Mohon tunggu...
Yuliza Tri Rizki
Yuliza Tri Rizki Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Universitas Nasional

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Kentalnya Budaya Jawa pada Film "KKN di Desa Penari"

12 Juli 2022   22:01 Diperbarui: 12 Juli 2022   22:29 1015
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: @awisuryadi

Film yang sangat ditunggu-tunggu masyarakat Indonesia sejak 2 tahun yang lalu, menjadi viral dan ramai dibicarakan khalayak ramai, karena Film KKN di Desa Penari yang diketahui diangkat dari kisah nyata yang tayang pada 30 April lalu. 

Film KKN di Desa Penari sendiri saat ini menjadi film horor dengan penonton terbanyak. Dimana film ini berhasil meraih total 9,2 juta penonton diseluruh bioskop yang ada. 

Antusias penonton yang sangat tinggi menyebabkan antrian panjang disepanjang bioskop, karena cerita KKN ini dulunya pernah viral di platform Tritter ditulis oleh akun Simpleman pada tahun 2020 lalu dan penayangannya yang sering diundur hingga 2 tahun akibat pandemi Covid-19.

Film yang dilatarbelakangi di sebuah desa terpencil ini mengangkat banyak nilai moral hingga budaya. Adat istiadat budaya Jawa yang kental diangkat dalam film ini.  

KKN di Desa Penari menceritakan nasib malang yang menimpa 6 mahasiswa yang sedang Kuliah Kerja Nyata (KKN), cerita ini berhasil mengingatkan untuk para anak muda untuk menghormati terhadap nilai moral dan budaya yang ada. 

Tak hanya menceritakan soal KKN biasa, difilm ini mengisahkan pesan moral yang dibawa secara mistis dalam kisahnya, Bima, Ayu, Widya, Nur, Wahyu Dan Anton, mereka berenam yang tadinya berniatan untuk mengerjakan tugas kuliah yaitu program kerja kuliah nyata menjadi sebuah tragedi akibat perlakuan dua orang dari keenam orang tersebut.

Latar desa dalam film KKN di Desa Penari ini masih kental dengan ornamen kuno, salah satunya terdapat sinden yang merupakan pemandian dan tempat pagelaran kesenian lengkap dengan alat musiknya yaitu kethuk, gong, kluncing, dan gendang. Begitu juga dengan kehidupan masyarakatnya, dimana pada film menampilkan sesajen yang ditempatkan di beberapa sudut desa dan hutan.

Hal itu juga menandakan masyarakat setempat yang masih melakukan pemujaan kepada roh leluhur atau penunggu terdahulu dengan menyerahkan sesajen sebagai bentuk penghormatan kepada makhluk ghaib yang hidup berdampingan dengan manusia, atau kepercayaan yang mereka anut. 

Mereka percaya bahwa setiap benda di muka bumi memiliki jiwa yang harus dihormati. Terdapat juga dalam film, yang memperlihatkan kuburan yang ditutupi dengan kain hitam. Meskipun kepercayaan itu dianggap primitif dan sudah tergeser oleh perkembangan zaman sekarang, tapi tidak bisa dipungkiri karena saat ini masih ada banyak masyarakat yang masih menganut kepercayaan itu.

Pada film KKN di Desa Penari, menceritakan bahwa budaya di desa tersebut di kelilingi dengan eksistensi makhluk halus, salah satunya dengan menumbalkan anak gadis, karena didesa tersebut tidak ada sama sekali anak gadis, serta juga menyelenggarakan pertunjukan tari yang disuguhkan oleh penari, dan penari ini dikenal dengan sebutan Dawuh, namun pada film KKN Desa Penari pertunjukan tari sudah ditinggalkan oleh masyarakat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun