Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dosa dan Penghapus Dosa

19 Juni 2018   00:24 Diperbarui: 22 Juni 2018   00:55 982
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dosa dan Penghapus Dosa

Tidak ada orang yang luput dari dosa. Artinya semua orang berdosa atau telah berbuat dosa dalam hidupnya. Bila ini benar, maka tidak ada orang yang suci yang bebas dari dosa itu. Sebab orang yang suci adalah mereka yang tidak berbuat dosa. Jadi, tidak benar kalau ada orang yang mengklaim dirinya sebagai orang suci, bila ukuran kesucian orang itu adalah tidak berbuat dosa.

Bila pemahaman ini benar adanya, maka sesungguhnya manusia itu memiliki kesamaan yang hakiki dalam hidupnya. Kesamaan itu adalah manusia tidak ada yang suci dan manusia itu semuanya telah berdosa. Ukuran yang hakiki ini menjadi penting dilihat dan difahami dengan benar, agar jangan pernah ada seorangpun yang memegahkan diri lalu mengatakan dia tidak berdosa. Bila pemahaman ini dilanggar, maka orang itu menjadi berdusta, dan berdusta itu pada dasarnya adalah dosa.

Makna bahwa semua orang tidak ada yang suci, semua orang telah berdosa, menegaskan agar setiap orang tidak ada yang perlu disombongkan dalam hidup ini. MIsalnya, seseorang menyombongkan diri karena memiliki status yang lebih tinggi dari orang lain, atau memiliki harta ekonomi yang lebih kaya dari orang lain, atau memiliki ketrampilan yang lebih hebat dari orang lain, maupun hal-hal material lainnya. Karena bagi Tuhan, yang lebih penting bukan penguasaan manusia akan materi akan tetapi "kesucian hati manusia itu". Bukan yang kelihatan tetapi yang tak nampak itu.

Kalau semua manusia tidak ada yang suci, karena berdosa, lalu apa lagi yang diharapkan oleh Tuhan dari manusia itu sendiri? Nampaknya, rahasia kehidupan tentang dosa di dalam pemahaman ini.

Perbuatan dosa, atau berbuat dosa itu berkaitan dengan penyimpangan perilaku manusia terhadap apa yang diyakini sebagai norma yang telah ditetapkan oleh Tuhan Sang Khalik Pemilik Kehidupannya. Artinya, manusia memahami dengan sungguh-sungguh ketetapan yang Tuhan tetapkan dalam hidupnya untuk diikuti, dipedomani, dipatuhi, dijaga, dirawat, dipelihara dan dikembangkan dalam hidup kesehariannya. Kemudian, manusia melanggar ketetapan Tuhan itu, dan saat itulah terjadi dosa, saat itulah manusia berbuat dosa, dan seluruh hidupnya menjadi berdosa.

Ditegaskan ulang bahwa berbuat dosa itu karena penyimpangan kelakuan si manusia yang tidak menaati ketetapan dan ketentuan Sang Tuhan. Ya, ketentuan dan ketetapan Tuhan, dan bukan ketentuan dan ketetapan manusia. Kalau hanya ketentuan dan ketetapan manusia saja kalau dilanggar itu tidak berbuat dosa. Ketentuan dan ketetapan Tuhan, dibuat "sendiri" oleh Tuhan. Sementara ketetapan dan ketentuan manusia, dibuat sendiri oleh manusia. Sebab konteks munculnya dosa itu dalam pemahaman relasi dengan Tuhan.

Pemahaman relasi dengan Tuhan itu mencerminkan pemahaman dan pengakuan manusia itu sendiri bahwa hidupnya ada didalam kendali Tuhan. Manusia menyadari bahwa hidupnya ada karena Tuhan yang memberi dan menganugerhakannya kepadanya. Manusia memahamkan dirinya bahwa hanya dengan berada dalam kendali Tuhan sajalah hidupnya akan aman dan selamat. 

Di luar Tuhan hidupnya tidak akan aman, bahkan sangat mungkin hidupnya akan binasa. Itu sebabnya, manusia terus menerus berusaha untuk menjaga agar tetap berada dalam lingkupan Tuhan itu sendiri. Dengan berbuat dosa menyebabkan si manusia ini akan keluar dari lindungan Tuhan sendiri.

Psikis dan spiritualitas yang dimiliki manusia akan dikelolanya dalam konteks terhubungan dengan Tuhan yang diyakininya. Sehingga ketika melakukan penyimpangan, manusia akan terus kembali ke track yang benar, atau kembali ke jalan yang benar.

Kembali ke jalan yang benar berarti melakukan kalkulasi dan evaluasi terhadap penyimpangan yang sudah dilakukannya dan memohon pengahapusan akan semua dosa yang dilakukannya itu.Siapa yang berhak dan memiliki kekuasaan untuk menghapus dosa manusia itu ? Kalau manusia bisa menghapus dosanya sendiri maka manusia tidak akan menumpuk banyak dosa, karena setiap dia melakukan dosa bisa dihapusnya langsung sehingga hilanglah dosanya itu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun