Mohon tunggu...
Yuni Retnowati
Yuni Retnowati Mohon Tunggu... Dosen - Biarkan jejakmu menginspirasi banyak orang

Dosen komunikasi penyuka film horor dan thriller , cat lover, single mom

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mata Hati yang Terluka (Bagian 3)

3 Juni 2020   10:22 Diperbarui: 3 Juni 2020   10:20 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Pexels.com

"Ke sekolah juga nggak boleh bawa HP sekarang, di rumah juga nggak boleh," protesnya dengan wajah bersungut-sungut.

"Kamu kalau nggak  nurut Mama jangan tinggal di sini. Sana pergi saja sama Rama. Ikut dia saja tinggal di rumahnya. Kemasi pakaian dan buku-bukumu. Pindah saja kamu ke rumah Rama!" gertaknya dengan emosi meninggi.

Kalau HP Audrey disita begitu Rama ikut-ikutan memohon agar Santi segera mengembalikan HP Audrey. Berulangkali Rama SMS dengan nada yang sama. ABG yang sedang berpacaran itu memang begitu sulit dipisahkan. HP menjadi sarana penghubung utama untuk tetap melanjutkan interaksi meskipun tak lagi bisa bertemu secara fisik. Ketika HP diambil maka terputuslah interaksi yang membuatnya seperti ikan kekurangan oksigen akan menggelepar menyongsong kematian.

Dengan gelisah Audrey mencoba menekuni buku-buku pelajarannya. Matanya sesekali mencuri pandang ke arah Santi yang tiba-tiba menjadi seperti batu besar di pinggir kali. Menjadi penghalang bagi ikan-ikan kecil yang berenang-renang di kali. Santi menungguinya belajar dengan duduk di pinggir tempat tidurnya. 

Audrey berharap kelengahannya  menjadi peluang untuk bisa mengeluarkan HP dari laci penyimpanan. Ditunggunya agar Santi beranjak meninggalkan tempatnya supaya dia leluasa menuju lemari di kamar depan. Sayangnya pikiran itu terbaca oleh Santi sehingga tetap sabar menungguinya sampai jam sembilan.  Saat waktu belajar selesai.

"Jam sepuluh kamu harus tidur biar nggak kesiangan bangun besok!" ujar Santi mengingatkan lagi.

"Mana HP-nya Ma?"

HP itu dikembalikan kepada Audrey. Bisa digunakan sampai jam sepuluh. Tapi siapa yang akan menjamin dia akan mematuhi peraturan Santi kalau sudah berada di kamarnya sendiri. SMS tak henti bahkan menerima telpon kadang terdengar lamat-lamat dari kamar depan. Keesokan paginya sulit dibangunkan karena sepanjang malam menjadi budak komunikasi dari HP-nya sendiri. Matanya selalu ingin terpejam menahan kantuk yang berat. Wajahnya pucat kurang tidur. Telinganya akan menebal dibombardir  omelan berkepanjangan.

Tidak hanya urusan HP yang membuat geram Santi, tapi juga kebiasaan Audrey pulang sekolah hingga sore. Sewaktu masih latihan modelling, Santi menjemputnya tiga kali seminggu. Dua kali untuk melanjutkan dengan latihan modelling dan sekali untuk latihan biola. Tapi sekarang Santi hanya menjemput sekali seminggu karena Audrey hanya perlu diantar latihan biola. 

Selebihnya Audrey pulang naik bis. Itulah kesempatannya  untuk bersama Rama. Seringkali mereka tidak langsung pulang. Main dulu entah ke mana. Katanya ke warnet untuk main game atau jajan di luar. Berbagai alasan muncul seperti harus mengerjakan tugas kelompok, menengok teman sakit atau harus ikut remedial test karena nilai ulangannya jelek. Selalu ada alasan yang mencegah Santi untuk meluapkan amarahnya.

Malam itu tak seperti biasanya. Telpon dari Rama tak kunjung putus. Santi mengetuk pintu kamar Audrey yang terkunci tapi tak dihiraukan. Dipanggilnya hanya menyahut pendek lalu kembali pada pembicaraan yang tak berujung pangkal. Intonasinya berfluktuasi dari tinggi ke rendah lalu berganti dari rendah ke tinggi. Frekuensinya semakin sering kemudian ring tone HP  menjerit-jerit tak mendapat tanggapan. Audrey tak lagi menjawab setiap panggilan yang masuk. Sunyi sesaat setelah itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun