Mohon tunggu...
Yuni Utami
Yuni Utami Mohon Tunggu... Guru - Guru/Guru kelas/Guru Berprestasi Tk. Kota Jakarta Utara 2019/CGP Angkatan 5/SDN Pademangan Barat 07

Saya seorang guru SD sekaligus ibu dari dua orang anak putra dan putri. Hobi saya membaca dan menyanyi. Saat ini saya sedang mengikuti Pendidikan Guru Penggerak angkatan 5 dari Kota Jakarta Utara

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi Antarmateri Modul 2.3 Coaching untuk Supervisi Akademik

9 Oktober 2022   15:38 Diperbarui: 9 Oktober 2022   15:49 3469
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarakatuh, Salam dan bahagia bapak Ibu guru hebat!

Istilah coaching tentu sudah tidak asing lagi bagi sebagian besar orang, termasuk Bapak/Ibu guru hebat. Tetapi apakah pengertian "coaching" itu sendiri? Mungkin sama dengan saya yang selama ini menganggap bahwa coaching adalah salah satu bentuk pelatihan, sehingga orang dengan sebutan "coach" berarti sama dengan "pelatih". Beberapa ahli memiliki definisi yang berbeda-beda tentang coaching.

Coaching didefinisikan sebagai sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee (Grant, 1999). Sedangkan Whitmore (2003) mendefinisikan coaching sebagai kunci pembuka potensi seseorang untuk untuk memaksimalkan kinerjanya. Coaching lebih kepada membantu seseorang untuk belajar daripada mengajarinya. Sejalan dengan pendapat para ahli tersebut, International Coach Federation (ICF) mendefinisikan coaching sebagai"...bentuk kemitraan bersama klien (coachee) untuk memaksimalkan potensi pribadi dan profesional yang dimilikinya melalui proses yang menstimulasi dan mengeksplorasi pemikiran dan proses kreatif." 

Berdasarkan beberapa defini di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa coaching adalah sebuah proses kolaborasi atas dasar kemitraan yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil, dan sistematis, di mana coach (orang yang melakukan coaching) memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee (orang yang sedang dicoaching).  

Selain coaching, ada beberapa metode pengembangan diri yang lain yang bisa jadi sudah kita praktikan selama ini di sekolah yaitu mentoring, konseling, fasilitasi dan training. Mari kita lihat perbedaannya satu persatu. Mentoring adalah menggunakan pengalaman kita untuk mendampingi seseorang dalam mengatasi masalah dan membuat perubahan. Konseling adalah hubungan langsung antar individu untuk memberikan bantuan agar menjadi lebih baik. Pelatihan adalah program yang telah direncanakan dengan tujuan peningkatan kinerja pegawai dan terakhir fasilitasi adalah proses memfasilitasi secara netral dan diterima semua anggota untuk meningkatkan efektivitas kelompok. Coaching memiliki perbedaan mendasar dengan bentuk pengembangan diri lainnya. Seorang coach bukan sebagai ahli yang mentransfer pengetahuan dan pengalamannya kepada coachee, tetapi justru sebagai penggali kekuatan diri coachee karena coachee lah yang menjadi ahli. Coach harus mendengarkan dengan hati dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan pembangkit kesadaran dan penambah kepercayaan diri sang coachee. Coaching diadakan dalam suasana penuh kasih dan keakraban agar mampu membuat coachee terbuka untuk sama-sama menggali kekuatan diri. Di sinilah terjadi hubungan kemitraan, bukan relasi kuasa.

Sebagai Calon Guru Penggerak (CGP) mempelajari teknik coaching menjadi suatu kebutuhan karena nantinya sebagai pemimpin pembelajaran diharapkan mampu melakukan supervisi akademik, baik terhadap murid maupun rekan sejawat. Salah satu tujuan dari supervisi akademik adalah untuk mengembangkan kompetensi guru agar dapat melakukan pembelajaran yang berpihak pada murid. Untuk dapat melakukan itu, diperlukan paradigma berpikir bertumbuh dan keberpihakan pada murid. Apa pun pendekatan yang digunakan untuk pengembangan kompetensi, kesemuanya diawali dengan paradigma berpikir yang memberdayakan, dan pendekatan yang memberdayakan adalah coaching. Mengapa coaching menjadi pendekatan yang memberdayakan, karena diawali dengan paradigma berpikir coaching. Saat melakukan coaching, seorang coach harus berangkat dari paradigma berpikir coaching, di mana terdapat empat hal, yaitu:

  • Fokus pada coachee yang akan dikembangkan
  • Bersikap terbuka dan ingin tahu
  • Memiliki kesadaran diri yang kuat
  • Mampu melihat peluang baru dan masa depan

International Coaching Federation (ICF) mendefinisikan coaching sebagai kemitraan dengan klien dalam suatu proses kreatif dan menggugah pikiran untuk menginspirasi klien agar dapat memaksimalkan potensi pribadi dan profesional coachee. Prinsip coaching dikembangkan dari tiga kata/frasa kunci pada definisi coaching, yaitu "kemitraan, proses kreatif, dan memaksimalkan potensi".

Kemitraan

Dalam coaching, posisi coach terhadap coachee-nya adalah mitra. Itu berarti setara, tidak ada yang lebih tinggi maupun lebih rendah.

Proses Kreatif

Proses kreatif ini dilakukan melalui percakapan yang : dua arah, memicu proses berpikir coachee, memetakan dan menggali situasi coachee untuk menghasilkan ide-ide baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun