Mohon tunggu...
Yuniandono Achmad
Yuniandono Achmad Mohon Tunggu... Dosen - Dreams dan Dare (to) Die

Cita-cita dan harapan, itu yang membuat hidup sampai saat ini

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Keris Diponegoro, Aseli atawa Kagak

16 Maret 2020   11:48 Diperbarui: 16 Maret 2020   12:06 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar kompas.id

Bagaimana dengan Merdeka Belajar?

Merdeka belajar ini konsep bagus, kita butuh percepatan kemajuan. Tidak perlu menunggu pembakuan peraturan menteri atau malah peraturan pemerintah. Disampaikan bahwa merdeka belajar konteksnya adalah berinovasi. Tujuan inovasi adalah untuk kemajuan 3 (tiga) pihak komponen utama sekolah -yaitu: satu siswa, dua siswa dan tiga siswa. Artinya: siswa, siswa dan siswa.

Sebenarnya pendidikan kita mengalami kemajuan. Ada progress, tapi tidak begitu cepat. Dr Iwan Syahril mengutip kajian seorang professor di Harvard menyatakan bahwa Indonesia --dengan percepatan kemajuan saat ini- mungkin baru 1000 tahun lagi baru bisa seperti Negara maju. Maka kita perlu hadirkan inovasi sebagai budaya. Inovasi itu artinya mencoba hal hal yang baru --yang belum pernah dilakukan.

Belajar dari tim penyarian keris di atas maka ada beberapa hal yang dapat diambil hikmahnya. Pertama kolaborasi antar alumni. Konteks dari merdeka belajar adalah gotong royong --atau kerja bareng, istilah kerennya kolaborasi. Kalau kata Presiden Soekarno bila Pancasila itu diperas maka intinya adalah gotong royong. Kerja bareng antara alumni UGM, kemudian UI dan Undip. Kemudian singkirkan keegoisan kampus. Jangan mentang-mentang Kagama maka hanya mencari yang berhubungan dengan Gadjah Mada saja. Selanjutnya --setelah menemukan produk maka- serahkan barang fenomenal tersebut ke yang ahlinya, yaitu museum.

Berikutnya kita butuh orang-orang yang mau berjalan di depan, yaitu dalam hal ini seperti tim verifikasi keris di atas. Pada konsep merdeka belajar adalah adanya guru penggerak. Sang penggerak akan melihat suatu kegiatan itu tidak hanya bagus  untuk dirinya saja, tapi juga memberdayakan yang lain.

Maka merdeka belajar juga perlu "merdeka bersama". Seperti dulu era Orba memunculkan CBSA atau cara belajar siswa aktif. Dengan kreatifitas beberapa guru, yang terjadi adalah CBSA atau Cara Belajar Semua Aktif. Itulah inovasi. Mampu menggusur konsep lama CBSA -yaitu "catat buku sampai abis". Jadi merdeka belajar perlu didahului dengan merdeka bersama. Tak usah menunggu juklak atawa juknis, yang penting tujuan dan konsep sama.

Keris adalah bagian dari sejarah. Kalau menurut pelawak Kelik Pelipur Lara, kata Sejarah itu berarti "SEtausaya JAngan diaRAHkan" artinya biar mengalir saja. Pembicaraan menarik lainnya adalah membahas terkait siapa yang membuat keris Diponegoro. Ini pernah ditulis di Kompas. bahwa keris-keris ampuh Diponegoro dan para panglimanya dibuat oleh Empu Mageti.

Empu Mageti merupakan keturunan pembuat keris top sejak zaman Majapahit. Saat ini keturunan dan penerus ilmu Empu Mageti konon masih ada, tinggal di dusun Brangkal desa Kedungpanji kecamatan Lembeyan kabupaten Magetan provinsi Jawa Timur.

Kembali ke judul: ASLIKAH keris tersebut? Maaf itu hanya sekedar judul. Tulisan ini tidak menjawabnya. Atau meminjam jawaban Sri Sultan (kurang lebih): Aku hyo ra reti wong aku durung lair (saya tidak tahu, orang saya belum lahir). Demikian. Ayo semangat membaca, membaca apa saja, hidup literasi Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun