Mohon tunggu...
Jejak Pena Yuni (Sri Wahyuni)
Jejak Pena Yuni (Sri Wahyuni) Mohon Tunggu... Blogger, Buzzer, Culinary, Content Writer

Blogger, Buzzer, Culinary, Content Writer

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Di Balik Serunya Mudik Lebaran, Ada Perjuangan Menemani Ibu Berobat

14 Mei 2025   10:02 Diperbarui: 14 Mei 2025   21:14 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto saat di kereta (sumber: dokpri)

Sejak kepindahan tugas suami ke Jakarta, aku jadi sering memanfaatkan moda transportasi KAI untuk menempuh perjalanan malam dari stasiun Blitar ke stasiun Pasar Senen. Aku harus bisa berbagi peran dengan baik antara menjadi seorang anak bagi ibuku, menjadi istri bagi suamiku sekaligus menjadi ibu bagi anak semata wayangku. Sementara kondisi ibu sedang tidak baik-baik saja. Beliau sudah lama menyembunyikan sakitnya, dan baru menceritakannya kepadaku setelah sakitnya parah. Antara ingin marah, sedih dan ingin menangis kencang, menyesalkan keputusan ibu yang tidak terbuka perihal sakitnya.

Akupun jadi ingat alur cerita film terbarunya Christine Hakim "Bila Esok Ibu Tiada". Ibu tidak ingin merepotkan anaknya, terlebih sejak menikah aku memang mengikuti suami yang dinasnya berpindah-pindah, dari Jayapura, ke Bali, Bogor, dan kini ke Jakarta. Bersyukurnya ketika ibu minta kutemani berobat, dinas suamiku di Jakarta. Dan aku bisa memanfaatkan KAI untuk mondar-mandir dari Blitar ke Jakarta, demikian sebaliknya. Kadang banyak pertanyaan dari teman atau saudara, tidak sayang tuh uangnya dihabiskan untuk membeli tiket kereta?

Aku bersyukur suamiku sangat mendukung keputusanku, terlebih untuk kesembuhan ibu. Sebagai anak sulung yang tinggal memiliki seorang ibu, inilah kesempatanku berbakti kepada beliau, walau rasanya apa yang sudah kuberikan kepada ibu masih saja kurang. Inilah yang sering membuatku seperti roller coaster. Ada saatnya aku harus berburu tiket kereta ke Jakarta, karena ada kegiatan yang harus kuikuti di kantor suami. Demikian juga ada saat dimana aku harus kembali ke Blitar, menyusuri rel kereta dari stasiun Pasar Senen ke stasiun Blitar demi menemani ibu berobat. Bahkan ada pula saat dimana aku harus menemani anak semata wayangku menikmati liburan.

Saat ini anakku sedang menempuh kuliah di sebuah universitas swasta di Malang. Ia sangat sayang dengan neneknya. Ketika libur kuliah, rumah yang dituju adalah rumah neneknya. Otomatis aku juga harus pulang ke Blitar menemani anakku sekaligus ibu yang tengah berjuang untuk sembuh.

Inovasi KAI

Dan berbicara tentang kereta api, bukan hanya aku saja yang sering menggunakan moda transportasi ini. Terlebih berbagai kemudahan diberikan oleh KAI untuk pelanggannya, membuat kereta api makin naik daun dan digemari banyak penumpang dari berbagai kalangan. Bukan hanya anak kuliahan, para pegawai atau bahkan mereka yang ingin berlibur, seringkali memanfaatkan kereta api untuk kenyamanan perjalanan mereka. Memanfaatkan kereta api untuk menempuh perjalanan membuat pelanggan bebas dari macet. Bahkan pelanggan tidak perlu berhenti di pom bensin untuk mengisi bahan bakar kendaraannya, juga tidak perlu mencari toilet umum, karena di kereta sudah tersedia toilet yang selalu terjaga kebersihannya. Saat lapar pun, pelanggan tinggal memesan kuliner kereta yang banyak pilihan menunya. Pelanggan bisa memesan langsung melalui pramusaji yang berjalan menyusuri lorong kereta sambil menawarkan dagangannya, bisa pula langsung mendatangi kereta makan, atau bahkan bisa memesan melalui aplikasi Access by KAI. 

Selain kebersihan toilet yang selalu terjaga dan menu makanan yang variatif, inovasi KAI membuat pelanggan makin puas dengan layanan terbaiknya. Kalau dulu pelanggan harus antri di loket untuk mendapatkan tiket kereta, kini cukup dengan download aplikasi Access by KAI, pelanggan bisa memesan tiket kereta untuk berbagai tujuan tanpa batasan waktu. Dengan kata lain pelanggan bisa memesan tiket kereta kapanpun dan dimanapun berada, sehingga tidak ada lagi pemandangan kereta yang penuh sesak oleh penumpang, karena masing-masing penumpang telah memiliki tiket kereta dengan tempat duduk masing-masing.

Pun tidak ada lagi pedagang asongan yang dengan sesukanya berjualan di dalam kereta, ataupun pengamen jalanan yang menjual suaranya di dalam kereta berharap imbalan sepantasnya dari penumpang. Manajemen kereta api kini telah ditata dengan rapi, tentunya demi kenyamanan pelanggan yang setia memanfaatkan moda transportasi KAI ini untuk tujuan perjalanannya.

Bukan hanya itu saja, inovasi KAI juga ditunjukkan dengan model tempat duduk. Kalau dulu hanya penumpang dengan tiket kelas eksekutif keatas yang dapat menikmati empuknya tempat duduk dan fasilitas pendukung lainnya, sejak diluncurkannya kereta api ekonomi "new generation" penumpang bisa menikmati tempat duduk yang nyaman, dengan kursi yang bisa diputar. Jika penumpang ingin memanfaatkan fasilitas kereta seperti bantal, maka mereka cukup membayarnya sepuluh ribu rupiah saja. 

Tentunya harga tiket kereta api ekonomi new generation ini lebih murah dibanding harga tiket kereta api eksekutif. Inilah yang membuat para penumpang berburu tiket kereta dengan harga ekonomis. Bukan berarti kereta api dengan model tempat duduk berhadapan seperti kereta Matarmaja tidak diminati penumpang. Saat ini semua jenis kereta api dari berbagai model, baik yang kursinya berhadapan, yang new generation, eksekutif sampai luxury sekalipun menjadi angkutan primadona yang selalu diburu penumpang dan tiketnya selalu terjual habis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun