Mohon tunggu...
yulius edi sarwoko
yulius edi sarwoko Mohon Tunggu... "hidup itu adalah kesempatan"

Mari kita beri kesempatan yang baik untuk anak-anak sebagai generasi muda agar dapat menuju masa depan yang lebih baik!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

"Kurikulum Deep Learning: Mimpi Besar atau Kenyataan yang Terlambat?"

6 Mei 2025   21:02 Diperbarui: 6 Mei 2025   21:12 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Latar belakang Kurikulum Deep Learning

Perkembangan teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) yang pesat telah membawa perubahan signifikan dalam berbagai sektor kehidupan, mulai dari industri, kesehatan, pertanian, pendidikan, hingga pemerintahan. Salah satu cabang utama AI yang berkembang dengan cepat adalah Deep Learning, sebuah pendekatan pembelajaran mesin yang meniru cara kerja otak manusia dalam memproses informasi melalui jaringan saraf tiruan (artificial neural networks). Deep Learning telah menjadi tulang punggung berbagai inovasi modern, seperti pengenalan wajah, mobil otonom, chatbot, hingga sistem rekomendasi yang digunakan di berbagai platform digital.

Di tengah transformasi digital global, Indonesia dituntut untuk tidak hanya menjadi pengguna teknologi, tetapi juga berperan aktif sebagai pengembang dan inovator. Untuk mencapai hal tersebut, diperlukan sumber daya manusia yang tidak hanya melek digital, tetapi juga memiliki kompetensi teknis yang mendalam dalam bidang-bidang seperti Deep Learning. Namun, hingga saat ini, penguasaan teknologi tersebut masih terbatas pada kalangan akademisi dan industri tertentu, dan belum menjangkau secara luas ke dunia pendidikan, terutama di tingkat menengah dan perguruan tinggi.

Pemerintah Indonesia melalui berbagai inisiatif seperti Merdeka Belajar, Kampus Merdeka, serta Rencana Induk Transformasi Digital Nasional, telah menunjukkan komitmen untuk menyesuaikan kurikulum pendidikan dengan kebutuhan era industri 4.0 dan society 5.0. Penerapan Kurikulum Deep Learning diharapkan menjadi langkah strategis untuk menyiapkan generasi muda Indonesia agar memiliki kemampuan berpikir komputasional, logika algoritmik, dan keterampilan teknis dalam membangun solusi berbasis AI.

Dengan memasukkan Deep Learning ke dalam kurikulum, baik sebagai mata pelajaran tersendiri maupun bagian dari kurikulum informatika yang lebih luas, peserta didik akan memiliki akses awal terhadap teknologi mutakhir. Hal ini akan memperkuat ekosistem talenta digital di Indonesia dan menjembatani kesenjangan antara kebutuhan industri dengan kompetensi lulusan pendidikan nasional.

Apa perbedaan dan persamaan antara Kurikulum Merdeka dan Kurikulum Deep Learning?

 1. Persamaan:

  • Berorientasi pada masa depan.

Kedua kurikulum sama-sama dirancang untuk menyiapkan peserta didik menghadapi tantangan abad ke-21 dan era digital. Keduanya menekankan pentingnya berpikir kritis, kreativitas, kolaborasi, dan komunikasi.

  • Fokus pada kompetensi, bukan sekadar konten.

Baik Kurikulum Merdeka maupun kurikulum Deep Learning tidak hanya menekankan pada transfer pengetahuan, tetapi juga pada pengembangan keterampilan dan sikap. Kurikulum Deep Learning bahkan membawa kompetensi teknis lebih lanjut dalam bidang kecerdasan buatan.

  • Pendekatan pembelajaran yang fleksibel dan berpusat pada siswa.

Keduanya menerapkan pembelajaran berbasis proyek (project-based learning) dan pendekatan diferensiasi sesuai kebutuhan dan minat siswa.

2. Perbedaan:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun