Mohon tunggu...
Yuni Retnowati
Yuni Retnowati Mohon Tunggu... Dosen - Biarkan jejakmu menginspirasi banyak orang

Dosen komunikasi penyuka film horor dan thriller , cat lover, single mom

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Novel | Hati Perempuan (Bagian Akhir: Buket Merah Jambu)

12 Maret 2020   08:01 Diperbarui: 12 Maret 2020   08:06 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: womenonweb.org

Hujan tak henti tumpah dari langit putih yang ujung pangkalnya seakan tak bertepi. Lagi-lagi bulu-bulu halus di kedua lengannya berdiri membekaskan rongga-rongga samar di permukaan kulit. Telapak tangannya dingin dan  kelihatan putih seperti kelamaan di dalam freezer. Meski begitu dia tak merasa perlu membalut tubuhnya dengan jaket agar bisa menyembunyikan telapak tangannya di balik sakunya. 

Dingin ini masih bisa ditahan. Pastilah tidak sedingin winter di Hannover . Tak akan membuatnya mimisan karena suhu yang begitu dingin seperti di Rusia. Ini hanyalah kota hujan Bogor yang dinginnya tak merata di setiap lokasi. Tempat kosnya tak sedingin Ciomas tempat Rosa, temannya tinggal.

"Ayo minum tehnya , Mbak!" Rosa Meletakkan cangkir keramik berwarna hijau pastel diikuti dengan poci berwarna serupa. "Ada pisang goreng juga yang masih panas. Tunggu sebentar ya. Cintaka sedang menatanya di atas piring."

Sebelum Rosa melangkah ke dapur, Cintaka datang dengan piring berisi pisang goreng. "Tante, ini buatan Mama dan Cintaka."

"Kelihatannya enak ya? Tante mau coba ," Khalisa menyambutnya sambil pura-pura tak sabar sperti ingin segera menyantapnya. Cintaka senang melihat roman mukanya berubah begitu. Merasa hasil kerjanya diapresiasi oleh Khalisa.  "Hmm, bener enak banget," lanjutnya setelah gigitan pertama dirasakan.

"Jadi mau cari bunga ? Semacam buket begitu? Buket mawar?" Rosa memperjelas apa yang diinginkan Khalisa.

"Iya. Buket merah jambu. Bisa dari mawar. Nggak usah besar-besar."

"Di Suryakencana itu banyak Florist. Kalau nggak hujan aku bisa antar ke sana. Kamu bisa pesan sesuai keinginan," kata Rosa sambil mencoba mengingat-ingat sesuatu. " Sebentar, sepertinya aku pernah punya kartu namanya. "

Rosa meninggalkan Khalisa dan Cintaka di teras yang sekaligus menjadi ruang tamu. Rumah Rosa hanya punya dua kamar, dapur yang sekaligus menjadi ruang makan dan ruang untuk menonton TV yang di depannya dihamparkan kasur untuk menonton sambil tiduran. Karena itulah seperangkat kursi sengaja ditaruh di teras yang telah diperluas menjadi ruang tamu dan salah satu sisinya  digunakan untuk memarkir dua sepeda motor  milik Rosa dan Suaminya.

Tak lama kemudian Rosa sudah kembali dengan kartu nama berwarna jingga yang kemudian diberikan kepada Khalisa. "Ini namanya Romantic Florist. Kamu bisa telpon untuk memesan buket. Uangnya bisa ditransfer dan alamat kirim  di-SMS saja. Mudah kan?"

"O, service yang bagus dan memudahkan pembeli," puji Khalisa setelah menyimpan kartu nama itu di dompetnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun