Mohon tunggu...
yupi andaresta
yupi andaresta Mohon Tunggu... Akuntan - Mengkhayal dan Menulis

Orang kecil di simpang jalan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Masih Ada Ruang Kecil yang Tersisa Buat Pecinta

12 September 2020   11:41 Diperbarui: 12 September 2020   11:38 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Udara dingin masih menyelimuti teluk. Seusai sholat subuh, Ibu ini bergegas mempersiapkan alat tangkapnya. Menyambung - jahit tasi yang putus dan membetulkan anyaman dari lilitan-lilitan yang terlihat kusut. Sembari membetulkan alatnya, ibu ini juga bergumam doa dalam hati semoga hari ini cuacanya baik, air laut pasang dan tentunya banyak ikan yang tersangkut di setiap tarikan pukatnya.  

Disusurinya pesisir  teluk yang berbatu, hingga tak terasa dia sudah berjalan belasan kilo jauhnya. Sesekali tiram tajam menggores tapak kakinya hingga berdarah. Rasa sakitnya semakin bertambah tatkala darah keluar bersentuhan dengan garamnya air lautan. Ketir kehidupan solah berjalan beriringan mengikuti gerak langkahnya.

Jaring pukat yang biasa ditariknya sudah rombeng dimakan usia, tasinya tak cukup kuat lagi menahan ikan yang meronta hebat. Kerapkali ikan yang tertangkap berhasil lepas kembali ke air. Di setiap meternya masih terdapat lubang yang menganga lebar membuat rejeki ibu keluar melalui celahnya. Di situasi ini ibu merasa sedih tapi tak putus asa.


Kemarin, laut tak berdaya. Tempias air matanya mengundang murka. Sepertinya laut sudah tak dihargai lagi, dikuras habis sampai seisi dalamnya. Dipaksa tunduk atas kepongahan seorang manusia. Raga yang berdiri tegak menolong dianggapnya sepoi. Didengarnya sepintas lalu ditinggalkan. 

" Teriakk sajalah engkau, Duit lebih berharga daripada teriakanmu " Itu kata Penguasa. Hanya nurani bijak yang dapat menyelamatkannya.


Tetapi cinta mengalahkan murkanya. Laut tak jadi marah kepada sang pencintanya terlebih kepada ibu itu yang menghargai alam, menghargai laut dengan caranya sendiri. Sepertinya ibu paham bahwa dengan merhargai alam, maka alam pun akan memberikan yang terbaik buatnya. Alam dan manusia adalah mahluk yang dibesarkan karena Cinta Pencipta.

Hampir dua jam lamanya menunggu, tak ada satu pun ikan yang terperosok masuk. Kesabarannya tengah diuji. Tiba-tiba saja diujung pukat sana geriak air terdengar keras, tarik menarik terjadi antara ikan dan benang tasi. Sepertinya laut secara ajaib telah mengirimkan kawanan ikannya bergerombol masuk dan tersandera oleh pukatnya.


" Alhamdulillah, terimakasih atas kebaikanMU" Ucapnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun