'Setinggi-tingginya bangau terbang, akhirnya ke kubang juga.' Â Â
Mungkin itu pepatah yang cocok dengan apa yang dialami Lee, Zilong dan Donald, mereka bertiga harus mengikuti kelas ekstra, karena mereka memiliki ilmu panglimun (menghilang) ketika ada pelajaran Matematika dan Biologi, entah itu tiba-tiba di kantin, toilet atau ruang olahraga.
Sudah beberapa kali ditegur oleh guru BP, namun kelakuan tidak pernah berubah, hingga wali kelas mereka Pak Ilham terpaksa memberi pilihan antara tidak naik kelas atau ikut kelas ekstra. Setelah menimbang-nimbang baik buruknya dari kedua pilihan tersebut, akhirnya keputusan jatuh pada kelas ekstra.
Hari itu, Zilong tidak masuk sekolah, berdasarkan kabar yang beredar dia sedang sakit, akibat salah makan. Kabar itu Lee dengar dari Donald, karena mereka berdua selalu berangkat sekolah bersama-sama.
Saat itu jam dinding jarum pendek sudah menunjuk di antara angka 4 dan 5, sedangkan jarum panjang berada tepat di angka 6. Mereka berdua mulai gelisah karena yang di tunggu-tunggu belum datang juga. Biasanya jam 4 pak Ilham sudah duduk manis di singasananya tapi tidak dengan hari itu. Sesekali mereka melihat ke arah pintu yang menganga lebar, tetapi Pak Ilham tetap tak kunjung nampak. Duduk mereka pun mulai tidak tenang, bak bisul yang susah merah merekah terparti di birit. Geser kanan, geser kiri, berdiri, lihat jam lalu duduk lagi, ulangi.
"Nal, balek yuk!" ajak Lee yang mulai tak sabar menunggu kedatangan wali tercinta.
"Tunggu lima menit lagi! kalau pak Ilham nggak kesini kita cabut," sahut Donald.
"Emmm ..." Lee mengangguk setuju.
Tampak Lee kembali membuka buku paket sehelai demi sehelai hingga helaian terakhir dan ditutup dengan menghela nafas panjang. Tatapan Lee beralih kepada sepasang makhluk berkaki empat yang menempel di atas tembok tepat di belakang kursi guru.
'Mereka sepertinya lagi asyik bergunjing.' pikir Lee.