Mohon tunggu...
Yun Tumur
Yun Tumur Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kresensia Yunita Tumur

Nama lengkap Kresensia Yunita Tumur. Saya seorang pegawai swasta. Berdomisili di Kupang, NTT. Cp :081281339170 (wa)

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cinta Sejati (Part 1)

15 September 2019   10:21 Diperbarui: 15 September 2019   10:38 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Tahun 2001. Nama saya Lisa. Usia saya waktu itu baru 6 tahun & baru kelas 2 SD. Saya memiliki 2 orang kakak laki-laki. Kakak pertama SMA kelas 2, namanya Tira dan kakak kedua SMP kelas 3, namanya Gilang. Keduanya sekolah di luar kota. 

Di rumah tinggal saya bersama kedua orangtua. Kehidupan keluarga kami boleh dibilang cukup sederhana dan harmonis. Tapi entahlah. Di tahun itu, kehidupan keluarga kami berubah drastis. Ayah saya jarang pulang ke rumah. Ayah dan Ibu tidur terpisah. Ibu pun sering terlihat menangis.

Saya selalu berharap Ibu bercerita. Tetapi, yah. Namanya juga anak kecil. Tidak mungkin Ibu akan beritahu segala masalah yang terjadi dalam rumah tangganya. Insting saya sebagai agen FBI di umur 6 tahun pun muncul. Saya memutuskan untuk mencari tahu sendiri. Ketika Ayah tidur saya memeriksa hpnya. Mata saya terbelalak seketika melihat isi pesan teks itu.

"Pah, makasih yah kalung emas yang Papa bawa dari Jakarta bagus sekali. Mama tambah cantik deh pas pakai.", begitu isi pesan teks. From Nina. Hati saya kacau. Setega ini kah Ayah sama Ibu? Pantas Ibu sering menangis. Ayah selingkuh. Begitu pikir saya.

Hari itu, hari Selasa siang. Saya baru saja pulang sekolah. Setelah berganti pakaian, saya makan siang bersama Ibu. Tiba-tiba Ayah pulang dan langsung menampar Ibu. Mereka pun langsung beradu mulut. Dan menyebut-nyebut nama Nina. Ibu menangis dengan aura sakit hati yang luar biasa. 

Saya juga ikut menangis dan memeluk Ibu. Rasa-rasa ingin protes kepada Ayah atas kelakuannya ini. Tapi saya ketakutan terhadap sikap kekerasan yang ditunjukan Ayah. Kemudian Ayah pun meninggalkan kami berdua.

Bersambung...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun