Mohon tunggu...
Yuli H.
Yuli H. Mohon Tunggu... Guru - Puisi adalah Isyarat Hati

Dengan puisi kita berbagi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Lelaki Bertopi

17 November 2020   16:58 Diperbarui: 17 November 2020   17:06 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menghabiskan malam yang tinggal sejengkal
Disamping gelas berkerak sisa kopi kedua kalinya
Dengan mata memicing, dihisapnya rokok dalam-dalam
Asap segera dimuntahkan bersama beban yang menjejal

Hatinya begitu gundah, mengingat pesan terakhir sang ayah
Untuk menjaga saudara-saudara  perempuannya
Tak mudah, mereka bukan anak belasan tahun yang gampang diatur
Mereka sudah bukan tanggungan
Tapi mengapa dia masih harus menjaganya

Sebidang kebun saksi tumpahan keringat dan air mata
Yang kehilangan sentuhan tangan berpengalaman
Belaian kehidupan akar dan daun
Kini telah berpindah jadi tanggung jawabnya pula

Tumpukan tandan pisang
Alpukat berdaging tebal
Kesemek buah khas berbedak
Buah tangan dari kebun
Tak sanggup dipersembahkan

Dia lelaki bertopi
Tak kenal cangkul, tak akrab sabit
Sebidang kebun diajaknya deklamasi, dibacakannya puisi
Dan bait-bait narasi
Kentang, kubis, wortel jadinya mati suri

Dia anak lelaki kebangaan ayahnya
Kesayangan ibunya
Kini tlah kehilangan keduanya
Yang tinggal...
Mencari makna di ujung senja
Mengisi hari yang berbeda
Berharap malam berpihak padanya

Salam
Yuli H. // 17 November 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun