Mohon tunggu...
Yuni Retnowati
Yuni Retnowati Mohon Tunggu... Dosen - Biarkan jejakmu menginspirasi banyak orang

Dosen komunikasi penyuka film horor dan thriller , cat lover, single mom

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Hati Perempuan (Bagian 3: Mereguk Sisa Cinta)

27 Februari 2020   08:52 Diperbarui: 27 Februari 2020   09:00 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Khalisa seakan tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Dion menghubunginya lagi tanpa rasa bersalah. Ia dengan mudah bisa datang dan pergi kapan saja ia mau karena Khalisa selalu menerimanya kembali dengan sepenuh hati. 

Benar kata Trinita, ia akan selalu membuka hatinya untuk lelaki yang hatinya pernah terluka begitu dalam itu. Ia ragu menyebutnya sebagai kekuatan cinta karena teringat pada kata-kata Edward yang memberikan label kepadanya sebagai pengayom untuk menunjukkan superioritas atas laki-laki.

Dion datang kepadanya dengan setumpuk luka yang tak kunjung sembuh hingga kini. Lima tahun pernikahannya bagaikan drama yang sempurna dimainkan bersama istrinya. Semua orang terkesan pada keharmonisan yang ditampilkan mereka berdua di hadapan siapa saja. Mereka tak sungkan mengumbar kemesraan di depan banyak orang. 

Bergandengan tangan, berpelukan, saling menatap mesra, saling  melontarkan canda dan selalu saling panggil dengan ucapan sayang. Mereka kerap berangkat dan pulang kerja bersama. Wajah sumringah seolah menjadi pertanda kehidupan pernikahan mereka bahagia. Namun siapa yang tahu malam-malam panjang terlewat begitu saja. Anisa tertidur dengan linangan air mata sementara Dion berusaha keras meredakan bara di hatinya.

Berulangkali istrinya gagal melayani. Wajah cantik dan otak cemerlang  ternyata tak berarti apa-apa  jika menganiaya perasaan suami sekian lama. Anisa selalu berdalih merasa tidak nyaman tinggal serumah  dengan mertua. Dion mengajaknya berlibur dan menyewa vila tapi tak juga membawa perubahan. Kini makin parah lagi dengan halusinasi Anisa yang seolah melihat raksasa bermata merah pada diri  suaminya setiap kali berusaha  melakukan penetrasi. 

Anisa hanya menikmati cumbuannya tetapi begitu intensitas permainan meningkat ke penyatuan diri membuat perempuan itu ketakutan setengah mati. Dion tak pernah tahu apa yang tersembunyi jauh di hati istrinya. Beberapa teman yang mendengar kisahnya menduga istrinya mengalami trauma di masa kecil atau mungkin mendapatkan pendidikan seks yang salah. 

Pengetahuan yang salah itu membuatnya menabukan seks karena menganggapnya bernilai rendah. Mungkin juga ia membayangkan rasa sakit yang terjadi sesudahnya. Malah ada  juga yang berteori kalau bisa saja Anisa sudah tidak perawan sehingga untuk menyembunyikan keadaannya selalu menolak melayani Dion. 

Sebagian yang lain mengira Anisa terobsesi oleh pribadi neurotis yang memahami seks sebagai sarana untuk menaklukkan orang lain atau pendewaan diri sendiri. Karena itulah ia tak ingin menyerahkan dirinya kepada Dion. Ah, entahlah mana yang benar, sudah beberapa kali Dion membujuknya agar Anisa mau diajak berkonsultasi ke psikiater tetapi dengan keras menolaknya.  

        "Cinta tidak selalu harus diungkapkan lewat  hubungan seksual. " kilah Anisa.

        "Cinta dalam perkawinan memiliki dua jalan untuk diwujudkan. Yang sifatnya langgeng atau batiniah adalah melalui komitmen untuk saling setia, memberi perhatian, meneguhkan, membantu, berbagi suka dan duka, menjadi partner atau sahabat. Yang sifatnya fisik atau temporal adalah melalui hubungan seks. Itulah dua jalan cinta dalam hidup perkawinan,"  Dion mengulasnya panjang lebar.

        "Lalu apa arah dan tujuan hubungan seks?" dengan naif Anisa melemparkan pertanyaan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun