Mohon tunggu...
yunus mulyono
yunus mulyono Mohon Tunggu... -

aku cinta negeriku

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bunda Putri Sensasi Politik LHI

21 Oktober 2013   18:30 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:13 531
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Mantan presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq (LHI), belum lama ini menabuh genderang perang dengan Presiden SBY. Dalam kesaksian di sidang Tipikor beberapa waktu lalu, Luthfi Hasan Ishaaq dan juga terdakwa kasus dugaan suap pengurusan kuota impor daging sapi, menyebut bahwa, Bunda Putri merupakan orang dekat SBY.

Bahkan Luthfi Hasan Ishaaq mengaku percaya dengan keterangan Bunda Putri karena diperkenalkan oleh ketua Majelis Syura PKS sebagai orang dekat PKS dan mengetahui kebijakan-kebijakan penting istana, termasuk reshuffle  kabinet.

Tak heran banyak orang bertanya-tanya, apakah lontaran Luthfi Hasan Ishaaq, tersebut benar dan bisa dipertanggungjawabkan atau  hanya sekadar mencari sensasi atau kiat mengalihkan substansi kasus hukum. Jika benar, hal tersebut tentu rahmat terselubung untuk menguak tabir skandal korupsi maupun indikasi transaksi kebijakan yang kerap menyerempet petinggi atau elite-elite partai.

Sebaliknya, jika tidak, ia tak lebih dari intrik politik murahan.Dalam komunikasi politik, pernyataan Luthfi Hasan Ishaaq,  jika memang sekadar sebuah intensi politik, dapat disebut sebagai komunikasi satu arah lalulintas, dengan membangun persepsi lewat media massa. Harapannya dapat efektif menukar pesan dan tujuan ataupun motif tertentu sehingga publik memperoleh suatu "fakta" yang seakan-akan baru.

Saya rasa bantahan presiden SBY yang membantah pernyataan Luthfi Hasan Ishaaq,  dengan mengatakan LHI 1.000 persen bohong dan merasa perlu menghentikan tuduhan Luthfi Hasan Ishaaq, agar rakyat tak bingung sudah tepat, karena sebagai Kepala Negara memang hal-hal semacam itu memang harus cepat-cepat di luruskan. Persepsi yang telanjur buruk akan menodai reputasi seseorang. Apa jadinya jika lontaran LHI tersebut membuat SBY berurusan dengan KPK.

Apa Motifnya?

Menarik untuk memahami posisi Luthfi Hasan Ishaaq (LHI), yang berusaha menarik semua partai ke ‘comberan’ seperti yang terjadi pada PKS. Di tengah suasana hari Raya Idul Adha 2013 beberapa waktu lalu, mengapa Ustad Luthfi Hasan Ishaaq tega mengait-ngaitkan SBY dengan bunda Putri.

Pertama, besar kemungkinan kalau SBY benar-benar tidak mengenal Bunda Putri dan sama sekali tidak terkait dengannya. Hanya saja, demi mengaburkan proses hukum dan memasukkan banyak unsur politik, Lutfhi dan tim PKS yang sekarang sudah tersudut juga  nampaknya ingin ‘membawa’ serta orang lain untuk sama-sama tercebur. Ustad Luthfi mungkin saja kesal kenapa PKS menjadi sasaran KPK, apalagi menuju 2014.

Kedua, Lutfi Hasan Ishak kayaknya ingin mengaitkan SBY dengan Bunda Putri sebagai peluru baru, Luthfi dan kawan-kawan ingin berusaha keras bisa menarik korban yang lain. Kalau diperhatikan PKS tidak ingin sendirian di ‘neraka’ 2014. Agak lucu juga kalau melihat hasil akhir yang sepertinya ingin diraih Luthfi Hasan Ishaaq: menarik SBY dan demokrat.

Terlepas dari istana benar atau tidak bermain belakang dengan sosok Bunda Putri, PKS sendiri yang berkomplot dengan Bunda Putri dengan tujuan menguntungkan diri sendiri sudah tentu harus dipidana.

Memamng kasus ini unik dan menunjukkan bagaimana isi hati Luthfi dan kader PKS yang susah melihat orang susah, susah melihat orang senang. Bagaimana pun Luthfi sudah tega mengorbankan SBY di hari raya idul Adha 2013 lalu.

Terakhir saya hanya berpendapat mengenai Presiden SBY yang berang disebut dekat dengan Bunda Putri yang dikatakan mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Luthfi Hasan Ishaaq di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, kemarahan Presiden SBY saya rasa hal yang wajar, karena tahu ada yang tak beres dari pernyataan Luthfi.

Seharusnya Luthfi Hasan Ishaak, tidak lagi mengeluarkan pernyataan yang tak didasari dengan fakta. Pernyataan kalau tidak didasari fakta  itu justru terkesan mencari kambing hitam atas kasus yang menjeratnya.***

Salam Kompasiana untuk kita semua.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun