Mohon tunggu...
Yuni Retnowati
Yuni Retnowati Mohon Tunggu... Dosen - Biarkan jejakmu menginspirasi banyak orang

Dosen komunikasi penyuka film horor dan thriller , cat lover, single mom

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mata Hati yang Terluka (Bagian 3)

3 Juni 2020   10:22 Diperbarui: 3 Juni 2020   10:20 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Pexels.com

Santi terdiam menahan dadanya yang semakin terasa sesak. Mulutnya seolah terkunci menyekap segala amarah yang berdesakan ingin membebaskan dirinya.

"Saya  bertanggung jawab, Tante.  Saya akan bicara pada orangtua saya. Saya akan menikahi Audrey," janjinya dengan suara bergetar.

"Apa ? Menikah ? Ah, kamu ini !"  Santi tak bisa lagi meneruskan kalimatnya. " Audrey !"

Masih tak ada sahutan dari dalam kamar. Tidurnya Audrey selalu sulit diganggu. Butuh usaha keras untuk membuatnya bangun. Santi menata hatinya sendiri sebelum mengambil tindakan. Apakah cukup bijak memaksanya bangun  sekarang untuk duduk bersama membicarakan langkah yang akan diambil kemudian? Mata Santi berkunang-kunang melihat sekelilingnya. Wajah Rama pun kabur dalam pandangannya. Dadanya semakin sesak sampai-sampai sulit untuk bernapas.  Tak ada lagi kata-kata yang bisa ke luar dari mulutnya.

"Sudah, Rama, kamu pulang dulu. Tante perlu waktu untuk menyelesaikan semua ini," suaranya tercekat di tenggorokan.

"Maafkan saya Tante. Saya sangat mencintai Audrey. Saya nggak mau berpisah dengannya. Saya akan menikahi Audrey," kalimatnya meluncur lancar.

Rama akhirnya mau pulang meski belum bertemu dengan Audrey. Meninggalkan Santi sendiri dalam kegundahan. Apa yang baru saja didengar dari Rama tadi masih membuatnya shock. Bagaimana mungkin anak seusia mereka sudah berbuat sejauh itu? Kenapa Santi tak pernah menaruh curiga atau mencoba tindakan preventif. Pikirannya tak mampu menjangkau perbuatan semacam itu. Dipikirnya Audrey akan bahagia dengan memiliki teman laki-laki yang bisa menjadi kakaknya. Menjaga dan melindungi dengan sepenuh hati.

 Seorang lelaki adalah pelindung dan penjaga bagi perempuan. Hanya itu yang ada dalam benaknya ketika mengijinkan Audrey berpacaran dalam usia dini. Santi meniadakan prasangka, kekhawatiran dan mengusir jauh-jauh sikap paranoid para orangtua yang  berlebihan memproteksi anak gadisnya. Nyatanya apa yang didapatinya kini adalah kado buruk yang tak pernah diharapkan.

Audrey masih pulas memeluk mimpi-mimpinya. Meraih harapan yang melayang-layang menggodanya. Di salah satu sudut ruangan  lelehan air mata Santi tak jua susut  seiring  tergelincirnya waktu.  Senyap menyekap lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun