Mohon tunggu...
Yuni Retnowati
Yuni Retnowati Mohon Tunggu... Dosen - Biarkan jejakmu menginspirasi banyak orang

Dosen komunikasi penyuka film horor dan thriller , cat lover, single mom

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Novel | Hati Perempuan (Bagian 8: Getar Cinta Lelaki Muda)

3 Maret 2020   11:01 Diperbarui: 3 Maret 2020   11:07 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

        Matahari pagi sudah mulai bersinar menebarkan cahaya ke sekitar. Anak-anak sekolah sudah berhasil menepis rasa kantuk dan malas. Memenuhi jalan dengan langkah-langkah kecilnya diseling sesekali celotehan kecil yang terdengar tidak begitu penting tapi cukup meramaikan suasana pagi. Khalisa tak dapat dengan jelas menangkap apa isi pembicaraan mereka. Ada canda tawa sambil sesekali berdebat. Dia memperhatikan anak-anak berseragam merah putih itu ketika menunggu penjual bubur kacang hijau di depan pintu pagar rumah kos.

       "Lama tukang burjo lewat sini. Nggak mau makan nasi uduk atau lontong sayur aja?" Dini menawari sewaktu melintas di dekatnya sambil membawa piring.

      "Nggak Din, aku lagi nggak pengin makan berat," tolaknya cepat.

      "Umi mau ke mana kok sudah rapi?" tiba-tiba Dini menyadari perbedaan penampilan Khalisa. Pada pagi seperti ini sudah selesai mandi dengan berganti pakaian dari daster menjadi t-shirt dan blue jeans.

      "Diajak jalan-jalan ke Puncak sama teman. Mau ikut?"

     "Nge-date nih ya?" godanya dengan kerling mata yang terlihat lucu bagi Khalisa namun mungkin saja bisa meruntuhkan hati setiap lelaki. "Dini sudah ada janji sama Pak Marjo. Mau menentukan jadwal sidang komisi buat minggu depan."

     "Wah, ketinggalan aku Din. Selamat ya, kamu sudah sidang komisi. Penelitianmu di sini aja kan? Kalau aku mesti pulang ke Yogya Din."

     "Ya, nggak apa-apa , Umi bisa ketemu Gea, bisa ketemu lawyer. Tapi Pak Akbar dan Pak Anwar gimana dong?  Tadi malam ketemu lho. Titip salam buat Umi. Dia orangnya serius lho Umi. "

       "Mau promosi? Atau sudah teken kontrak jadi mak comblangnya?" potong Khalisa mematahkan semangat Dini.

      "Ah, nggak Umi. Terserah Umi aja maunya sama siapa. Sama Revi juga nggak apa-apa kalau Umi memang suka. Eh, ini kencan sama siapa lagi Umi?"

      "Bukan kencan, Din. Main saja. Refreshing dulu. Biar nggak botak kepala mikir tesis melulu," sanggahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun