Mohon tunggu...
Yuniar N. Gina
Yuniar N. Gina Mohon Tunggu... pelajar -

seorang santri yang sedang belajar

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Warna-warni Santri

31 Oktober 2016   18:12 Diperbarui: 31 Oktober 2016   18:15 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jamaahan, wiridan, hafalan, sorogan, nadzoman. Keseharian para santri yang sudah melekat dalam jiwa hingga mampu menghidupkan ghiroh pesantren. Ciri khas mereka adalah kain sarung, peci dan baju koko, yang senantiasa jadi identitas santri putra. Sedangkan santri putri, dengan balutan jilbab segi empat dan baju gamis atau lebih dikenal dengan sebutan baju kurung yang senantiasa menutupi aurat dengan rapih. Ya itulah mereka. Yang mengajarkan kepada kita semua akan arti sebuah kesederhanaan dalam berpakaian.

Pesantren, merupakan salah satu lembaga pendidikan non formal yang berusaha mendidik para santrinya untuk siap belajar menyebarkan dakwah dengan terjun ke lingkungan masyarakat dengan mengedepankan aqidah, akhlaq, keikhlasan dan juga niat yang benar, semata-mata mengharap ridho Allah SWT dengan mengistiqomahkan menyerukan agama Islam.

Dalam kehidupan pesantren, santri diajarkan untuk lebih mandiri dalam kesehariannya, merasakan prihatin atau biasa mereka menyebutnya sebagai tirakat. Tirakat-tirakat yang biasa dilakukan para santri diantaranya puasa sunnah senin-kamis, puasa daud, dll.

Tirakat-tirakat tersebut mereka lakukan dengan niat untuk belajar menahan hawa nafsu mereka. Karena bagi mereka dengan menahan hawa nafsu, diharapkan menjadi salah satu pemicu akan ilmu yang bermanfaat, mendapatkan keberkahan di dunia dan akhirat. Melalui tirakat-tirakat tersebut, mereka diajarkan untuk lebih peka terhadap kehidupan masyarakat luas. Selain itu, mereka juga diajarkan untuk merasakan bagaimana kondisi orang yang kurang beruntung. Mereka akan lebih bersyukur, saat mereka merasakan bahwa keadaan mereka lebih beruntung daripada orang lain.

Bangun sebelum subuh adalah hal yang menjadi rutinitas bagi mereka. Mereka lakukan dengan penuh antusias karena mereka tau dimana waktu 1/3 malam adalah waktu yang mustajab. Waktu itu mereka gunakan untuk bertaqarrub pada Allah SWT, berdzikir pada-Nya dan bersholawat pada Rasul-Nya.

Ba`da subuh pun mereka segera bergegas menuju ruang kelas masing-masing untuk mengaji kitab kuning. Sambil menunggu ustadz datang, biasanya mereka semarakkan kelas dengan asmaul husna, doa-doa dan lantunan nadzom-nadzom yang sesuai dengan pelajaran yang dikaji kelas maisng-masing.

Tertidur dalam kelas, adalah salah satu polah tingkah santri yang terkadang sering kita jumpai saat ta’lim berlangsung. Energi yang terforsir untuk berbagai aktifitas (di dalam atau luar pondok) menyebabkan hal tersebut terjadi. Sehingga rasa kantukpun tak tertahankan. Namun bagi santri hal tersebut tidak mengurangi keberkahan ilmu yang dipelajari. Kata guru kami, sekalipun para santri tertidur pada saat ta’lim tapi mereka tetap mendapatkan keberkahan ilmu dari sang guru.

Warna-warni kehidupan pesantren bagiku menjadi pembela dari lembaga pendidikan lain, terlebih sekolah formal. Sebab pesantren adalah salah satu bentuk barometer bagi perkembangan spiritual, emosional, dan intelektual bagi para pemuda.

Saya_SANTRI_dan_Saya_Bersyukur !

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun