[caption caption="seperjuangan, memperjuangkan kuliah dan Tugas Akhir"][/caption]
Saya tidak tau bagaimana ekspresi kalian membaca judul tulisan saya, bagaimana nada yang kalian keluarkan jika membacanya sambil bersuara, atau mungkin intonasi yang sedikit membutuhkan belas kasihan saat mendengarnya. Tapi yang pasti, saya tau apa yg terlintas di pikiran kalian saat melihat judul ini, apalgi kalian adalah mahasiswa tingkat akhir. Mahasiswa tingkat akhir? Emang kapan berakhirnya?
Sengaja saya menggarisbawahi plus menebalkan tulisan “KAPAN”. Entah munculnya dari alam bawah sadar mana, hampir setiap hari dalam seminggu atau mungkin hampir tiap minggu dalam sebulan, saya selalu diperhadapkan dengan pertanyaan yang dimulai dengan kata “KAPAN” ini.
Ka Yulius, kapan lagi ngajar di kelas saya? Itulah salah satu pertanyaan Kapan yang saya dapatkan dari siswa saya di salah satu bimbel (terkenal sih) di Depok. Bang Jul (nama keren saya di kampus), kapan ke kampus/kapan ke lab? Pertanyaan kapan ini datang dari teman2 kuliah yang begitu merindukan kehadiran saya bersama mereka (semoga ada yg merasa). Yulius, kapan liburan/datang ngunjungi kami di sini? Tuh kan, kapan lagi yang muncul sebagai awal pertanyaan orang2 sekitaran saya. Betewe, saya sih ngga terlalu bermasalah dengan pertanyaan2 itu selagi saya masih bisa ngehandel untuk menjawab. Trus emang ada pertanyaan kapan yang ga bisa saya jawab? Yah jelas ada dong.. ada dong, apa? Penasaran kan??
Yulius, kapan seminar?, Yulius kapan selesai kuliahnya? Ohemji, kalo boleh memilih, tutup telinga saya rapat2, dan tutup mulut orang yang menanyakan itu? Inilah pertanyaan Pamungkas (mirip nama pemain sepak bola, Bambang Pamungkas) dalam hidup saya, yang sulit saya pastiin jawabannya hingga tulisan ini dimuat. Iya, realistis aja, masih sulit. Kadang, dalam hati saya menjawab, coba tanyakan pada rumput yang bergoyang, mungkin di sana ada jawabnya.
Tapi terlepas dari itu semua, terkadang pertanyaan terakhir itu selain membuat hati saya hancur lebur berantakan menjadi butiran debu, pun juga bisa menjadi pendorong semangat untuk saya bisa menjawab dengan pasti, hari ini, tanggal ini, bulan ini, tahun ini saya SEMINAR pak dosen, bu dosen, kakak, mba, abang deelel TITIK. Loh kok ngga ada papa/mama? Emang ‘ga pernah ditanyain sama papa/mama kapan selesainya?. Iya, sejauh ini, bokap nyokap gue ga pernah nanyain itu (kekinian banget bahasanya). Itulah yang membuat saya sangat bahagia dan sedikit tanpa beban berat di hati dan pikiran terkait pergumulan tugas akhir ini. But, tenang papa dan mama, walau ga ditanyain saya tetap berjuang kok di sini, agar bisa balik ke kampung dan nunjukin lembaran ijazah dan transkrip yang saya dapatkan sambil berkeringat, berdarah2, kepala di kaki dan kaki di kepala. Pokoknya dapatinnya dengan penuh perjuangan.
Eitss,,, seharusnya malam ini, saya lagi berjuang nyelesein serpihan-serpihan data hasil sinar-X, InfraMerah, Spektrometer Serapan Atom, Spektrometer UV-Vis ke dalam pembahasan jurnal yang rapi agar bisa dikirim dan dapatin “tiket” buat sidang Tesis. Itu seharusnya bro n sist!!!. Tapi kenapa malam ini, saya malah asyik nulis ginian (salah fokus?). Ngga salah fokus kok, saya cuman ingin menuangkan apa yang ada dipikiran saya saat ini, mau saya buat di status FB kepanjangan, dibuat di Path kehabisan karakter huruf, trus di twitter apalgi, nampung dikit doank. yah udah, jalan satu-satunya yah dibuat dalam bentuk tulisan ini.
Lalu, apa sih inti cerita saya di tulisan ini? Intinya gini, saya mungkin hanya mewakili teman-teman saya yang lagi bergumul dengan TUGAS AKHIR (nama mata kuliah paling keren utk mahasiswa tingkat akhir) di salah satu kampus terkenal di Indonesia. Siapapun yang kalian tanyakan nanti di antara teman2 saya, kapan selesainya kuliah kami di SINI. Mungkin jawaban kami singkat dan kelihatan dewasa “doakan saja yah, biar cepat selesai”, lalu kalian yang menanyakan itu akan menjawab, Amin. Saya hanya mau bilang sama kalian kawan, walaupun jawaban kami singkat tapi di sana mengandung “perjuangan mahadahsyat”. Perjuangan kami yang harus mengatasi kegagalan penelitian, perjuangan kami yang harus berhadapan dengan analis2 yg sering PeHaPe kami saat mau analisis, perjuangan kami menahan malu di hadapan pembimbing dengan membuat wajah ini setebal kulit badak, perjuangan kami menempuh jarak kemana2 berburu instrumen di lab lengkap dan termurah, perjuangan kami mengumpulkan rupiah di antara kesibukan kuliah agar bisa membayar penelitian bebas hutang-piutang perjuangan kami menahan rindu dengan orang2 terdekat kami yang terpisah oleh gunung, tanjung, laut dan samudera, perjuangan kami …, perjuangan kami …… yang mungkin masih banyak lgi dan tidak sempat saya ketik agar tulisan ini cepat selesai.
Mungkin jalan kami sedikit lambat, tapi yang pasti kami tetap berjalan ke depan. Mungkin banyak jalan buntu dan labirin hidup yang kami temui sehingga membuat kami mencapai finish di belakang teman-teman kami yang lain, tapi kami tetap berusaha untuk mencapai finish dengan baik.
“Tak apa jika kamu membutuhkan waktu lebih banyak dari teman-temanmu yang lain dalam menuntaskan tugas akhir. Ini bukan soal siapa yang paling cepat. Tapi, ini soal siapa yang mau bertahan dalam keadaan paling tak bersahabat”.
Dan jika kamu masih mampu bertahan sampai saat ini (sekarang), percayalah dirimu tidak gagal.
