Mohon tunggu...
Yuniandono Achmad
Yuniandono Achmad Mohon Tunggu... Dosen - Dreams dan Dare (to) Die

Cita-cita dan harapan, itu yang membuat hidup sampai saat ini

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Mahathir Nyopir, Jokowi Mampir, Mobnas Cengar Cengir

16 Agustus 2019   14:23 Diperbarui: 18 Agustus 2019   19:35 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://nasional.kompas.com/read/2019/08/09/20570711/cerita-presiden-jokowi-disopiri-pm-mahathir-mohamad 

Proton secara resmi didirikan pada tanggal 7 Mei 1983. Model pertama diluncurkan secara komersial adalah Proton Saga pada tanggal 9 Juli 1985. Pasar pertama Proton Saga adalah Singapura. Setahun setelah model pertama diluncurkan, Pada tahun 1986, Proton telah berhasil meluncurkan 10.000 buah mobil. Tahun berikutnya lebih dari 50.000 unit Proton Saga telah diproduksi dan dijual di Bangladesh, Brunei, Selandia Baru, Malta, Sri Lanka dan Inggris. Namun seingat saya Proton (bersama Mitsubishi) pernah gagal menembus pasar Amerika Serikat di awal 90-an.

Masih menurut Wikipedia, pada bulan Oktober 2014 dalam pembicaraan Presiden Joko Widodo dengan Perdana Menteri Malaysia Datuk Seri Najib Tun Razak dikaji rencana RI dan Malaysia mengerjakan proyek produksi Mobil bersama. Malaysia akan melibatkan dan mengandalkan teknologi Proton, sedangkan Indonesia mengandalkan GEA produksi PT INKA (Industri Kereta Api). Proton dan Indonesia akan meluncurkan mobil ASEAN sebagai proyek yang laik setelah studi yang mendalam.

**

Kerunyaman lain adalah terkait ekonomi politik proyek mobil. Jepang yang selama ini menguasai pasar mobil Indonesia, dianggap tidak berupaya mentransfer teknologi. Sementara Jepang merasa biaya politik -dalam kerangka "KKN"- telah mereka bayarkan ke penguasa atau pemerintah. Ini masih antithesis. Maka kedatangan Korea dengan teknologi mobilnya -mungkin tahun 1996- disambut dengan gembira. Karena Korea mengajarkan "cara" juga. Jadilah Timor, tapi sayangnya completely built up. Saat muncul Timor, beberapa pekan kemudian keluarlah Nenggala dan Cakra, masih made in Korea juga (namun beda pabrik). Pemiliknya yang pribumi -masih satu darah padahal. Masih satu orang tua. Jepang tidak mau kalah, menggugat ke WTO. Indonesia akhirnya  kalah.

Ada beberapa pendapat -atau katakanlah malah "madzhab"- dalam urgensitas mobil nasional. Madzhab pertama, mendukung proyek mobnas, Indonesia harus bikin sendiri. Seperti Malaysia. Madzhab kedua tidak perlu bikin mobnas. Tapi -meski tidak bikin sendiri- Indonesia tetap membuat onderdilnya, memakai bahan baku sendiri, dan tenaga kerjanya wong pribumi. Seperti Thailand. Indonesia sebenarnya tidak terlalu buruk dalam kinerja mobil. Kalau Thailand negara pengekspor karoseri mobil tertinggi di Asia Tenggara, maka Indonesia nomor dua.

Salah satu pentingnya ilmu ekonomi adalah membuat manusia itu realistis. Hidup itu pilihan -masih kata economics juga. Ada sebuah model di ekonomi yang dapat menggambarkan pilihan kebijakan prioritas ini. Dikenal kurva kemungkinan produksi (atau production–possibility frontier (PPF)). PPF adalah grafik yang menunjukkan kemungkinan produksi 2 (dua) komoditas yang dihasilkan dengan menggunakan (faktor produksi) yang sama dan tetap. Frontier itu sebutan awalnya adalah untuk garis garda depan dalam perang.  Di bukunya Todaro, modelnya memakai Rice dan Radio. Suatu Negara punya kendala dalam memilih, apakah konsentrasi ke produksi Rice atau ke rekayasa teknologi Radio. Bisa saja berupaya menaikkan keduanya secara serentak, tentu syaratnya adalah menaikkan anggaran.Keterbatasan kita adalah anggaran. Sementara kebutuhan masyarakat Indonesia sangatlah tidak terbatas. 

Artinya .... apakah kita mau tetap konsen di pesawat? Atau ganti mobil? Atau pesawat separo, mobil separo?

Bersambung

                     #Bersambung tanpa diketahui kapan ujungnya hehehe

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun