Mohon tunggu...
Yuni Retnowati
Yuni Retnowati Mohon Tunggu... Dosen - Biarkan jejakmu menginspirasi banyak orang

Dosen komunikasi penyuka film horor dan thriller , cat lover, single mom

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mata Hati yang Terluka (Bagian Terakhir)

3 Juni 2020   13:00 Diperbarui: 3 Juni 2020   13:02 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Diancam apa lagi? Ancaman Rama sudah dibuktikan. Kalau minta putus rahasia mereka berdua terkuak. Itu rahasianya sudah dibongkar. Apakah ada rahasia yang lebih besar lagi? Jangan ah, Dan. Aku  nggak siap mendengarnya lagi. Nggak..nggak..," ditepisnya sendiri kekhawatiran yang pelan-pelan menjalar ke benaknya.

"Jadi bagaimana sekolahnya nanti? Masih bertahan di sini bersamamu atau merelakannya jauh darimu?"

Ganti Santi yang terdiam. Sejak kecil Audrey telah bersamanya. Kalau dia pergi meski hanya sementara semasa SMA, apakah Santi akan sanggup hidup sendiri? Meski Audrey sangat sulit diatur dan sering menyakiti hatinya, dia sungguh tak rela dipisahkan dari anak itu. Ketika proses perceraiannya sedang berangsung dulu, setiap kali menjemput ke sekolah dan tak menemukan Audrey dia  selalu takut anaknya diculik Suaminya. Lantas sekarang ini dengan sukarela dia menyerahkan Audrey yang telah menjadi gadis remaja ke tangan Papanya yang entah apa pekerjaannya di sana.  Bagaimana kalau Audrey justru menjadi makin rusak karena terpisah dari Mamanya?

Di HP-nya, Santi menerima banyak SMS dari Rama yang memintanya untuk membatalkan rencana menyekolahkan Audrey di Makassar.  Berbagai alasan dipaparkan untuk mengurungkan niat Santi. Beberapa nampak masuk akal. Beberapa yang lain hanyalah ketakutan yang berlebihan pada sosok Papa Audrey. Tapi apa hak Rama mengaturnya ? Sungguh berani anak itu mencampuri urusannya.

Masih ragu Santi menghubungi Bayu, mantan suaminya. Apakah perlu berterus terang tentang kejadian ini? Tidakkah itu membuka peluang bagi Bayu untuk mengkritiknya, menyalahkannya dan bahkan memarahinya karena tidak bisa menjaga dan mendidik Audrey? Santi tak ingin disalahkan atau dihakimi sebagai Ibu yang kurang peduli pada anak. Susah payah dia mempertahankan hidupnya bersama Audrey  tanpa bantuan keuangan dari siapapun. Ah, tapi akankah Bayu menyalahkannya dalam hal ini? Atau lebih baik tidak usah menceritakan apa-apa. Cukup minta tolong untuk menjaga dan mendidik Audrey selama tiga tahun di SMA. Pada saat kuliah nanti Audrey akan kembali kepadanya. Tinggal bersamanya seperti semula. Ya, itu mungkin lebih baik.

"Mama sudah  nelpon Papa?" tanya Audrey memastikan.

"Belum," jawabnya jujur.

"Please, Ma. Jangan paksa aku tinggal dengan Papa. Aku nggak mau sekolah di Makassar,"  rengeknya.

"Kalau begitu mungkin lebih baik kamu nggak usah sekolah," jawabnya enteng sambil mulai memencet nomor HP Bayu. Pada saat itu dia teringat pada salah seorang teman Audrey yang melarikan diri dari pesantren karena tidak tahan dengan sistem pendidikan di sana. Tiba-tiba bayangan Audrey melarikan diri dari sekolahnya di Makassar menghentikan niatnya untuk menghubungi Bayu. Dipandanginya lekat-lekat wajah Audrey yang penuh harap untuk tetap bersamanya.

Sungguh Santi membenci dirinya sendiri yang  peragu. Bayangan-bayangan buruk hampir selalu menggoyahkan niatnya. Hantu itu diciptakan sendiri lalu ditakutinya sendiri. Sungguh aneh memang. Tapi itulah Santi yang terbelit oleh masalah-masalahnya sendiri. Terperangkap dalam bayang-bayang kesulitan yang menyesakkan jiwanya.

"Ada apa menelponku tadi?" suara Bayu di seberang sana menyadarkan keberadaannya kini. Berpijak di atas dua kakinya sendiri di rumahnya sendiri. Bersama Audrey yang meratapi sisa-sisa harapannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun