Mohon tunggu...
Yulius Solakhomi Wau
Yulius Solakhomi Wau Mohon Tunggu... Guru - Gratias Deo

Catholic Religion Teacher and Pastoral Ministry Agent

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pemilu 2024, Semoga Murni demi Rakyat

11 September 2021   10:22 Diperbarui: 11 September 2021   10:22 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pemilu - Gambar: medcom.id

Perpolitikan negara kita akhir-akhir ini memang sedang dilanda ketidak pastian, khususnya tentang penetapan pelaksanaan pemilu 2024 yang akan datang. Gonjang-ganjing dan tarik-ulur penetapan pesta demokrasi rakyat Indonesia ini memang dilandasi oleh berbagai situasi aktual bangsa kita sekarang ini, terlebih-lebih pandemi covid-19 yang melanda dunia kita saat ini. Berkaitan dengan itu, mungkin saja ada hal lain seperti kesehatan dan anggaran yang harus dipertimbangkan. Ya, memang kita harus maklumi situasi saat ini.

Kehangatan situasi politik kita saat ini juga dikait-kaitkan dengan isu amandement UUD untuk menetapkan presiden 3 periode. Padahal, pak Jokowi sudah dengan jelas mengatakan bahwa beliau tidak tertarik apalagi bernafsu untuk menjadi presiden untuk periode selanjutnya. 

Ya... memang wacana ini tidak sesuai dengan konstitusi kita yang hanya membatasi setiap orang untuk menjabat 2 periode saja. Tetapi isu ini terus digoreng bahkan sampai di meja parlemen. 

Bahkan di kalangan pendukung Jokowi sendiri lahir pro dan kontra yang menimbulkan perpecahan karena perbedaan pendapat. Sebagian mengharapkan Jokowi terus menjadi presiden, sebagian lagi ingin adanya regenerasi kepemimpinan.

Ada opsi lain, presiden tetap 2 periode tetapi masa jabatan yang diperpanjang. Lagi-lagi karena berbagai alasan, mulai dari pandemi sampai rencana pemindahan ibu kota. Memang, sih semua memiliki sisi yang positif dan negatif. Jadi harus benar-benar diperhatikan dan dipertimbangkan dengan sungguh, supaya tidak malah membawa kemungkinan dampak yang buruk bagi negara tercinta ini.

Akhir-akhir ini memang sudah disepakati pelaksanaan pemilu dan pilkada serentak tahun 2024. Pemilu akan dilaksanakan pada bulan Februari dan pilkada pada bulan November. 

Setidaknya penetapan waktu itu menandakan bahwa tahapan-tahapan pemilu dan pilkada akan segera dimulai. Para politisi dan partai politik juga sudah menyiapkan segala sesuatu untuk mengikuti perhelatan ini. Tentunya sudah banyak kader dan tokoh-tokoh yang sudah dilirik-lirik.

Tetapi bagaimana dengan rakyat? Dari beberapa pelaksanaan pemilu dan pilkada yang lalu-lalu, kita masih menemukan tingginya angka golput. Ada yang tidak peduli, dan memilih untuk netral. 

Mereka seakan-akan acuh tidak acuh dengan ajang yang katanya "menentukan nasib 5 tahun kedepan ini". Bahkan sering ada seloroh: "ah, siapapun pemerintahnya, ya begini-begini saja kok" demikianlah kata orang-orang yang nasibnya tidak sebaik janji-janji manis para politisi. 

Selain orang-orang yang memilih golput, ada juga orang yang memang ikut memberikan hak suara. Tetapi, terkadang hak suara itu ada karena imbalan dan iming-iming. Terkadang juga karena hasutan bahkan tekanan. Mereka tidak lagi memilih karena hati nurani dan rasa cinta kepada bangsanya.

Kalau sudah begini, siapa yang patut disalahkan? Menurut saya, semua orang pasti punya alasannya sendiri-sendiri. Banyak juga rakyat yang tidak lagi percaya dengan janji dan rencana program para kandidat. Tidak sedikit pejabat yang terseret kasus korupsi, yang menghabiskan uang rakyat, lalu senyum-senyum seolah tidak berdosa.  Belum lagi mereka yang belum tertangkap.

Tahapan pemilu dan pilkada 2024 segera dimulai. Kita akan disuguhi oleh orang-orang yang dibalik muka memberi banyak harapan dan janji-janji manis. Semoga saja mereka maju karena rakyat, bukan demi kehormatan duniawi dan menimbun kekayaan. 

Semoga juga partai-partai yang mengusung mereka memperhatikan dan mementingkan kebutuhan rakyat, bukan demi "persenan" yang didapat. Semoga ya semoga...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun