Ada apa ? Â Santi ingin bertanya saat itu juga. Ah, sudahlah. ABG memang labil. Biarlah Audrey punya waktu untuk mengintrospeksi hubungannya dengan Rama. Kalau putus biar saja. Itu malah yang lebih baik untuk Audrey saat ini. Rama tidak mempunyai kualitas untuk menjadi teman laki-laki yang dibutuhkan Audrey. Dulu memang Audrey mengagumi keberanian dan ketegasan Rama tapi sikap posesif dan otoriter yang kemudian menjadi sangat dominan dalam hubungan mereka mulai tidak sehat untuk perkembangan kepribadian Audrey.
"Dia baik kok Ma. Tegas dan pemberani kayak Papa," begitu dulu Audrey memujinya ketika minta ijin pacaran dengan Rama. "Dia itu agamanya  juga bagus. Aktif dalam kegiatan remaja masjid di komplek perumahannya. Di sekolah pernah menjadi juara adzan. Suaranya berkumandang  menggetarkan hati tiap kali dia adzan."
"Pintar nggak?" selidik Santi waktu itu.
"Nilainya di atasku. Matematikanya bagus. Dia bisa mengajari aku Ma."
"Wajahnya gimana ?"
Audrey tertawa menahan geli. Â "Itulah Ma, wajahnya kayak Tukul."
Santi tertawa juga mendengar penuturan Audrey. "Kamu mau sama dia? Nggak malu?" Â keheranan terpancar di wajah Santi.
"Tapi orangnya baik kok Ma. Dia sering menraktir teman-temannya. Kata teman-teman sebaiknya aku menerimanya."
"Jadi dia sudah nembak kamu?" selidik Santi merasa tambah heran.
"Iya. Teman-teman sekelas semuanya mendukung," jawabnya riang. Ya, tentu saja, batin Santi. Mereka sudah disuap Rama untuk membujuk Audrey agar mau menerimanya.
Barangkali karena itulah Rama menjadi sangat posesif karena takut kehilangan Audrey. Banyak anak laki-laki lain yang ingin mendekati Audrey. Sayangnya peluang itu telah tertutup oleh Rama yang mencengkeram kuat-kuat Audrey agar tak pernah terlepas dari genggamannya.