Mohon tunggu...
Yuli D A
Yuli D A Mohon Tunggu... Lainnya - Hanya Aku

Diam tanpa Ekspresi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Kupu-Kupu Biru

30 Juli 2022   15:00 Diperbarui: 1 Agustus 2022   20:00 2016
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi perempuan dan kupu-kupu. (sumber: pixabay.com/kalhh)

"Bu, maafkan Aliya." bisik Aliya pada seorang wanita setengah baya yang duduk di sebelah seorang gadis yang terbaring di atas ranjang besi. 

Di kening dan pipi gadis itu ada luka lebam dan beberapa luka gores ranting tajam. Tangan dan kaki kiri terlilit kain perban bernoda merah, dan di punggung tangan kanan gadis itu tersemat jarum infus yang menembus pembuluh darah vena.

Tatapan wanita itu sendu melihat putri bungsunya yang sudah dua hari belum juga siuman. Kedua mata tampak bengkak dan kantung mata mulai menghitam, tampak jelas dia tidak bisa tidur memikirkan kondisi anaknya.

"Maafkan ibu , sayang." katanya gemetar sembari terisak

Dua hari yang sebelumnya...

Hari itu sang surya menampakkan keperkasaannya setelah semalam hujan badai. Hembusan angin segar membawa aroma petrichor sisa semalam. Ranting-ranting pinus patah berserakan, namun pohonnya masih gagah rapat tinggi menjulang. Suara beberapa burung pelatuk yang membuat sarang di pohon pinus menambah suasana alam yang mendamaikan. Namun tak sedamai hati Aliya yang berada dalam kekalutan.

Pagi itu Aliya tidak pergi ke sekolah, dia membelokkan laju sepedanya menembus hutan kecil menuju Sungai Zoba. Bayang - bayang Mia masih terlintas jelas dibenaknya.

'Untung kamu sudah masuk gank kita, kalau tidak kamu juga akan tertular sialnya, Mia. Nih lempar! Biar kesialannya nggak nularin kamu.' kata Desty sambil mengulurkan dua butir telur busuk pada Mia. 

Dengan tangan gemetaran Mia menerimanya dan melemparkan telur itu pada Aliya. 

Desty, Cika dan Iris tertawa senang setelah telur itu pecah meumuri tubuhnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun