penyimpangan yang merusak masayarakat, atau publik bukan tanpa sebab, pasti banyak faktor yang mempengaruhinya. Selain karena godaan kepentingan sesaat, material, dan kepentingan primordial, juga karena perubahan dan kemajuan yang terjadi saat ini sedemikian canggihnya, sehingga orang yang tidak mampu menyesuaikan diri, akan mudah tergoda untuk melanggar prinsip profesionalnya.

Itu sebabnya, apapun bidang profesi yang ditekuni  seseorang tidak terlepas dari komunitas profesionalnya. Disana aka nada aturan dan pengaturan disertai berbagai sanksi yang bisa diberikan kepada si pelanggar profesi itu sendiri. 

Dalam bidang profesi kedokteran misalnya, ada lembaga IDI (Ikatan Dokter Indonesia) yang menjaga kode etik kedokteran bagi seluruh anggotanya. Kode etiknya sangat keras, sehingga setiap dokter harus mengikutinya. Karena yang memberikan sertifikasi sebagai profesi adalah lembaga kode etik mereka.

Seorang teman profesional, seorang Akuntan, mengirimkan kepada saya 6 point yang menjadi acuan melihat seseorang apakah profesional atau bukan, yaitu :

  • kemampuan dan pengetahuan yang tinggi dibidangnya,
  • tunduk dan menjunjung tinggi pada kode etik,
  • memperlihatkan integritas yang tinggi dan bertanggungjawab penuh pada bidang profesinya,
  • memperlihatkan semangat dan jiwa mengabdi kepada masyarakat yang membutuhkan profesinya,
  • secara manajerial memiliki kemampuan dalam membuat rencana dan program kerja yang jelas,
  • harus memnjadi anggota setia dalam organisasi bidang profesi yang dipilihnya.

Dalam praktik sering sekali disaksikan bahwa banyak orang yang menampilkan dirinya sebagai seorang profesional, tetapi tidak tunduk pada organisasi profesinya, bahkan kalau perlu menghindarinya, mereka hanya peduli pada saat membutuhkannnya. 

Demikian juga, begitu banyak kasus pelanggaran kode etik profesi yang harusnya mereka jaga dan tunduk kepadanya. Bahkan ketika mereka melanggar kode etik itupun mereka harus siap menerima hukuman atau sanksi untuk itu. Dalam kenyataan, yang terjadi kalau perlu kode etikny dilawan habis-habisan.

Musuh Profesionalitas

Menjadi seorang profesional memang tidaklah mudah, karena ada banyak persyaratan yang harus dipenuhi ketika masuk dalam bidang ini. Tetapi tak hanya itu, mereka harus terus menerus mengikuti perkembangan dan menyesuaikan diri dengan baik dan benar agar ilmunya, skillnya dan juga sikapnya dapat terus terupdate sesuai kebutuhan dan perkembangan zaman.

Oleh karena itu ada beberapa musuh utama yang harus diwaspadai oleh seorang profesional, yaitu:

  • Cepat puas. Dalam dunia profesional tidak ada kata puas, karena dunia profesi terus bertumbuh dan berkembang, jadi harus berubah terus sesuai dengan dinamika yang ada
  • Tidak setia pada kode etik. Bagi profesional kode etik menjadi "kitab suci"nya dalam menjalani profesi dengan benar dan bertanggungjawab. Menjadi setia pada kode etik tentu tidak mudah ketika godaan datang bertubi-tubi, apalagi kalau demi kepentingan sesaat.
  • Godaan material. Salah satu ciri kunci seorang profeional adalah tidak pernah mengambil keuntungan yang bukan haknya. Ini sangat sulit dan menjadi musuhnya. Sebutkanlah profesi akuntan misalnya, ketika dia harus membuat laporan keuangan yang diauditnya tidak boleh dipengaruhi oleh kepentingan tertentu untuk memanipulasi laporannya.
  • Malas belajar. Seorang profesional sesungguhnya memasuki dunia yang menantang, dan hanya dengan terus belajarlah dia masih disebut seorang profesional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun