Mohon tunggu...
Yuni Miarsih
Yuni Miarsih Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Magister Penyuluhan Pertanian Universitas Jenderal Soedirman

Ketika kita lebih berkomitmen pada 'mimpi' kita daripada berada pada zona nyaman, disitulah akan terjadi 'perubahan'

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pemberdayaan Wanita dan Pengarusutamaan Gender Melalui P2L

8 Oktober 2021   13:24 Diperbarui: 8 Oktober 2021   13:28 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wanita Tani / Dokpri

Selanjutnya, dalam upaya mencapai kesetaraan gender, muncullah pengarusutamaan gender (PUG).  PUG bukanlah program, melainkan semangat dan strategi.  

Menurut (Wiasti, 2017), pengarusutamaan Gender (PUG) adalah suatu strategi untuk mencapai keadilan dan kesetaraan gender melalui kebijakan dan program yang memperhatikan pengalaman, aspirasi, kebutuhan dan permasalahan perempuan dan laki-laki ke dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dari seluruh kebijakan dan program di berbagai bidang kehidupan dan pembangunan.

Gerakan ini sudah diterapkan di berbagai kondisi, terutama terkait dengan pemerintahan, sebagai pendukung utama kesetaraan gender.  Misalnya, untuk delegasi dalam musyawarah perencanaan pembangunan (musrenbang), harus memenuhi kuota minimal 30% perempuan.  

Wanita Kota vs Wanita Desa

Apakah ada perbedaan nasib wanita di perkotaan dengan wanita di perdesaan?  Sepanjang pengetahuan kami, jelas ada dan terlihat.  Kita bisa melihat dari segi pekerjaan, pendidikan, kegiatan sehari-hari, dan masih banyak lagi yang bisa dibahas.

Pendidikan.  Di perkotaan, pendidikan wanita sama pentingnya dengan pendidikan laki-laki.  Banyak wanita yang mengenyam pendidikan tinggi.  Bahkan sepengetahuan kami, lebih banyak wanita yang kuliah di perguruan tinggi, dibandingkan pria.  (Silahkan untuk dikritisi).  

Contoh di kelas kami, Magister Penyuluhan Pertanian Universitas Jenderal Soedirman, ada 14 mahasiswa, terdiri dari 8 wanita dan 6 pria.  Jika di kota demikian, agak berbeda bila di desa.  

Cukup banyak wanita yang tidak mendapat pendidikan yang cukup.  Bahkan terkadang tidak sampai ke sekolah kelas menengah.  Lulus SD, bekerja membantu orang tua, kemudian menikah.  

Stereotipe gender yang berjalan dari waktu ke waktu, 'buat apa anak perempuan sekolah tinggi-tinggi, toh pada akhirnya akan menjadi konco wingking'.

Pekerjaan.  Di perkotaan, lapangan kerja untuk wanita sama luasnya dengan para pria.  Mungkin memang ada pekerjaan yang kurang cocok untuk wanita (bukan berarti tidak bisa), misal menjadi kuli atau semacamnya.  

Tetapi sebaliknya, ada pekerjaan yang memang hanya cocok untuk wanita, misalnya sales alat kecantikan.  Pada intinya, meskipun ada perbedaan tetapi masih berimbang.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun