Mohon tunggu...
Yuniandono Achmad
Yuniandono Achmad Mohon Tunggu... Dosen - Dreams dan Dare (to) Die

Cita-cita dan harapan, itu yang membuat hidup sampai saat ini

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Mahathir Nyopir, Jokowi Mampir, Mobnas Cengar Cengir

16 Agustus 2019   14:23 Diperbarui: 18 Agustus 2019   19:35 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://nasional.kompas.com/read/2019/08/09/20570711/cerita-presiden-jokowi-disopiri-pm-mahathir-mohamad 

Jokowi tak mampir ke KL. Tapi muter-muterin Putrajaya. Ia ketemu sang "raja": Mahatir PMnya malaysia. Mahatir bawa sendiri kereta. Dia sepertinya nyindir kita.

Untuk kedua kalinya dalam 4 (empat) tahun, PM Mahatir Muhammad menyopiri Presiden Joko Widodo. Dulu tahun 2015, sekarang pada tahun 2019 -kejadian pada hari Jumat 09 Agustus 2019. Mobilnya Proton Persona. Momen itu bisa bermakna banyak hal. Bisa sebagai sarana promosi bagi mobil nasional (mobnas) Malaysia. Bisa menunjukkan keamanan jalanan di kota-kota Malaysia, sampai priyayi sepuh usia 90 tahun masih safe untuk berkeliling mobil. Mobilnya juga sangat ready -karena Mahatir berani sampai 150 kilometer per jam. Bisa juga sebagai sarana unjuk gigi, mereka punya mobnas, lalu kita? Bisa bisa juga untuk sarana "nyindir", karena pada tahun 2015 Malaysia sudah mengajak Indonesia untuk membuat mobil lingkup Asia Tenggara. Mereka telah membuat seri baru Proton, hLa kita? Tulisan yang merupakan celoteh pribadi ini akan membahasnya.

**

Ada sebuah adegan di filmnya Warkop DKI berjudul "Dongkrak Antik". Ketika itu Dono sedang "mabuk" gegara meminum pil atau obat tertentu. Lalu Dono lihat TV, dan yang jadi penyiarnya si Indro. Namanya baru sakauw, si Dono malah lihat Indro yang sedang siaran di TV ini bisa berdialog dengannya. Beberapa menit kemudian Indro membacakan surat pemirsa, yang berisi jawaban atas pertanyaan, "Mengapa Negara kita tidak bisa membikin mobil sendiri?". Indro membacakan 2 (dua) buah surat jawaban. Pertama, ada yang menjawab: Kalau mampu beli, buat apa bikin sendiri. Kemudian kedua, jawaban pemirsa yang lain: Gak bikin sendiri saja jalanan macet, apalagi kalau mau bikin mobil sendiri.

Persoalan mobil nasional yang made in Indonesia memang runyam. Maksud kami runyam adalah persoalan yang pelik dan sudah lama. Kebijakan para pendahulu telah menyetir arah industrialisasi Indonesia. Presiden pertama kita, Ir Sukarno, telah mengirimkan para mahasiswa untuk belajar teknologi ke Eropa. Di dalam rombongan yang dikirim itu diantarnya ada BJ Habibie, Rahardi Ramelan, dan Wardiman Djojonegoro. Seingat saya Habibie pernah memberi pernyataan bahwa kebijakan Sukarno tersebut tepat. Terutama kepada dirinya agar belajar dirgantara karena kondisi kepulauan Indonesia yang membutuhkan pesawat terbang kecil untuk mobilitas penduduk.

Ketika Soeharto menjadi presiden, Habibie kemudian dipercaya untuk mendirikan industri pesawat. Maka muncullah CN 235 pada tahun 1980-an, dan N 250 pada saat Indonesia berultah ke 50 tahun. Namun krisis ekonomi telah meluluhlantakkan proyek tersebut. Sebagai proyek prioritas, pembuatan pesawat pada era Orde Baru sangat diutamakan. Pembiayaan IPTN dulu pernah memakai dana reboisasi, yang semestinya untuk penghijauan atau kehutanan.

PT Dirgantara Indonesia (DI) adalah industri pesawat terbang yang pertama dan satu-satunya di Indonesia dan di wilayah Asia Tenggara. Perusahaan ini dimiliki oleh Pemerintah Indonesia. PTDI didirikan pada 26 April 1976 dengan nama PT Industri Pesawat Terbang Nurtanio dan BJ Habibie sebagai Presiden Direktur. Industri Pesawat Terbang Nurtanio kemudian berganti nama menjadi Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) pada 11 Oktober 1985. Setelah direstrukturisasi, IPTN kemudian berubah nama menjadi Dirgantara Indonesia pada 24 Agustus 2000.

Dirgantara Indonesia tidak hanya memproduksi berbagai pesawat tetapi juga helikopter, senjata, menyediakan pelatihan dan jasa pemeliharaan (maintenance service) untuk mesin-mesin pesawat. Dirgantara Indonesia juga menjadi sub-kontraktor untuk industri-industri pesawat terbang besar di dunia seperti Boeing, Airbus, General Dynamic, Fokker dan lain sebagainya. Dirgantara Indonesia pernah mempunyai karyawan sampai 16 ribu orang. Karena krisis ekonomi yang melanda Indonesia, Dirgantara Indonesia melakukan rasionalisasi karyawannya hingga menjadi berjumlah sekitar 4000 orang.

Menurut Wikipedia, pada awal hingga pertengahan tahun 2000-an Dirgantara Indonesia mulai menunjukkan kebangkitannya kembali, banyak pesanan dari luar negeri seperti Thailand, Malaysia, Brunei, Korea, Filipina dan lain-lain. Namun pernah pesawat IPTN tidak laku, sampai musti ditukar beras ketan dari Thailand pada tahun 1996. Bagi kalangan penganut paham keunggulan komparatif itu sah sah saja. Karena Thailand unggul dalam hal produk pertanian (beras ketan), sedangkan Indonesia berlimpah produk pesawat. Menurut wikipedia, tahun 2012 merupakan momen kebangkitan Dirgantara Indonesia. 

**

Mahathir boleh saja pamer. Karena memang proton ini dirintis olehnya pada tahun 1983. PROTON (singkatan dari Perusahaan Otomobil Nasional Sdn. Bhd.) awalnya menggunakan teknologi dari perusahaan Jepang, Mitsubishi. Tetapi kini juga telah berhasil mengembangkan teknologinya sendiri.                                                   Menurut Wikipedia, berawal pada tahun 1979, Tun Mahathir Mohamad selaku Bapak Modernisasi Malaysia yang kemudian menjadi deputi Perdana Menteri Malaysia, memunculkan ide untuk mendirikan perusahaan perakitan otomotif dan industri manufaktur di Malaysia. Hal ini dimaksudkan sebagai usaha Tun Mahathir untuk mempercepat kemampuan industrialisasi Malaysia dalam mengimbangi negara-negara maju.

Proton secara resmi didirikan pada tanggal 7 Mei 1983. Model pertama diluncurkan secara komersial adalah Proton Saga pada tanggal 9 Juli 1985. Pasar pertama Proton Saga adalah Singapura. Setahun setelah model pertama diluncurkan, Pada tahun 1986, Proton telah berhasil meluncurkan 10.000 buah mobil. Tahun berikutnya lebih dari 50.000 unit Proton Saga telah diproduksi dan dijual di Bangladesh, Brunei, Selandia Baru, Malta, Sri Lanka dan Inggris. Namun seingat saya Proton (bersama Mitsubishi) pernah gagal menembus pasar Amerika Serikat di awal 90-an.

Masih menurut Wikipedia, pada bulan Oktober 2014 dalam pembicaraan Presiden Joko Widodo dengan Perdana Menteri Malaysia Datuk Seri Najib Tun Razak dikaji rencana RI dan Malaysia mengerjakan proyek produksi Mobil bersama. Malaysia akan melibatkan dan mengandalkan teknologi Proton, sedangkan Indonesia mengandalkan GEA produksi PT INKA (Industri Kereta Api). Proton dan Indonesia akan meluncurkan mobil ASEAN sebagai proyek yang laik setelah studi yang mendalam.

**

Kerunyaman lain adalah terkait ekonomi politik proyek mobil. Jepang yang selama ini menguasai pasar mobil Indonesia, dianggap tidak berupaya mentransfer teknologi. Sementara Jepang merasa biaya politik -dalam kerangka "KKN"- telah mereka bayarkan ke penguasa atau pemerintah. Ini masih antithesis. Maka kedatangan Korea dengan teknologi mobilnya -mungkin tahun 1996- disambut dengan gembira. Karena Korea mengajarkan "cara" juga. Jadilah Timor, tapi sayangnya completely built up. Saat muncul Timor, beberapa pekan kemudian keluarlah Nenggala dan Cakra, masih made in Korea juga (namun beda pabrik). Pemiliknya yang pribumi -masih satu darah padahal. Masih satu orang tua. Jepang tidak mau kalah, menggugat ke WTO. Indonesia akhirnya  kalah.

Ada beberapa pendapat -atau katakanlah malah "madzhab"- dalam urgensitas mobil nasional. Madzhab pertama, mendukung proyek mobnas, Indonesia harus bikin sendiri. Seperti Malaysia. Madzhab kedua tidak perlu bikin mobnas. Tapi -meski tidak bikin sendiri- Indonesia tetap membuat onderdilnya, memakai bahan baku sendiri, dan tenaga kerjanya wong pribumi. Seperti Thailand. Indonesia sebenarnya tidak terlalu buruk dalam kinerja mobil. Kalau Thailand negara pengekspor karoseri mobil tertinggi di Asia Tenggara, maka Indonesia nomor dua.

Salah satu pentingnya ilmu ekonomi adalah membuat manusia itu realistis. Hidup itu pilihan -masih kata economics juga. Ada sebuah model di ekonomi yang dapat menggambarkan pilihan kebijakan prioritas ini. Dikenal kurva kemungkinan produksi (atau production–possibility frontier (PPF)). PPF adalah grafik yang menunjukkan kemungkinan produksi 2 (dua) komoditas yang dihasilkan dengan menggunakan (faktor produksi) yang sama dan tetap. Frontier itu sebutan awalnya adalah untuk garis garda depan dalam perang.  Di bukunya Todaro, modelnya memakai Rice dan Radio. Suatu Negara punya kendala dalam memilih, apakah konsentrasi ke produksi Rice atau ke rekayasa teknologi Radio. Bisa saja berupaya menaikkan keduanya secara serentak, tentu syaratnya adalah menaikkan anggaran.Keterbatasan kita adalah anggaran. Sementara kebutuhan masyarakat Indonesia sangatlah tidak terbatas. 

Artinya .... apakah kita mau tetap konsen di pesawat? Atau ganti mobil? Atau pesawat separo, mobil separo?

Bersambung

                     #Bersambung tanpa diketahui kapan ujungnya hehehe

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun