Mohon tunggu...
Yuni Retnowati
Yuni Retnowati Mohon Tunggu... Dosen - Biarkan jejakmu menginspirasi banyak orang

Dosen komunikasi penyuka film horor dan thriller , cat lover, single mom

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mata Hati yang Terluka (Bagian Terakhir)

3 Juni 2020   13:00 Diperbarui: 3 Juni 2020   13:02 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Maaf Tante, sebenarnya tidak pernah terjadi apa-apa antara saya dan Audrey. Saya bohong, Tante," suara Rama pelan , "Tante nggak usah kuatir. Audrey nggak apa-apa. Saya sebenarnya cuma nggak ingin putus dengannya."

Santi melotot mendapati Rama sedang mengeluarkan strategi baru. Cerdiknya anak ini. Siapa  dalang di balik semua ini? Kemarin dia membuat Santi lunglai karena pengakuannya telah berhubungan terlalu jauh dengan Audrey. Begitu muncul rencana mengirim Audrey untuk sekolah di Makasar, kisahnya pun berubah. Dengan mudah dia menarik pengakuannya untuk menggagalkan rencana Santi.  

"Jangan mempermainkan saya," gertaknya  kepada Rama yang dengan berani datang menghadapnya untuk membuat pengakuan baru.

"Maaf Tante, saya tidak bermaksud begitu," ucap Rama pelan.

"Kamu nggak usah bohong. Katakan saja yang sebenarnya !"

Rama diam kini. Terpekur menatap tepian meja. Santi duduk dengan gelisah menunggu jawaban yang tak kunjung tiba. Audrey mengunci diri di dalam kamar. Tak mau terlibat dalam pembicaraan tentang dirinya. Keheningan itu berjalan beberapa lama. Sandiwara apa yang telah dimainkan anak-anak ini, batin Santi dalam keresahan yang makin menekan.

"Jadi, mana yang betul Rama? Ceritamu yang dulu atau yang sekarang?" desaknya mulai kehilangan kesabaran.

"Tante, saya sangat mencintai Audrey. Apapun akan saya lakukan untuk dia," seketika kalimat itu menuntun Santi pada satu keyakinan. Audrey yang meminta Rama melakukan ini. Membuat pengakuan baru untuk menggugurkan pengakuan lama agar dia bisa tetap tinggal bersama Mama.

"Kalian sudah melakukan kesalahan besar," ujar Santi pada akhirnya setelah menahan kegeraman.

"Saya yang salah Tante. Maafkan saya Tante," ucapan itu telah begitu sering ke luar dari mulut Rama.

"Ya, kamu memang salah. Aku tidak bisa menerima sikapmu yang selalu merendahkan Audrey.  Aku tidak  terima kamu melakukan kekerasan kepada Audrey," serang Santi dengan suara keras yang mengagetkan Rama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun