Mohon tunggu...
Yuni Yolanda
Yuni Yolanda Mohon Tunggu... Dosen - Lecture of Environmental Engineering at Sumbawa University of Technology

email: yuni.yolanda@uts.ac.id || Ig: @yuniie.yo.sitepu

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Green Wall (Tanaman Vertikal) Solusi Alternatif Perubahan Iklim

8 Januari 2023   13:37 Diperbarui: 8 Januari 2023   13:41 545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Yuni Yolanda, S.Pi., M.Si.

(Dosen Teknik Lingkungan UTS)

Perubahan iklim saat ini sudah terjadi di seluruh negara di belahan bumi ini.

Ya, mengapa tidak? Pada era 90'an hingga 2000'an pada umumnya masyarakat dapat menebak bahwa setiap bulan yang menunjukkan kata (-ber) seperti September, Oktober, November, dan Desember sudah pasti memasuki musim penghujan. Faktanya saat ini cuaca/musim tidak dapat lagi di prediksi seperti di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) pada Tahun 2021 mengalami kemarau yang panjang hingga bulan Februari.

Permasalahan lingkungan khususnya pemanasan global menjadi topik permasalahan yang mencuat akhir-akhir ini. Laporan ke-4 Working Group II -- International Panel on Climate Change (IPCC), yang diterbitkan pada Bulan April 2007, membuktikan adanya beberapa climate proof dengan tingkat keyakinan yang tinggi mengenai perubahan temperatur regional yang telah berdampak nyata secara fisik dan biologis bagi perubahan iklim.

Kenaikan temperatur rata-rata sejak 1850- 1899 hingga 2001-2005 adalah 0.76 'C dan muka air laut global telah meningkat dengan laju rata-rata 1.8 mm/tahun dalam rentang waktu 40 tahun terakhir (1961-2003). 

Kenaikan total muka air laut yang berhasil dicatat pada awal abad 20 diperkirakan sebesar 17 cm. Laporan tersebut juga menyatakan bahwa kegiatan sosial-ekonomi manusia (antropogenik) memberikan kontribusi yang besar dalam peningkatan temperatur tersebut, sehingga tanpa upaya yang terstruktur dan berkesinambungan, dampak yang akan terjadi pada masa mendatang akan menjadi sangat serius.

Perubahan iklim ataupun pemanas global ini disebabkan oleh bebarapa hal. Menurut Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang Kerangka Kerja Perubahan Iklim (United Nations Framework Convention on Climate Change/UNFCCC) yang telah disahkan pada Tanggal 1 Agustus 1994, mendefinisikan Perubahan iklim sebagai perubahan iklim yang disebabkan baik secara langsung atau tidak langsung oleh aktivitas manusia sehingga mengubah komposisi dari atmosfer global dan variabilitas iklim alami pada perioda waktu yang dapat diperbandingkan. Komposisi atmosfer global yang dimaksud adalah komposisi material atmosfer bumi berupa Gas Rumah Kaca (GRK) yang di antaranya, terdiri dari:

  • Uap air (H2O), 36-70 persen
  • Karbon dioksida (CO2), 9-26 persen
  • Methana (CH4), 4-9 persen
  • Ozon (O3), 3-7 persen
  • Nitrous Oxide (N2O)
  • Klorofluorokarbon (CFC) dan Hidrofluorokarbon (HFC)

Pada kondisi alami GRK dibutuhkan untuk mempertahankan suhu Bumi agar tetap hangat, sehingga pada saat malam hari perubahan suhu tidak terjadi secara signifikan di bumi. 

Namun, faktanya saat ini keberadaan GRK di atmosfer sangat mengkhawatirkan seperti kandungan gas CO2 yang terus meningkat di atmoser akibat dari adanya aktifitas pembakaran lahan/hutan, asap kendaraan bermotor, industri, dan lain sebagainya. CO2 merupakan bahan baku yang dibutuhkan oleh tumbuhan untuk proses fotosintesis, karena tumbuhan akan mengubah CO2 menjadi oksigen (O2) yang dibutuhkan untuk kehidupan manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun