Mohon tunggu...
Yuli Novita Sari Putri
Yuli Novita Sari Putri Mohon Tunggu... Bankir - Treasury Analyst

Enthusiast of economics, finance, and treasury

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Dihantui "Animal Spirit" Perspektif Resesi Keynesian

27 Agustus 2020   05:00 Diperbarui: 27 Agustus 2020   05:25 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak pernah terpikirkan bahwa krisis ekonomi muncul di tahun ini dengan cara yang tidak terduga melalui penyebaran virus corona. Secepat kilat virus tersebut menyerang manusia dan ekonomi.

Krisis ekonomi sebenarnya telah berkali-kali terjadi di dunia dari mulai Great Depression pada tahun 1929 hingga resesi keuangan tahun 2008 dengan sumber permasalahan yang bervariasi, menariknya dengan perkembangan ilmu pengetahuan tentang virus dan pengobatan terkini tidak serta merta membuat virus ini dapat dimusnahkan dengan cepat pula.

Di sisi lain kebijakan pemerintah, bank sentral dan ahli ekonomi juga dipaksa berubah untuk dapat menyeimbangi tingkat kenaikan jumlah manusia yang terserang virus agar dapat tetap menjaga kestabilan ekonomi dan masyarakat.

Melihat perkembangan virus yang diyakini muncul sejak November 2019 di China sampai dengan WHO menyatakan sebagai pandemi global pada bulan Maret 2020 kondisi ekonomi dunia tertekan dan semakin memburuk pada triwulan kedua. IMF memprediksi bahwa pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2020 akan terkontraksi sampai dengan -4.9%.

Menurunnya performa ekononomi dunia telah tercermin dengan terdapat 22 negara yang selama dua kali berturut-turut terkontraksi pertumbuhannya hingga dinyatakan resesi. Indonesia juga tidak bisa sembunyi dari kemungkinan resesi Menteri Keuangan Indonesia menyatakan bahwa skenario terburuk pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat terkontraksi 2% di kuartal ketiga 2020, sehingga proyeksi Indonesia resesi sudah di depan mata.

Dua faktor yang menyebabkan Indonesia belum bisa bangkit adalah dari sektor konsumsi dan investasi yang memang tumpuan dari ekonomi Indonesia. Meskipun tidak mudah memprediksi kapan krisis keuangan global ini akan berakhir, namun harapan munculnya vaksin pada tahun 2021 diharapkan dapat mengembalikan tingkat konsumsi dan investasi.

Keyakinan dunia dapat keluar dapat keluar dari zona krisis ini yang ditimbulkan dari insting, kebiasaan dan emosi yang akan mempengaruhi perilaku manusia menjadi teori terkenal oleh Keynes dengan istilah Animal Spirit.

Secara gamblang Keynes menyatakan bahwa hasrat yang tidak rasional dimiliki oleh seseorang tentu saja mempengaruhi keputusan ekonomi yang akan dijalankan. Gejolak pasar keuangan akibat krisis dengan menjual saham dan obligasi menjadi safe heaven seperti uang tunai dan emas menjadi contoh ketakutan manusia yang diumpamakan sebagai animal spirit.

Tidak ada yang dapat menerawang dengan tepat apa yang akan terjadi di masa depan, perhitungan untung rugi atas keputusan yang saat ini diambil oleh dunia belum tentu memperbaiki masalah atau bisa jadi menjadi masalah di masa yang akan datang.

Langkah-langkah kebijakan pemerintah Indonesia selama pandemi seperti penyesuaian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan Daerah (APBN dan APBD), memastikan ketersediaan bahan pokok, program untuk mencegah peningkatan pengangguran, pemotongan pajak, dan relaksasi kredit. Strategi tersebut diambil untuk menghadapi tantangan ekonomi domestik dan global serta mengembalikan kepercayaan masyarakat untuk dapat mulai beraktifitas.

Stimulus keuangan memang sangat penting yang diwujudkan melalui Pemulihan Ekonomi Nasional yang telah mendapatakan pagu sebesar Rp 695, 2 triliun. Menariknya, karena krisis ini menyerang kesehatan manusia maka Indonesia menganggarkan Rp 87,66 triliun khusus untuk penanganan covid 19.

Menurut Keynes yang diperlukan untuk mempercepat semua kebijakan pemerintah adalah memastikan sumber permasalahan utama dicarikan solusinya yaitu memberikan keamanan bahwa masyarakat yang terkena virus maupun tidak yakin di dukung secara holistik oleh pemerintah.

Idealnya konsumsi dapat meningkat melalui stimulus yang telah diberikan pemerintah berdampak pada produksi dapat dijalankan sehingga jumlah output meningkat. Efek multiplier produksi dimulai tentu saja menahan naiknya jumlah pengangguran dan inflasi dapat bertahap naik.

Maka jika ditelisik lebih dalam melalui arti harfiah Animal Spirit perilaku manusia memberikan dampak yang besar untuk dapat mempercepat resesi terlewati. Kebijakan yang kuat diperlukan untuk menahan Animal Spirit pelaku pasar dan masyarakat untuk tidak panik dan ketakutan agar dapat menjalankan perannya kembali dengan percaya diri.

Peran masyarakat dalam mendukung dan meletakkan kepercayaan kepada pemerintah sangat diperlukan karena program-program yang dirancang dengan optimis tidak akan bisa efektif tanpa sinergi Bersama.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun