Mohon tunggu...
Yunanto
Yunanto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Siber Asia

_

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Revolusi Industri 4.0 di Indonesia

25 Juli 2021   23:31 Diperbarui: 27 Juli 2021   07:43 484
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa itu Revolusi Industri 4.0?

Revolusi Industri 4.0 pertama kali diperkenalkan oleh seorang ekonom sekaligus teknisi asal Jerman, Klaus Schwab. Melalui bukunya The Fourth Industrial Revolution, Ketua World Economic Forum (WEF) ini menyatakan bahwa Revolusi Industri 4.0 secara fundamental dapat mengubah cara kita hidup, bekerja, dan berhubungan satu dengan yang lain. Pada era Revolusi Industri 4.0 muncul beberapa terobosan dalam bidang teknologi seperti misalnya bidang robotik, Artificial Intelegence, Teknologi Nano, Quantum Computing, Internet of Things dan Autonomous Vehicles. Secara sederhana, Revolusi industri 4.0 merupakan era industri yang memungkinkan seluruh entitas saling berkomunikasi secara real time dengan memanfaatkan teknologi dan koneksi internet. Kemudahan inilah yang mendorong terciptanya kreasi maupun terobosan baru.

Revolusi Industri 4.0 di Indonesia.

Masalah Revolusi Industri 4.0 di Indonesia terletak pada infrastruktur dan pemerataan SDM. Saat  ini, masih ada sektor industri di Indonesia yang dikerjakan secara konvensional. Pada sektor agraria misalnya, masih banyak kita temukan penggunaan peralatan tradisional seperti cangkul dan alat bajak sawah. Pada sektor perikanan dan peternakan juga masih banyak ditemukan masyarakat yang menjalankan proses industri dengan cara manual.

Akan tetapi dibalik kekurangan di atas, masyarakat Indonesia pada dasarnya (mungkin) memiliki berbagai kelebihan dibanding masyarakat negara lain. Salah satu kelebihan yang kita miliki adalah militansi dalam berjuang, terbukti berdasarkan cerita tutur dalam sejarah bahwa para pejuang yang bersenjatakan bambu runcing sanggup mengusir para penjajah yang notabene memiliki persenjataan yang lebih modern. Bukan tidak mungkin dengan keterbatasan infrastruktur kita akan mampu mengalahkan Jepang yang saat ini sudah menerapkan Smart  Society 5.0. Meskipun sebagian wilayah Indonesia saat ini masih kesulitan mendapatkan akses internet karena infrastruktur yang belum memadai, jangan pernah lupakan bahwa kita punya budaya cerdas ketika dalam kondisi kepepet.

Sering kita dengar bahwa para pelajar Indonesia sanggup menyelesaikan tugas makalah atau proposal hanya dalam waktu semalam, di malam terakhir sebelum deadline tentunya. Hal ini menunjukan bahwa tingkat pemahaman pelajar Indonesia terhadap teknologi khusunya komputer tidak bisa diremehkan, setidaknya sudah memahami apa itu CTRL+C dan CTRL+V.

Berbicara soal Teknologi dan Informasi, jangan pernah lupakan kemahiran hacker tanah air. Sempat ramai pemberitaan bahwa situs resmi pemerintah milik Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pun dibajak. Dewan Perwakilan Rakyat diganti dengan Dewan Pengkhianat Rakyat. Hal yang (mungkin) menurut sebagian orang mewakili isi hati, namun menurut saya tidak pantas dilakukan. Bukankah para anggota dewan sebagai wakil Rakyat sudah benar-benar mewakili apa yang diinginkan oleh rakyat? Rakyat ingin liburan, rakyat ingin kaya, rakyat ingin mobil mewah, rakyat ingin sejahtera, semua keinginan tersebut sudah diwakili oleh para anggota Dewan yang terhormat. Cerita lain dari kehebatan hacker tanah air, sempat pula diberitakan data militer milik Malaysia dan Singapura berhasil diretas oleh hacker berusia 19 tahun asal Indonesia yang belajar IT secara otodidak, Yogi Nugraha. Ya, belajar IT secara otodidak.

Saya tidak melihat contoh kasus di atas dari sisi kriminal, melainkan budaya militansi masyarakat Indonesia yang saya anggap sangat luar biasa. Di tengah issue insfrastuktur yang belum merata, masih ada anak bangsa yang pada dasarnya apabila dibekali dengan estetika humanisme yang baik akan mejadikannya sebuah prestasi. Saya yakin masyarakat Indonesia kedepan akan mampu menghadapi society 5.0.

Terlebih sebagai dampak pandemi Covid-19, banyak kegiatan dilakukan dengan mengandalkan teknologi digital. Meskipun tidak dapat mengakomodasi interaksi sosial secara langsung di dunia nyata, pelaksanaan pembelajaran secara online saat ini merupakan pilihan terbaik. Saat ini anak-anak sudah banyak yang mahir mengoperasikan gadget untuk belajar online. Mungkin dengan pembelajaran secara online ini bisa berdampak anak-anak akan lebih mengenal selebgram daripada para pahlawan yang memerdekakan bangsa, namun setidaknya pembelajaran dengan sistem online turut "memaksa" para orang tua untuk belajar teknologi.

Apa yang harus kita lakukan?

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun