Mohon tunggu...
Yulita Ayu
Yulita Ayu Mohon Tunggu... Penulis - Jejak kata

Ilmu Ekonomi'17. Penulis, mahasiswa.

Selanjutnya

Tutup

Money

Capai Target Inflasi dengan Sinergi Bauran Kebijakan

19 Mei 2020   19:47 Diperbarui: 19 Mei 2020   19:48 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Harga barang secara umum terganggu stabilitasnya di tengah kondisi pandemi yang belum benar-benar membaik. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat adanya selisih antara inflasi dan deflasi di Indonesia berdasarkan kondisi di tiap kota yaitu sebesar 0,08%. 

Deflasi terjadi di 51 kota di Indonesia, sedangkan di 39 kota mengalami inflasi. Serupa dengan BPS, Bank Indonesia mencatat inflasi IHK pada april 2020 sebesar 0,08% (mtm).

Dua kelompok, yaitu volatile food dan administered prices bahkan berada pada kondisi deflasi. Melambatnya permintaan domestik menjadi salah satu indikator yang menyebabkan terjadinya deflasi. Maka harga barang secara umum berada pada tingkat yang rendah dan jumlah uang yang beredar di masyarakat juga cenderung rendah.

Pada tahun 2020 dan 2021, Bank Indonesia menargetkan inflasi pada kisaran 3% 1%. Target inflasi tersebut dicapai dengan diberlakukannya sinergi bauran kebijakan untuk kembali meningkatkan permintaan domestik agar berada pada kondisi yang stabil. Tidak rendah, maupun tidak melonjak terlalu tinggi hingga menyebabkan inflasi melampai taget. 

Namun dengan kondisi saat ini,  dengan penyebaran Covid-19 di Indonesia yang terbilang masih cukup masif, kegiatan ekspor yang menjadi penopang dari rendahnya permintaan domestik tidak dapat berkerja dengan maksimal.

Ketidakpastian global mulai menurun, namun Indonesia yang masih menjadi negara terdampak Covid-19 dengan jumlah penderita yang cukup besar tidak dapat melakukan kegiatan perdagangannya seperti pada kondisi normal. 

Ekspor maupun impor Indonesia terhambat. China dan Amerika Serikat, sebagai mitra dagang yang besar bagi Indonesia, cenderung membatasi perdagangannya. Selain itu, nilai tukar  yang terdepresiasi juga menjadi penyebab inflasi yang tidak pada targetnya. 

Terdepresiasinya nilai tukar selama bulan April menyebabkan capital inflow menjadi tidak stabil. Namun seiring berjalannya waktu, dengan BI7DRR yang dipertahankan sebesar 4,5%, akan mendampak pada nilai tukar Rupiah perlahan mampu kembali stabil dan terapresiasi sedikit demi sedikit.

Akan tetapi, terapresiasinya nilai tukar Rupiah tidak serta-merta membuat kondisi perekonomian membaik. Kegiatan impor masih berada dalam kondisi yang tidak pasti. 

Hal tersebut akan mendampak pada Neraca Pembayaran Indonesia (NPI). Sebab perdagangan internasional dan capital flow menjadi penyumbang yang cukup besar dalam NPI.

Untuk mempertahankan inflasi tetap rendah dan sesuai target, maka perlu adanya sinergi bauran kebijakan yang terdiri dari beberapa kebijakan di dalamnya. Kebijakan tersebut yaitu kebijakan moneter akomodatif, kebijakan makroprudensial, kebijakan sistem pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah (PUR), dan kebijakan pendukung lainnya seperti kebijakan pendalaman pasar keuangan (LPI Bank Indonesia, 2019).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun