Mohon tunggu...
Yuniar Putri Wardani
Yuniar Putri Wardani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga

Teknologi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

FOMO dan Budaya Hustle Culture, Efek Samping Konsumsi Media Sosial pada Generasi Z

23 Juni 2022   20:07 Diperbarui: 23 Juni 2022   20:09 2023
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Efisiensi dan efektivitas yang ditawarkan teknologi dalam membangun sebuah komunikasi menarik banyak pengguna dari waktu ke waktu. Menurut Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) 2019-2020, jumlah penetrasi pengguna internet di indonesia sebesar 73,7% yaitu 196,71 juta jiwa dari total populasi 266,91 juta jiwa penduduk Indonesia (APJII, 2020). Berdasarkan data dari BPS lebih dari 50% pengguna internet adalah generasi muda. Bagi anak muda sendiri, internet sudah seperti kebutuhan primer. Apalagi bagi generasi Z (Gen Z), yaitu generasi pertama yang sejak lahir mengenal internet dan telah akrab dalam kesehariannya.

Kegiatan yang paling sering dilakukan oleh generazi Z apabila mendapat akses internet adalah membuka media sosial seperti twitter, Linkedin, Instagram, whatsapp, line, dan aplikasi lainnya. Adanya media sosial tersebut memang memudahkan dalam mencari informasi dan membangun komunikasi. Tetapi, tak dapat dipungkiri juga penggunaan media sosial juga dapat menimbulkan risiko yang buruk bagi para penggunanya. Salah satu gejala yang sering ditemui di kalangan anak muda pengguna media sosial saat ini adalah FOMO.

FOMO adalah singkatan dari Fear of Missing Out. Istilah ini sering digunakan untuk mendeskripsikan kecemasan berbasis digital ketika tidak mengetahui aktivitas orang lain atau informasi terkini (Sianipar, 2019). Keadaan ini juga sering diartikan sebagai kecemasan yang dirasakan seseorang saat melihat pengalaman orang lain dan tidak ikut terlibat atau tidak dapat melakukan seperti yang orang lain lakukan. FOMO dapat dicirikan saat seseorang merasa terus ingin terhubung dengan apa yang dilakukan oleh orang lain melalui media sosial.

Salah satu hal yang diyakini sebagai faktor utama penyebab FOMO adalah intensitas penggunaan media sosial yang terlalu sering. Ketidakmampuan dalam melakukan filter di media sosial dapat menyebabkan seseorang merasa cemas karena tidak dapat menjadi seperti seseorang yang ia lihat di media sosial. Apalagi jika menilik beberapa tahun ke belakang, pandemi menyebabkan hampir seluruh kegiatan komunikasi terpaksa dilakukan secara online. Sehingga mau tak mau penggunaan internet dan media sosial semakin meningkat.

Selain itu, beberapa faktor juga mendukung tingginya angka FOMO di kalangan generasi muda saat ini. Salah satunya adalah persaingan dalam dunia akademik dan semakin ketatnya persaingan lapangan kerja di era industri 4.0 ini. Sebagai contoh, banyak sekali mahasiswa berlomba-lomba untuk mengikuti banyak kegiatan dan berbagai kesempatan untuk mengembangkan diri untuk investasi karir di masa depan. Hal tersebut memang terdengar seperti sesuatu hal yang bersifat positif.

Namun, keadaan tersebut dapat menjadi beban apabila para mahasiswa tidak mempunyai prioritas dan cenderung beranggapan harus mengambil semua kesempatan yang ada. Apalagi jika melihat orang-orang di sekitar telah melakukan banyak hal yang belum dicoba. Hal ini banyak kita temui di media sosial, saat seseorang mengunggah prestasi, pekerjaan yang mapan, dan segala hal positif yang dapat menyebabkan perasaan cemas karena merasa tertinggal. Akan ada pressure untuk melakukan usaha lebih lagi agar dapat menjadi seperti orang-orang di sekitarnya. Hal yang berlebihan tersebut tentu saja dapat menimbulkan kebiasaan buruk. Misalnya adalah hustle culture dan multitasking.

Hustle culture adalah istilah yang digunakan untuk sebuah fenomena gila kerja. Yaitu budaya untuk bekerja keras dengan mendorong diri sendiri untuk melampaui batas kemampuannya demi tercapainya ambisi. Mereka yang merasa FOMO, berisiko tinggi untuk melakukan budaya ini. Mereka percaya dengan menjadi yang paling produktif dan menghabiskan waktunya untuk bekerja, maka peluang kesuksesan akan semakin dekat di depan mata.

Bahkan, saat ini budaya hustle culture seakan menjadi tren di kalang generasi Z. Padahal hal tersebut dapat merugikan, baik dari sisi kesehatan dan juga kualitas kerja. Budaya hustle culture dapat mendorong seseorang untuk melakukan banyak kegiatan dalam satu waktu atau sering dikenal dengan multitask. Apabila suatu pekerjaan dilakukan secara multitask maka fokus akan mudah terbelah sehingga hasil yang dilakukan berisiko tidak maksimal. Selain itu, FOMO dan hustle culture juga dapat memicu depresi. Ketika merasa cemas, tubuh akan melepaskan banyak hormone stres seperti cortisol dan adrenalin. Kelebihan kadar hormon cortisol dalam tubuh dapat meningkatkan risiko terkena penyakit seperti diabetes, obesitas, bahkan memperlemah sistem kekebalan tubuh alami.

Untuk mencegah efek samping dari konsumsi media sosial, yaitu FOMO dan hustle culture, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan. Yang pertama tentunya belajar untuk set boundering atau menyaring segala sesuatu yang ditangkap dari media sosial untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Akan sangat membantu apabila sudah memiliki target yang ingin dicapai sehingga mempermudah penyortiran hal-hal yang sesuai dan berpotensi dengan tujuan masa depan. Ketahui potensi diri yang ingin dikembangkan. Jangan memaksakan diri untuk ahli di semua bidang. Yang paling penting, tidak perlu membandingkan diri dengan pencapaian orang lain karena setiap orang memiliki tujuan dan kapasitas masing-masing.

Oleh: Yuniar Putri Wardani/0102111133080 Fakultas Kedokteran, Prodi Kedokteran, LPK D-1.26

References:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun