Kenangan tentang gaji pertamaku seolah kembali mengurai cerita yang mengharu biru bersama almarhumah ibu. Ibu adalah sosok inspiratif di mataku. Beliau berhasil menjadikan kami berdua sebagai seorang sarjana, meski single parent. Beliau hanyalah seorang ibu rumah tangga, bukan pegawai, dan hanya mengandalkan gaji pensiunan almarhum bapak. Bahkan rumah kami disulap sedemikian rupa menjadi rumah kos yang siap menerima anak-anak sekolah yang rumahnya jauh, dengan biaya sewa yang tidak terlalu mahal.
Sementara halaman rumah kami ditanami pohon buah seperti rambutan, mangga dan matoa, yang bila berbuah, maka dijual kepada pedagang buah dengan harga yang pantas. Ibu juga berjualan minyak tanah dan sembako di rumah. Beliau bahkan menerima titipan kue kering untuk ditawarkan kepada teman-teman arisannya. Perjuangan ibu sangat gigih demi kesuksesan pendidikan kedua putrinya.Â
Inilah yang membuatku dulu ingin membahagiakan beliau. Aku ingin bekerja dan memberikan gajiku untuk ibu, walau aku tahu apa yang kuberikan kepada beliau tak akan bisa membalas semua pengorbanan ibu. Setidaknya aku ingin membahagiakan beliau. Dan sejak dulu aku memang suka melakukan sesuatu yang bisa menghasilkan uang.
Sejak SD aku sudah berjualan di depan rumah, seperti jualan opak, gambar bongkar pasang dan sebagainya. Lalu dari hobiku menulis, aku juga pernah beberapa kali mengirimkan tulisan ke media cetak dan berhasil dimuat. Setelahnya aku mendapatkan honorarium. Senang rasanya mendapatkan uang dari hasil jerih payah sendiri. Dengan begini, aku bisa menabung untuk membeli sesuatu yang kuinginkan. Namun hobi menulisku pernah ditentang almarhum bapak, karena dianggap sesuatu yang mengganggu konsentrasi belajarku. Bapak tidak senang anaknya mencari uang sendiri, karena beliau merasa kami anak-anaknya adalah tanggung jawab beliau.
Semenjak bapak meninggal, aku merasakan perjuangan ibu yang begitu berat. Membesarkan dua orang anak yang masih sekolah. Namun tekad beliau supaya kami tetap melanjutkan pendidikan sangatlah kuat. Bahkan ibu terus menyemangatiku untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi. Dari sinilah aku berusaha membantu ibu dengan melanjutkan hobi menulisku dan membantu para mahasiswa tugas belajar menyelesaikan tugas-tugasnya, termasuk menyusun skripsi. Inilah yang membuatku bisa menabung dan membantu keuangan ibu. Bahkan, aku juga berhasil mendapatkan beasiswa pendidikan selama satu tahun. Ini artinya beban ibu untuk membayar SPP atau yang terkenal dengan UKT sedikit terbantu.Â
Sementara adikku menyusul jejakku melanjutkan kuliah di universitas yang sama. Ini memang bukan mau kami, tapi ibu yang berharap kami bisa melanjutkan pendidikan sampai jenjang sarjana. Meski aku kadang berpikir, mana mungkin seorang ibu yang hanya mengandalkan gaji pensiunan janda, tanpa bekerja, bisa membiayai pendidikan kedua putrinya sampai bertitel sarjana? Ternyata hitungan manusia berbeda dengan matematika Allah. Semua akan berjalan lancar bila Allah telah berkehendak.Â
Akupun bertekad menyelesaikan kuliah tepat waktu, agar setelahnya bisa mendapatkan pekerjaan, sehingga bisa membantu keuangan ibu dan membiaya kuliah adik. Allah ternyata Maha Baik, semuanya berjalan lancar. Bahkan saat aku dinyatakan lulus dalam ujian skripsi, tawaran pekerjaan itu datang dari teman-teman kuliahku. Pertama aku mendapatkan tawaran untuk menjadi instruktur komputer di lembaga pendidikan komputer di Malang. Aku pun mencoba menerima tawaran tersebut, namun nyatanya tidak sesuai dengan passion ku. Meski aku pernah kuliah di Diploma Pemrograman Komputer, dan tahu tentang software atau hardware komputer, tapi aku tidak mampu menjelaskan dengan baik dihadapan para siswa yang notabene anak-anak STM Telkom Malang. Akhirnya kuputuskan untuk mengundurkan diri dari lembaga pendidikan tersebut.
Lalu aku mencoba menerima tawaran kedua dari teman kuliahku. Saat itu aku memang mengambil beberapa perkuliahan. Dari Diploma Satu Pemrograman Komputer, lalu Politeknik Administrasi Niaga setara Diploma Tiga, lalu alih jenjang ke S1 Fakultas Ilmu Administrasi jurusan Administrasi Niaga. Ketiganya lulus dengan hasil memuaskan. Dengan latar belakang pendidikan yang kumiliki, aku yakin mampu menggantikan posisi temanku yang akan resign dari tempat kerja karena ingin melanjutkan kuliahnya. Tempat kerja yang kutuju adalah sebuah perusahaan swasta yang terletak di desa Ngingas, Sidoarjo, dan bergerak di bidang pengadaan tiang listrik atau tiang besi. Di tempat ini tugasku berhubungan dengan segala macam administrasi, baik administrasi pegawai hingga menyangkut gaji semua karyawan. Tentu ini menjadi pengalaman pertamaku bisa berinteraksi dengan seluruh karyawan di sebuah perusahaan.