Mohon tunggu...
Yulius Solakhomi Wau
Yulius Solakhomi Wau Mohon Tunggu... Guru - Gratias Deo

Catholic Religion Teacher and Pastoral Ministry Agent

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Move On dari Masa Lalu, Fokus Melangkah ke Depan

21 Juni 2021   23:38 Diperbarui: 21 Juni 2021   23:48 1963
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Melangkah - Dokumen Pribadi

Hallo Sahabat... Shalom Aleichem...

Visi, pandangan ke depan dengan penuh pengharapan dan perjuangan. Visi merupakan target hidup yang membuat kita terus berpacu dengan segala upaya untuk meraihnya. Memilii pandangan yang tajam ke depan membuat kita semakin kuat untuk mencapai target itu. Tanpa menoleh ke belakang, kita terus berjalan untuk meraih masa depan.

Menatap masa depan dengan penuh harapan sangat jarang dimiliki oleh individu masa kini. Hampir setiap hari kita menemukan orang ynag pesimis. Bahkan pesimistis kini seakan-akan menjadi hal yang biasa dan lumrah. Bahkan ketika ada orang yang memilii sikap optimis malah ditertawakan dan dianggap tidak akan berhasil. 

Setiap orang memiliki masa lalu dengan berbagai warna dan cita rasa. Ada yang cemerlang, ada pula yang kelabu. Ada yang manis dan ada juga yang pahit. Ada yang cerah dan ada juga yang suram. Jika teringat akan masa depan yang menyenangkan, rasa-rasanya ingin kembali ke masa itu seandainya waktu dapat diputar kembali. Tak beda jauh, masa lalu yang kelabu pun sulit sekali untuk dilupakan.  Rasa sakit dan luka yang menyayat hati begitu membekas dalam, bahkan tidak sedikit orang yang hari-harinya terus dibelenggu dan dibayang-bayangi oleh masa lalu kelabu itu. Setiap kita memang memiliki cerita hidup masing-masing yang membuat kita sulit sekali move on. 

Terkadang, pengalaman kelabu dapat mempengaruhi rasa kepercayaan diri kita. Banyak orang yang tidak berani melangkah untuk meraih impian karena kegagalan, dosa dan pengalaman pahit di masa yang ia lewati. Padahal, apa yang ada di belakang kita itu sudah berlalu dan tidak akan terulang lagi. Yang sudah dilewati harus ditinggalkan dan fokus untuk mengarahkan tujuan hidup ke depan. 

Hal itu juga kita alami dalam hidup rohani kita. Dalam Akitab ada suatu peristiwa yang terjadi dimana Tuhan melarang seseorang untuk menoleh ke belakang. Peristiwa Sodom dan Gomora mengingatkan kita kepada istri Lot (nabi Lot dalam Islam diskenal sebagai nabi Luth). Istri Lot ini berubah menjadi tiang garam hanya karena menoleh ke belakang. Sebenarnya, kesalahannya bukan karena hal sesepele itu. Tetapi karena ia tidak bisa move on dari kotanya yaitu Sodom yang dihancurkan oleh murka Allah. Ia berpaling karena hatinya masih ada di Sodom (Kejadian 19; Lukas 17).

Kisah yang bterjadi kepada istri Lot karena menoleh ke belakang jelas sekali hendak membertitahukan kepada kita agar menanggalkan semua yang ada di belakang kita untuk hidup lebih baik bersama Tuhan dengan menggapai masa depan yang cerah. Ada banyak usaha yang dilakukan orang untuk mengubur dalam-dalam masa lalunya.  Salah satu cara adalah membuang atau menyingkirkan semua benda yang berkaitan dengan peristiwa atau seseorang di masa lalu tersebut.  Karena setiap kali melihat benda-benda tersebut atau melewati suatu tempat, memori itu kembali muncul.  Meski demikian tak semua orang bisa melupakan masa lalunya dengan cara yang demikian.

Rasul Paulus juga memiliki masa lalu, tapi ia terus berjuang untuk tidak dibelenggu oleh masa lalunya.  Inilah tekadnya:  "...aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku"  (Filipi 3:13).  Rasul Paulus dapat melupakan masa lalu karena ia mengarahkan pandangannya atau berfokus kepada janji firman Tuhan,  "...berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi..."  (Filipi 3:14).  

Selama kita masih berkutat dengan masa lalu, kita tidak akan pernah bisa maju, tidak akan pernah bisa mengembang ke kanan dan ke kiri. Dengan kata lain masa lalu hanya akan menjadi penghalang untuk kita meraih semua impian. Lebih baik mengarahkan pandangan ke depan daripada terus menoleh ke belakang.  Pegang janji Tuhan:  "Sebab engkau akan mengembang ke kanan dan ke kiri, keturunanmu akan memperoleh tempat bangsa-bangsa, dan akan mendiami kota-kota yang sunyi"  (Yesaya 54:3).  Karena  'menoleh ke belakang'  atau berat meninggalkan kota Sodom dan Gomora, isteri Lot menjadi tiang garam  (Kejadian 19:26).

Apa pun masa lalu kita, jangan sampai hal itu melemahkan dan membuat kita putus asa, tapi jadikan itu sebagai pembelajaran untuk lebih baik lagi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun