Mohon tunggu...
Yumna Muna Aliyya
Yumna Muna Aliyya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga

Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Ilmu Komunikasi NIM 22107030048

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Slow Fashion sebagai Cara Menyelamatkan Bumi

5 Juni 2023   13:26 Diperbarui: 5 Juni 2023   13:38 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pencemaran lingkungan dan dampak negatif industri fashion terhadap bumi semakin menjadi perhatian global. Di tengah kesadaran akan pentingnya pelestarian lingkungan, gerakan slow fashion muncul sebagai solusi untuk mengatasi masalah ini. Slow fashion adalah konsep yang menekankan pada produksi dan konsumsi pakaian yang lebih bertanggung jawab secara sosial dan lingkungan. Sehingga, mengaplikasikan prinsip Slow Fashion bisa menjadi salah satu cara untuk menyelamatkan bumi dari kerusakan. Melalui pendekatan ini, kita dapat mengurangi dampak buruk industri fashion terhadap bumi dengan memprioritaskan kualitas, keberlanjutan, dan etika.

Salah satu aspek penting dari slow fashion adalah lamanya waktu yang diperlukan dalam memproduksi sebuah barang. Dalam industri fast fashion, pakaian diproduksi secara masal dengan waktu yang sangat singkat. Hal ini menghasilkan produk yang kurang berkualitas dan mudah rusak, memicu siklus konsumsi yang tidak berkelanjutan. Sebaliknya, dalam slow fashion, produksi dilakukan dengan lebih hati-hati dan memakan waktu yang lebih lama. Hal ini memungkinkan penggunaan bahan berkualitas tinggi, yang dapat memberikan daya tahan jangka panjang pada pakaian dan membuatnya tetap relevan dalam jangka waktu yang lebih lama.

Model produk yang timeless juga menjadi kunci dalam slow fashion. Dalam industri fast fashion, tren mode sering berubah dengan cepat, mendorong konsumen untuk terus membeli pakaian baru demi mengikuti tren terkini. Hal ini menyebabkan peningkatan produksi dan limbah yang signifikan. Di sisi lain, slow fashion mempromosikan model produk yang melewati tren mode dan tetap relevan seiring berjalannya waktu. Dengan demikian, pakaian slow fashion memiliki daya tahan yang lebih lama, sehingga konsumen tidak perlu terus-menerus membeli yang baru.

Selain itu, etika juga menjadi poin penting dalam slow fashion. Hal ini mencakup aspek pembayaran pegawai, mulai dari produksi hingga penjualan. Industri fast fashion sering kali dikaitkan dengan upah rendah dan kondisi kerja yang buruk bagi pekerja. Dalam slow fashion, etika menjadi prioritas utama. Perusahaan slow fashion memastikan bahwa semua pekerja mereka dibayar dengan adil dan diperlakukan dengan baik. Mereka juga berkomitmen untuk memastikan rantai pasokan mereka bersih dari eksploitasi dan pelanggaran hak asasi manusia.

Dalam hal pengelolaan limbah, slow fashion juga berusaha mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Produsen slow fashion berupaya untuk mengelola limbah produksi mereka dengan baik, sehingga mengurangi jumlah limbah yang berakhir di tempat pembuangan akhir dan mengurangi pencemaran. Mereka menerapkan praktik seperti daur ulang, upcycling, dan penggunaan bahan ramah lingkungan dalam produksi mereka.

Beberapa contoh brand fashion yang mengadopsi prinsip-prinsip slow fashion adalah:

  • Patagonia: Brand outdoor yang terkenal dengan komitmennya terhadap keberlanjutan dan etika. Patagonia menggunakan bahan berkualitas tinggi, memperbaiki produk yang rusak, dan memberikan jaminan seumur hidup pada barang-barang mereka.
  • Everlane: Brand fashion yang transparan mengenai rantai pasokan mereka dan mengungkapkan biaya produksi untuk setiap produk. Mereka fokus pada produksi yang berkualitas dan daya tahan, serta bekerja sama dengan pemasok yang membayar upah yang adil.
  • Eileen Fisher: Merek yang terkenal dengan desain yang timeless dan penggunaan bahan organik. Eileen Fisher juga berkomitmen untuk mengurangi limbah dengan memperkenalkan program take-back, di mana konsumen dapat mengembalikan pakaian mereka yang tidak terpakai untuk didaur ulang.
  • Reformation: Brand yang terkenal dengan fokus mereka pada produksi yang berkelanjutan dan bahan-bahan ramah lingkungan. Reformation menggunakan bahan daur ulang dan menghitung jejak karbon setiap produk mereka.

Di Indonesia, brand Monstore, Sejauh Mata Memandang, dan SukkhaCitta juga menerapkan konsep Slow Fashion ini.

Slow fashion bukan hanya sekadar tren sementara, tetapi juga merupakan perubahan paradigma dalam industri fashion menuju keberlanjutan dan keadilan. Dengan mengadopsi prinsip-prinsip slow fashion, kita dapat mengurangi dampak negatif industri fashion terhadap lingkungan dan memperpanjang masa pakai pakaian kita. Jika lebih banyak brand fashion mengikuti jejak perusahaan-perusahaan slow fashion yang telah ada, kita dapat menciptakan dampak yang positif dan berkelanjutan bagi bumi kita.

Sumber:

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun