Hidup adalah pilihan, jalan mana yang akan ditempuh untuk sampai ketujuan, jalan pintas, jalan pantura atau jalan tol, semua pasti ada resiko yang akan dihadapi.
Sama seperti halnya ketika memutuskan suatu tindakan apakah sudah benar atau salah. Perlu ketenangan hati kejernihan pikiran untuk memilih mana yang terbaik sebelum penyesalan menghampiri.
Donald, Zilong dan Lee, mereka mendapati Pak Kusain yang berlaku ganjil. Mengendap-endap mengambil sesuatu dari TKP yang disembunyikan dibalik jas hitamnya. Apakah ada barang bukti terpenting yang lolos dari penyidik? Sebuah tanda tanya besar benarkah Pak Kusain dalang dibalik kematian Pak Ilham?
Bak detektif Donald, Zilong dan Lee membagi tugas untuk menyelidiki kasus yang menimpa pembimbingnya itu. Donald dan Zilong bertugas mengintai gerak-gerik Pak Kusain dan Lee bertugas menyelidik apa masih ada bukti yang tercecer di TKP.
"Nal, kamu sama Zilong ikuti Pak Kusain! Aku mau cek ke toilet, mungkin ada petunjuk."
Donald mengangguk setuju, "Hati-hati jangan sampai sidik jarimu tertinggal disana!" pesan Donald dengan wajah tegang.
“Apa kamu nggak apa-apa sendirian Lee?” kata Zilong khawatir.
“Tenang aja, aku akan hati-hati,” kata Lee berusaha meredam kekhawatiran Zilong.
“Tapi, Lee. Kalau kamu nanti…” belum selesai Zilong melanjutkan ucapannya Donald sudah menariknya untuk mengikuti Pak Kusain.
Kini Lee hanya sendiri berdiri kurang lebih 5 meter dari TKP.
Rasa lapar yang sebelumnya menedang, lenyap seketika tergeser dengan rasa penasaran bercampur penyesalan.