Mohon tunggu...
Yuniandono Achmad
Yuniandono Achmad Mohon Tunggu... Dosen - Dreams dan Dare (to) Die

Cita-cita dan harapan, itu yang membuat hidup sampai saat ini

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Lagi, Tentang Merdeka Belajar

3 Maret 2020   12:55 Diperbarui: 4 Maret 2020   08:19 618
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi siswa yang tengah belajar. (sumber: shutterstock via kompas.com)

Hari Rabu tanggal 18 Februari lalu saya sempat menyimak paparan perwakilan/ pihak Kementerian Pendidikan Kebudayaan (Kemdikbud) pada acara lokakarya "Refleksi Kritis Kompetensi Guru dan Kepala Sekolah: Telaah terhadap Penerapan Kerangka Kompetensi", bertempat di millennium daerah Kebon Sirih/ Tanah Abang , Jakarta. Acara berlangsung malam hari dimulai sekitar jam 19.30 WIB.

Materi terkait Strategi Utama Transformasi Murid dan Sekolah, disampaikan oleh Dr Iwah Syahril --staf khusus Menteri Pendidikan dan Kebudayaan bidang Pengembangan Profesi Guru. Sedangkan moderatornya ibu Sri Renani Pantjastuti. Saat itu beliau sebagai pelaksana tugas Direktur Pembinaan Guru Sekolah Menengah dan Pendidikan Khusus.

Ada beberapa hal yang menarik terkait merdeka belajar yang pak Staf Khusus sampaikan.

Misalnya: (1) Sistem pendidikan di manapun pada akhirnya yang menentukan kualitas pendidikan adalah guru. Lalu (2) Spirit yang ditanamkan Kemendikbud saat ini adalah "merdeka belajar". 

Namun ketika mau dipraktikan banyak internal kementerian yang bertanya, "Merdeka belajar itu juknisnya apa?". Mungkin di benak bapak/ ibu guru juga demikian. Pak Staf Khusus mempertanyakan kembali, masak bikin merdeka harus ada juklak/ juknisnya. Lanjutnya: Merdeka belajar itu dalam konteks melakukan inovasi-inovasi, dan tentunya merdeka bukan asal asalan. 

Sebagaimana Indonesia merdeka yang dicita citakan bukan asal asalan, tetap ada tujuan, cita cita, dan filosofi. Lanjut (3) Tujuan utama pembelajaran adalah berpulang ke "Siswa, Siswa, dan Siswa". Bagaimanakah hasil belajar siswa dan pelayanan kita kepada siswa akan jauh lebih bagus. Ujung tombaknya sekali lagi adalah guru.

Kemudian ke-(4), terkait kompetensi guru. Kompetensi guru dan dosen selama ini didekati dengan 4 (empat) macam indikator yaitu kompetensi profesional, pedagogis, sosial, dan kepribadian. Itu berlangsung sejak tahun 2005. 

SUMBER gambar: kompas.com
SUMBER gambar: kompas.com

Menurut pak Staf Khusus, mengukur "kualitas" itu bisa dengan 3 (tiga) cara. PERTAMA berupa kemampuan seorang guru yaitu potensi yang dia bawa dalam konteks mengajar. Tapi masih berupa Potensi.

Kepribadian seperti apa, training apa yang berpengaruh, atau mungkin dia sudah lulus sertifikasinya, artinya personal resource. Pengertian KEDUA adalah performa, apa yang dilakukan. 

Mungkin potensi bagus tapi ketika harus mengajar guru tidak mengajar dalam ruang hampa. Dia mengajar dalam konteks yang ada situasi yang mungkin tidak dalam kendalinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun